Setelah berkata begitu, Giok Hoa kemudian berkata lagi kepada Yo Him dan Sasana: "Koko dan Cie-cie, aku hanya akan pergi menunjukkan pada Tiauw-jie di mana letak rumah orang-orang Boan itu, setelah itu aku akan dibawa terbang ke mari lagi. Dan Tiauw-jie akan kembali sendiri ke sana, di mana ia ingin membalas sakit hati paman Hok..... walaupun bagaimana keinginan Tiauw-jie tidak bisa dihalangi lagi.....!"
Setelah berpikir sejenak, akhirnya Yo Him mengangguk.
"Baiklah, pergilah kau, akan tetapi hati-hatilah, dan cepat kembali!" kata Yo Him.
"Him Koko.....!" seru Sasana ragu-ragu.
"Tidak apa-apa..... bukankah adik kecil itu akan segera diterbangkan kembali ke mari? Biarlah mereka pergi.....!" kata Yo Him kemudian.
Giok Hoa tidak berayal pula melompat naik ke punggung burung rajawalinya, kemudian melambaikan tangannya kepada Yo Him dan Sasana.
Sedangkan Tiauw-jie mulai mementangkan sepasang sayapnya, dia telah terbang membawa Giok Hoa di punggungnya. Semakin lama semakin tinggi, dia terbang menuju ke arah perkampungan itu lagi.
Yo Him dan Sasana yang melihat betapa burung rajawali itu terbang semakin tinggi, jadi merasa ngeri. Dilihatnya Giok Hoa merangkul leher burung rajawali tersebut, dan Sasana kuatir kalau-kalau Giok Hoa terjatuh. Sampai akhirnya Tiauw-jie dan Giok Hoa telah lenyap dari pandangan mata mereka.
Waktu itu Tiauw-jie memang telah terbang semakin tinggi, dan kemudian sampai di atas perkampungan tersebut. Dia terbang berputar-putar.
Giok Hoa mengawasi ke bawah, dan akhirnya dia menepuk kepala burung itu perlahan sekali dengan tangan kanannya, seperti juga mengusap, kemudian dia membisikkan: "Itulah rumah orang-orang yang telah mencelakai paman Hok, itu di depan pintu, mereka itulah yang telah menganiaya paman Hok.....!"
Tiauw-jie terbang lebih rendah, sehingga Giok Hoa bisa menunjukkan rumah yang dimaksudkannya itu lebih jelas pula. Setelah itu Tiauw-jie terbang pulang kembali ke lamping gunung Hoa-san, di mana menanti Yo Him dan Sasana. Sedangkan Hok An masih dalam keadaan tertidur nyenyak.
Tiauw-jie setelah menurunkan Giok Hoa, segera terbang kembali ke arah perkampungan itu.
"Apa yang akan dilakukan Tiauw-jie?!" tanya Yo Him dan Sasana hampir berbareng, karena mereka heran dan menduga-duga apa yang dapat dilakukan oleh burung rajawali tersebut.
"Dia ingin membalas sakit hati paman Hok, tentu Tiauw-jie akan mengamuk di sana!" menjelaskan Giok Hoa.
Apa yang diduga oleh Giok Hoa memang tidak meleset, karena waktu itu Tiauw-jie telah tiba di atas perkampungan itu. Dia terbang berapa kali memutarinya, dan ketika berada di atas gedung dari orang-orang Boan itu, tiba-tiba Tiauw-jie memekik nyaring, tubuhnya meluncur ke bawah dengan pesat. Kemudian waktu tiba dekat genting rumah, sayap kanannya menghantam dengan hebat.
"Prakk.....!" sayap itu menghantam genting bangunan dengan kuat, dan disusul dengan suara hiruk pikuk runtuhnya genting-genting rumah itu, yang telah digempur dengan tamparan yang kuat sekali dari sayap Tiauw-jie.
Malah Tiauw-jie pun bukan hanya menampar satu kali saja. Dia terbang menukik dan menampar lagi, malah ke dua sayapnya itu bergantian telah menghantami rumah tersebut yang jadi porak-poranda.
Di dalam rumah itu terdengar suara ribut-ribut, di mana terlihat betapa beberapa orang berlari-lari keluar dari dalam rumah itu.
Tiauw-jie tidak mensia-siakan kesempatan tersebut, segera ia terbang menukik rendah, sayap kanannya menampar ke arah rombongan orang-orang Boan yang berlari-lari keluar dari rumah tersebut.
Sampokan sayap Tiauw-jie dahsyat luar biasa, orang-orang Boan itu segera terjungkir balik. Malah Tiauw-jie bukan hanya menampar dengan sayapnya saja, waktu orang-orang itu jungkir balik karena diterjang angin sampokan sayap burung rajawali tersebut, Tiauw-jie telah meluncur turun terus, dia mematoki mereka.
YOU ARE READING
Anak Rajawali
AdventureLanjutan "Beruang Salju". *note : Jilid kelipatan 5 di cinkeng ini cayhe private, hanya follower yg dpt membacanya. Kamsia