Jilid 38

826 21 0
                                    

Muka Ho Sin-se pucat pias, tubuhnya menggigil, dia menunjuk ke arah semak belukar. Yo Him memandang ke arah yang ditunjuk Ho Sin-se, barulah dia melihat sesosok tubuh menggeletak di balik semak belukar dengan berlumuran darah, telah mengejang kaku dan tidak bernapas.

"Mayat?" mengeluh Ho Sin-se dengan suara tertahan.

Sasana dan Giok Hoa tiba di situ. Sedangkan Giok Hoa waktu melihat mayat itu menjerit ketakutan, telah memeluk Sasana.

Sasana segera menghiburnya, dan memperhatikan keadaan mayat tersebut, yang tidak lain mayat dari seorang lelaki berpakaian sederhana, dan rambutnya yang tergulung itu memberikan kesan dia seorang yang cukup rapi. Hanya saja pada bagian lehernya terkuak luka yang cukup besar, darah menyembur dari situ. Rupanya lehernya itu terkena serangan senjata tajam, menyebabkan ia putus napas dan meninggal dengan sepasang mata mendelik.

"Lihatlah..... tempat ini agak mengerikan!" kata Ho Sin-se setelah dia berhasil mengendalikan dirinya lagi.

Yo Him menghampiri mayat itu lebih dekat memperhatikan dan memeriksa keadaan mayat tersebut, sampai akhirnya ia menghela napas.

"Luka yang tidak terlalu dalam, tetapi melihat cara menyambarnya senjata tajam yang telah membuat leher itu tergorok seperti ini, tentunya orang yang membunuhnya memiliki kepandaian yang tinggi. Mari kita masuk ke dalam lembah itu, tentu di dalam lembah itu tengah terjadi sesuatu!"

Setelah berkata begitu, Yo Him melompat berdiri sambil menoleh kepada Ho Sin-se katanya: "Dan kau juga ikut bersama kami......"

"Ohh..... tidak...... tidak, bukankah tadi telah kukatakan bahwa aku hanya akan menunjukkan tempat ini dan segera akan pulang kembali, membiarkan kalian sendiri menemui orang itu?"

"Tetapi engkau harus ikut bersama kami!" kata Yo Him dengan sikap pasti, tidak ada tawar menawar lagi. "Atau memang perlu kami yang memaksa engkau untuk masuk ke dalam lembah itu?!"

Sin-se itu mengetahui bahwa Yo Him tidak bicara main-main dan juga akan membuktikan ancaman, yaitu menyeretnya ke dalam lembah itu.

Karenanya Ho Sin-se akhirnya dengan sikap takut-takut telah mengangguk: "Baiklah..... aku akan ikut bersama kalian....." Waktu dia mengatakan begitu, terlihat jelas ia sangat terpaksa dan ketakutan sekali.

Tampak Yo Him dengan bergegas menggendong Hok An memasuki lembah tersebut, diikuti Sasana, Giok Hoa dan Sin-se itu, dan juga, ia telah berjalan dengan langkah yang lebar, karena Yo Him sudah tidak sabar ingin bertemu dengan orang yang menurut Ho Sin-se memiliki ilmu pengobatan yang tinggi.

Di tengah udara terbang Tiauw-jie sambil sekali-kali memperdengarkan suara pekiknya yang perlahan dan panjang. Rupanya burung rajawali putih itu mengetahui keadaan Hok An yang kian parah, membuat burung itu ikut bersedih.

Lembah itu merupakan lembah yang tidak begitu luas, di pinggir kiri kanannya berdiri lamping gunung yang tinggi. Dan di sudut kanannya terbentang sebuah jurang yang cukup dalam, yang tertutup oleh semak belukar yang lebat sekali. Berjalan belum begitu jauh, tiba-tiba Yo Him menghentikan langkah kakinya, ia memandang lurus ke depannya dengan mata terbuka agak lebar.

Begitu Sasana dan Giok Hoa tiba di dekat Yo Him, mereka juga bisa melihat apa yang dilihat Yo Him, ke duanya jadi mengeluarlan seruan kaget. Sedangkan Ho Sin-se yang tiba paling belakang, mengeluarkan jerit ketakutan dan menutupi mukanya dengan ke dua tangannya.

Ternyata melintang di depan mereka dua sosok tubuh lagi, dan dua sosok tubuh itu tidak bergerak, berlumuran darah, karena telah menjadi mayat. Sama kematiannya dengan leher yang tersayat dan juga sepasang mata masing-masing terbuka lebar-lebar. Menyatakan mereka mati dalam keadaan penasaran.

Anak RajawaliTempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang