Jilid 144

563 14 0
                                    

Melihat muka orang yang memakai baju hijau dan kuning itu pucat pias, tampak Oey Tojin tertawa bergelak-gelak.

"Hemmm, seperti delapan orang kawan kalian, maka kalian berdua juga tidak dapat meloloskan diri dari tangan kami, Ang-kie-pay!"

Mengetahui bahwa Tojin ini sebagai anggota dari Ang-kie-pay memiliki tangan yang begitu telengas, dan hati yang sangat kejam, seketika Ko Tie memperoleh kesan yang pasti, bahwa Ang-kie-pay pasti sebuah perkumpulan yang kejam dan jahat, yang termasuk dalam golongan hitam!

Di waktu itu, Oey Tojin telah melangkah setindak demi setindak menghampiri ke dua orang lawannya. Orang yang memakai baju hijau dan baju kuning jadi panik juga.

Mereka gentar setelah mengetahui bahwa Tojin itu sangat lihay, dan juga mereka memang bukan jadi tandingannya. Apa lagi dikala itu mereka telah terluka di dalam yang tidak ringan.

Melihat Oey Tojin menghampiri mereka, ke dua orang ini, yang memakai baju hijau dan kuning mundur setindak demi setindak ke belakang. Dan mereka bermaksud untuk meloloskan diri saja.

Hanya, ke lima orang pemuda yang memakai baju berwana merah, telah menghampiri dan mengurung mereka, berusaha buat mencegah mereka melarikan diri. Pedang mereka telah melintang, siap dipergunakan sembarang waktu yang diperlukan.

Orang yang memakai baju warna hijau dan kuning itu menyadari, bahwa mereka sulit ingin meloloskan diri, maka yang memakai baju hijau segera jadi nekad, katanya dengan suara yang bengis:

"Hemmm, Oey Tojin, jika memang engkau memiliki kepandaian yang tinggi, bunuhlah kami! Memang kami tidak berdaya kali ini terhadapmu, tapi kau jangan gembira dulu!

"Kami tidak takut buat mati, tapi kematian kami tidak akan sudah sampai di sini saja. Pangcu kami tentu akan mengadakan pembalasan yang jauh lebih hebat lagi kepada kalian."

Waktu berkata begitu, muka si baju hijau yang memang telah pucat itu, tampak bengis mengandung kekecewaan, putus asa dan nekad.

Sedangkan yang berpakaian warna kuning, juga jadi nekad. Namun ia tidak banyak bicara, karena tahu-tahu tubuhnya telah melesat menerjang kepada Oey Tojin.

Dia menerjang sambil mengulurkan ke dua tangannya, karena ia bermaksud hendak mencengkeram batok kepala imam itu.

Belum lagi kakinya terpisah jauh dari tanah, orang yang memakai baju kuning itu telah menjerit, jerit kematian. Dia kemudian rubuh di tanah, karena dia telah ditabas oleh pedang salah seorang anak buah Ang-kie-pay.

Waktu melihat orang memakai baju kuning hendak maju, dengan segera pedangnya itu bergerak menabas punggung orang berbaju kuning. Dia rubuh di tanah, dan hanya menggeliat satu kali, kemudian diam tidak herkutik lagi, karena memang napasnya telah putus.

Sedangkan kawannya yang memakai baju warna hijau, jadi berdiri menjublek.

Dia menyadari, kalau saja memang hendak melakukan pembalasan, berarti diapun akan menemui ajal seperti kawannya. Karena memang di waktu itu diapun tengah terluka parah dan tidak berdaya.

Dengan muka yang pucat pias, dikala si imam telah tertawa bergelak-gelak, orang yang memakai baju hijau itu bilang:

"Bunuhlah aku..... jangan harap kalian bisa menghina kami! Aku tidak akan gentar menghadapi kematian!" Oey Tojin tertawa mengejek.

"Kau ingin mampus? Justeru aku tidak bermaksud kau mati cepat-cepat. Aku menginginkan engkau berangkat ke akherat tidak terburu-buru, perlahan-lahan. Itulah kematian yang paling menyenangkan!

"Hemm, sekarang engkau harus menjelaskan dulu, apa maksudmu datang untuk mengacaukan pesta yang diselenggarakan Ang-kie-pay?!" Waktu bertanya seperti itu, muka Oey Tojin bengis bukan main, matanya mendelik memancarkan sinar yang tajam.

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now