Jilid 138

627 16 0
                                    

Ko Tie menanti sampai si gadis sudah tidak terlihat lagi, barulah dia pergi ke arah dari mana bentakan-bentakan tadi datangnya. Segera juga ia telah tiba di sana, tetapi ia menyembunyikan diri di belakang lebatnya pohon-pohonan.

Pertempuran tengah berlangsung antara Sam-lang-hun dengan beberapa orang. Sekarang mereka tidak lagi saling membentak, hanya tubuh mereka yang berkelebat ke sana ke mari dengan lincah dan gesit sekali. Masing-masing juga telah mengeluarkan ilmu andalan mereka, buat mendesak dan merubuhkan lawan.

Di antara lawan dari Sam-lang-hun, terdapat seorang wanita tua, yang tubuhnya pendek dan kurus, mukanya telah keriputan, rambutnya juga telah ubanan semua, tangannya mencekal sebatang tongkat panjang berkepala naga-nagaan. Matanya sangat tajam dan tubuhnya dapat bergerak sangat lincah sekali, menunjukkan bahwa ia memang sangat lihay!

Dalam keadaan seperti itu, Ko Tie tidak memperlihatkan diri. Ia ingin menyaksikan dulu, berapa tinggi kepandaian dari Sam-lang-hun, maka dari itu, ia hanya berdiam diri saja.

Liang An tengah menggerakkan tangan kirinya dengan jurus "Kunci Besi Tenggelam di Sungai" untuk menutup tangan kanan lawan lain, ia juga telah membarengi dengan menggerakkan tangan kanannya meninju kepada lawan. Ia telah mengerahkan tenaganya dan mempergunakan kecepatannya, sedang kakinya melangkah mengiringinya.

Lawannya terkejut. Itulah tidak disangkanya. Tidak keburu ia menangkis. Maka itu ia melengak, lompat jumpalitan, setelah menaruh kaki di tanah, ia menekuk ke dua dengkulnya guna memasang kuda-kuda itu. Dengan demikian iapun dapat mempertahankan diri agar tidak rubuh.

Liang Ie beradat keras, perangainya berangasan, ingin sekali ia segera merubuhkan lawannya dan tidak mau memberikan kesempatan kepada lawannya. Maka ia merangsek dengan hebat.

Tangan kanannya diajukan ke muka, untuk menghajar lagi. Jika ia berhasil, pastilah patah atau remuk tulang-tulang dada lawannya.

Sedangkan lawan Liang An bukan musuh ringan, di mana ia pun sempat memasang kuda-kuda, ia mendesak Liang An. Dua lawan Liang Ie pun sama kuatnya, ia telah menggeser tubuhnya, tangan kirinya menangkis, tangan kanannya membalas menyerang, dengan ke dua jari tangannya ia menotok jalan darah Khi-hay-hiat dari penyerangnya yang galak itu.

Liang Ie terkejut. Waktu itu Liang An pun terkejut sekali, karena ia melihat betapa dirinya tengah terdesak, lalu menyaksikan Liang Ie pun terancam keselamatan jiwanya.

Terlebih lagi Liang Ie. Ia tidak menyangka musuhnya demikian hebat. Ia menarik pulang tangannya sebelum mengenai sasarannya, dan memakai untuk menangkis berbareng dengan mana iapun melompat ke kiri.

Waktu itu lawannya ingin menyelamatkan diri. Ia juga melompat ke kanan dengan gesit.

Sedangkan Ko Tie yang tengah menyaksikan semua itu, telah memuji akan kebolehan dari Liang An dan kawan-kawannya. Kepandaian mereka memang tidak rendah.

Setelah itu terdengar tertawa dingin dari Liang An, yang tertawanya menyeramkan sekali.

"Aku tidak menyangka, bahwa Thian-san-ngo-kui (Lima Setan dari Thian-san) merupakan manusia tidak tahu malu. Namanya yang begitu terkenal di dalam kalangan Kang-ouw ternyata hanya sia-sia belaka, karena mereka merupakan manusia yang tidak tahu malu, yaitu hitam memakan hitam!

"Sekarang cepat kalian mengeluarkan peti emas dan mutiara untuk membeber itu di muka kaum rimba persilatan. Dengan demikian ada jalan buat kalian berdamai dengan kami Sam-lang-hun!"

Mendengar perkataan Liang An itu, diam-diam Ko Tie berkata di dalam hatinya "Hemmmmm, kiranya kalian merupakan satu bangsa dan satu aliran! Jika begitu, Sam-lang-hun juga bukan sebangsa manusia baik-baik!"

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now