Tong Teng Bun mengelus kumisnya dan tersenyum.
"Bie Leote, girang aku dengan pertemuan ini!" katanya kemudian, bersungguh-sungguh.
Karena orang tidak menanyakan she dan namanya ia memperkenalkan diri. "Namaku si orang tua yang rendah adalah Tong Teng Bun. Kebetulan sekali, akupun mau pergi ke Lok-yang. Jika Laote tidak memiliki sesuatu urusan, mari kita jalan sama-sama!"
Dikala berkata begitu, jago tua itu diam-diam melirik kepada ke lima orang tamu lainnya.
Ko Tie tertawa.
"Lo-piauwtauw, walaupun aku hanya seorang anak sekolah, tapi nama lo-piauwtauw telah kukenal baik sekali!" katanya.
"Untuk wilayah Ho-lok, anak kecil sekalipun mengenalnya. Mana itu beruntung aku dapat berkelana dengan lo-piauwtauw. Lo-piauwtauw masih ada banyak urusan, silahkan, sebentar saja aku memohon pengajaran."
Sengaja memang Ko Tie memperkenalkan she samaran yaitu she Bie. Ia tidak mau memperkenalkan diri yang sebenarnya dulu, karena di sinipun terdapat ke lima orang yang dicurigainya.
"Kau baik sekali, laote," kata piauw-su tua itu tertawa. "Nah, maafkanlah aku......!" ia memberi hormat, lantas ia melangkah masuk
Ke lima tamu itu mengawasi punggung si orang tua sambil tersenyum tawar, setelah itu mereka berlalu.
Ko Tie pun kembali ke dalam kamarnya.
Thian-ma Piauw-kiok hampir memborong seluruh kamar rumah penginapan itu. Dari kamarnya, sambil bersantap, sering Ko Tie dari Giok Hoa mendengar suara dan tertawanya si piauw-su tua.
"Coba terka, engko Tie, siapakah musuh Thian-ma Piauw-kiok?!" tanya Giok Hoa kemudian, sambil tersenyum.
"Apakah penjahat akan menyelidiki lebih dulu baru mereka mau turun tangan? Menurut dugaanku, pihak piauw-kiok ini lebih banyak menghadapi bahaya dari pada keselamatan, bahkan mungkin besok magrib ini terjadinya peristiwa."
Ko Tie tampak heran.
"Bagaimana kau bisa menduganya seperti itu, adik Hoa?!" tanya Ko Tie.
Gadis itu tersenyum.
"Menurut perkiraanku, mereka itu pasti sudah menentukan tempat dan telah mengadakan penyelidikan yang cukup," ia memberikan keterangan. "Kau lebih berpengalaman dariku, mengapa engkau tidak melihatnya?
"Empatpuluh lie dari Kho-ke-kauw ini ialah jalanan pegunungan dan di sana ada lembah Gin-kang-kiap. Itulah tempat yang bagus untuk mereka bekerja.
"Setelah berhasil, seharusnya penjahat menyingkir ke Ong-ok-san, gunung di barat daya itu. Aku tahu di gunung Ong-ok-san itu berdiam beberapa begal yang menjagoi sekitar tempat ini, seperti yang pernah dituturkan oleh guruku. Maka kecuali dari para begal itu, tidak ada penjahat lain yang nanti berani turun tangan di dalam wilayah pengaruhnya itu!"
Ko Tie tertawa.
"Aku tidak sangka kau kenal baik kaum rimba hijau!" katanya. "Jadi pastikah mereka adalah begal di Ong-ok-san akan bekerja di Gin-kang-kiap?!"
"Kukira begitu!" si gadis mengangguk. "Dan menurut cerita guruku, begal yang berkuasa di Ong-ok-san tersebut bernama Ciu Yang Cin!"
Ko Tie terdiam.
Ketika itu terlihat pelayan datang bersama Tong Teng Bun. Tong Teng Bun mengikuti di belakang pelayan itu, dan di belakang piauw-su tua itu juga mengikuti seorang piauw-su usia lebih kurang empatpuluh tahun, yang wajahnya bersih.
"Ohhhhh!" Ko Tie berseru, cepat-cepat ia bangkit, juga si gadis.
Tong Teng Bun tertawa, ia bilang: "Bie laote, maafkan aku! Beginilah tabiatku, asal aku kenal orang, aku menganggapnya sebagai sahabat kekal. Aku ingin bicara dari satu hal yang tidak selayaknya aku menyebutkannya, tetapi tokh aku harus menyampaikannya kepada laote berdua.

ANDA SEDANG MEMBACA
Anak Rajawali
AdventureLanjutan "Beruang Salju". *note : Jilid kelipatan 5 di cinkeng ini cayhe private, hanya follower yg dpt membacanya. Kamsia