Si gadis menghela napas. Memang inilah pengalaman pertama kali buat Giok Hoa, kehilangan Pauw-hoknya karena dipancing oleh maling itu dengan cara yang licik.
Sedangkan Ko Tie kemudian menghibur si gadis. Dan katanya, masih bagus barang-barang seperti itu mudah dibeli lagi, seperti pakaian dan barang-barang perhiasan lainnya.
Dan juga, sebagai seorang yang berhati besar, Giok Hoa dapat menerima bujukan Ko Tie, hanya perasaan mendongkol belaka yang masih berada di dasar hatinya.
Begitulah, Ko Tie telah kembali ke kamarnya, sedangkan si gadis tidak bisa segera tidur, karena dia masih resah diliputi kemendongkolannya!
Menjelang fajar, barulah si gadis dapat memejamkan matanya. Tidur tidak terlalu nyenyak, sebab tidak lama kemudian dia telah terbangun.
Di waktu itu Ko Tie pun telah memesan makanan kepada pelayan, ia menemani si gadis bercakap-cakap. Dan setelah santapan pagi mereka berkeliling di kota itu, karena mereka bermaksud ingin menyelidiki juga, kalau-kalau saja mereka beruntung masih dapat mencari jejak si pencuri.
Tipis sekali harapan buat dapat membekuk pencuri tangan panjang itu, namun mereka tokh menghabisi waktu mereka sampai sore berkeliling di kota tersebut. Mereka juga berusaha menyelidiki di antara para pelayan rumah penginapan maupun rumah makan yang mereka singgahi, bertanya-tanya, siapakah sekiranya maling yang paling pandai di kota ini.
Tapi para pelayan dari rumah makan maupun rumah penginapan tidak ada yang berani membuka mulut. Mereka hanya mengatakan tidak tahu. Rupanya mereka memang tidak mau cari penyakit, karena jika memang mereka menyebutkan, dikuatirkan justeru mereka akan kerembet-rembet.
Sore hari barulah mereka kembali ke rumah penginapan dan merasa letih sekali. Giok Hoa telah kembali ke kamarnya buat beristirahat.
Ko Tie sendiri karena iseng, akhirnya telah keluar pula dari rumah penginapan, buat melihat-lihat keramaian di Lam-yang menjelang malam. Memang cukup ramai, di mana banyak para pedagang menjajakan barang-barang mereka. Dari berbagai tempat terdengar irama musik dan tertawa wanita-wanita pelesiran.
Dan Ko Tie tidak tertarik dengan semua keramaian itu, karena hatinya waktu itu tengah berpikir hendak mengetahui entah siapa maling yang telah mengambil buntalan Giok Hoa.
Memang jika dilihat bahwa mereka berada di kota yang cukup ramai seperti Lam-yang. Dan tentu di kota yang ramai seperti itu tentu saja berkeliaran banyak sekali buaya darat dan maling-maling bertangan panjang.
Karenanya jika memang buntalan Giok Hoa diambil oleh maling bertangan panjang, niscaya caranya bukan demikian. Maling-maling bekerja bukan dengan cara memancing terlebih dulu Giok Hoa sampai keluar kota, kemudian baru mengambil pauw-hok si gadis.
Dan juga menurut Giok Hoa walaupun ia telah mengerahkan seluruh gin-kangnya, tetap saja ia tidak berhasil mengejar maling itu, yang tampaknya memiliki gin-kang sangat tinggi sekali. Sedangkan kepandaian Giok Hoa juga tidak rendah. Dia seorang gadis yang memiliki kepandaian tidak bisa diremehkan.
Lalu siapa orang liehay itu, yang mengambil pauw-hok Giok Hoa? Melihat kepandaiannya yang tinggi seperti itu, jelas maling itu bukan maling biasa, dan tentu ia pun memiliki maksud-maksud tertentu.
Karena berpikir dan memiliki dugaan seperti itu, penasaran sekali hati Ko Tie ingin mengetahui siapa sebenarnya orang yang telah mengambil pauw-hok Giok Hoa.
Memang maksudnya keluar dari rumah penginapan buat mencari angin karena iseng dan menyaksikan keramaian di waktu malam di kota Lam-yang ini. Tapi ia sendiri, tanpa disadarinya, sambil menyelidiki juga, menyerap-nyerapi siapakah orang yang telah mengambil pauw-hok Giok Hoa.

ANDA SEDANG MEMBACA
Anak Rajawali
AventureLanjutan "Beruang Salju". *note : Jilid kelipatan 5 di cinkeng ini cayhe private, hanya follower yg dpt membacanya. Kamsia