Jilid 37

777 21 0
                                    

Muka tabib itu jadi pucat pias, tubuhnya gemetar ketakutan, Walaupun dia mendongkol dan marah, namun dia tidak berani mengumbar kemarahan hatinya. Dia bilang: "Kau..... kau mengancamku?"

"Bukan mengancam kau..... tetapi akan kubuktikan.....!" menyahuti Yo Him dengan suara yang dingin, dan telah mengerahkan tenaga dalamnya, mencengkeram lebih kuat pada lengan tabib itu, sehingga tabib itu merasakan lengannya seperti dicengkeram oleh jari-jari tangan yang terdiri dari besi jepitan. Dengan demikian membuat dia merasakan tulangnya seakan ingin diremas hancur!

"Aduh, aduhhhh, aduhhhhh......!" teriak tabib itu berulang kali. "Jangan kau persakiti diriku! Jangan kau sakiti aku!"

Tetapi Yo Him tidak mau membiarkan tabib itu menjerit-jerit terus seperti itu. Dia telah memijit lebih keras lagi, sehingga tabib tersebut telah bungkam, karena terlalu kesakitan yang tidak tertahankan. Dia jatuh pingsan.

Yo Him sendiri merasa gelisah sekali di dalam hatinya karena walaupun ia mengerti ilmu pengobatan sedikit-sedikit, namun tidak mengetahui sampai ke dasarnya ilmu pengobatan. Tentang tabib ini juga ia meragukan kejujurannya. Karenanya ia bermaksud hendak memaksa tabib itu agar bicara sejujurnya.

Setelah tabib tersebut tersadar dari pingsannya, Yo Him telah bilang dengan suara yang dingin: "Hemm, lebih baik kau bicara terus terang..... Sesungguhnya engkau memahami betul ilmu pengobatan atau memang tidak?"

Tabib itu masih kesakitan juga ketakutan akan disiksa Yo Him Iebih jauh.

"Jangan sakiti aku! Jangan sakiti aku! Jangan menyiksaku..... ohh, akan kuadukan pada yang berwajib.....!" teriak tabib itu.

Tetapi Yo Him tak menghiraukan.

"Jangan harap engkau bisa terlepas dari tanganku! Juga engkau jangan harapkan ada orang yang bisa menolongi dirimu! Jika engkau tidak mau bicara yang jujur maka biarlah aku akan membinasakan kau!"

"Aku..... aku bicara jujur, aku tidak pernah mendustai!" teriak tabib itu tambah ketakutan. "Ohh, jangan kau bunuh aku! Jangan..... Memang apa salahku?"

Yo Him tertawa mengejek.

"Engkau telah mendustai aku! Kau sesungguhnya kurang ahli dalam ilmu pengobatan, tetapi engkau pura-pura pandai! Hemm, dan juga terhadap luka kawanku itu sebetulnya engkau tidak begitu mengetahui dengan pasti apakah dapat mengobatinya atau tidak, namun engkau, telah coba-coba. Namun sikapmu yang angkuh itu menyebabkan engkau tidak mau menanyakan sesungguhnya kawanku itu terluka oleh sebab apa......!"

Tabib itu jadi menunduk dengan wajah yang pucat kemudian dengan suara yang perlahan tersendat dia bilang: "Baiklah, baiklah aku akan bicara dari hal yang sebenarnya...... tetapi kau harus berjanji tidak akan membunuhku!"

Yo Him mengangguk,

"Itu lebih baik lagi! Engkau memang harus bicara sejujur mungkin! Itulah yang kuinginkan, karena jika memang aku mengetahui engkau tidak sanggup mengobati luka dan keadaan kawanku itu, aku bisa mencari tabib lain. Dengan demikian engkau tidak perlu mempermainkan jiwa dan keselamatan kawanku!"

"Baik! Baik! Aku akan bicara sejujurnya! Sesungguhnya aku..... aku hanya mengerti sedikit ilmu pengobatan terhadap penyakit-penyakit umum, sebenarnya..... sebenarnya luka yang diderita oleh kawanmu itu terlalu parah, aku tidak bisa mengobatinya..... aku tidak sanggup untuk menyembuhkannya!

"Hanya saja disebabkan aku takut padamu, kuatir bahwa engkau menduga aku tidak mau mengobati kawanmu itu, sehingga engkau menyiksaku, aku telah mencobanya mengobati kawanmu dengan beberapa macam obat. Dan siapa tahu, lukanya itu justeru semakin parah dan jari-jari tangannya, serta mukanya telah membengkak."

"Lalu mengapa kawanku itu tidak merintih kesakitan lagi dan bisa tertidur nyenyak?" tanya Yo Him masih diliputi tanda tanya dan heran.

"Tadi aku telah memberikan obat penawar sakit, agar sakitnya berkurang, karena itu dia tampaknya tidak menderita sakit lagi. Sesungguhnya..... ooooh, aku tidak menyangka bahwa obatku bisa memiliki reaksi seperti ini, di mana lukanya itu jadi semakin membengkak."

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now