Jilid 98

627 18 0
                                    

Sedangkan Auwyang Phu bermaksud mempermainkan Giok Hoa, yang dilihatnya memang cantik. Segera dia berkelit kesana ke mari.

Sekarang Auwyang Phu telah mengeluarkan kepandaiannya, namun dia tidak balas menyerang. Dia sengaja mempermainkan si gadis di mana setiap kali mengelak dia mengejeknya, membuat gadis itu tambah gusar saja.

Di waktu itu tampak jelas sekali betapapun juga Giok Hoa semakin marah, karena dia merasa mendongkol atas ejekan lawannya. Yang membuat dia penasaran setiap tikaman dan tabasan pedangnya selalu dapat dielakkan lawannya dengan gerakan yang mudah sekali.

Maka dia telah mengeluarkan seluruh kelihayan ilmu pedang Giok-lie-kiam-hoat yang telah dipahaminya. Sehingga setiap serangan itu menyambar semakin hebat.

Pedangnya itu berkelebat-kelebat seperti juga titiran, dan angin dari serangan pedang itu tajam sekali. Bagian-bagian yang diincar oleh Giok Hoa pun merupakan bagian-bagian yang bisa mematikan.

Cuma saja dia tidak mudah buat menyerang Auwyang Phu, sebab orang itu selalu dapat memunahkan serangannya. Selama itu Auwyang Phu masih belum membalas menyerang kepadanya, dengan demikian, jika dia membalas menyerang, niscaya Giok Hoa akan menghadapi kesulitan yang tidak ringan.

Giok Hoa pun segera menyadari bahwa kepandaiannya yang sesungguhnya masih berada di sebelah bawah kepandaian Auwyang Phu.

Waktu itu Auwyang Phu dengan centil telah berkata mengejek. "Nona manis, jangan galak-galak seperti itu kepadaku, karena percuma saja. Jika memang aku menginginkan, dengan mudah aku dapat merampas pedangmu dan merubuhkan engkau! Tetapi aku merasa sayang jika seorang gadis secantik engkau harus rubuh dan terluka di tanganku. Karenanya, pergilah kau...... aku membebaskan engkau dari kematian!"

Sambil mengakhiri perkataannya tersebut Auwyang Phu telah menghantam dengan tangan kanannya. Inilah hantamannya yang pertama kali dia membalas menyerang.

Dari telapak tangannya itu menderu-deru angin yang kuat sekali, membuat tubuh Giok Hoa jadi tergoncang dan tidak bisa berdiri berimbang, kuda-kuda sepasang kakinya hampir saja tergempur oleh serangan itu. Mati-matian Giok Hoa berusaha menahan kuda-kuda ke dua kakinya, namun gagal, dan dia terhuyung mundur beberapa langkah.

Dikala itu Auwyang Phu sambil tertawa menyerang lagi dengan telapak tangannya: "Rubuhlah engkau! Kuberikan kesempatan kepadamu buat pergi, engkau tidak mau pergi! Sekarang pergilah!"

Sambil berkata begitu, telapak tangannya itu telah meluncur pula, sehingga membuat Giok Hoa jadi tidak bisa membendung lagi keadaan dirinya. Kuda-kuda ke dua kakinya benar-benar tergempur dan tubuhnya terjungkal.

Auwyang Phu tidak mendesak lebih jauh, dia berdiri tegak di tempatnya, dengan congkak dia tertawa bergelak-gelak, sehingga tubuhnya yang pendek itu bergoyang-goyang.

"Hahaha, sudah kukatakan, engkau tidak mungkin dapat menghadapi diriku, dengan mudah sebetulnya aku bisa membunuhmu! Akan tetapi, seorang gadis semanis engkau apakah harus dibunuh? Sayang! Sayang sekali!

"Dan tentu saja aku bukan orang bodoh, yang akan membunuh seorang gadis secantik engkau! Jika memang engkau tidak mau pergi juga, biarlah aku akan membawamu pergi berkelana bersama-sama denganku.....!"

Sambil berkata begitu, tampak Auwyang Phu melangkah menghampiri si gadis. Dia telah mengulurkan tangannya buat menyolek muka gadis itu.

Tetapi Giok Hoa sendiri walaupun telah terluka akibat gempuran yang kuat dari Auwyang Phu, jadi nekad dan tidak mau membiarkan dirinya dihina seperti itu. Karenanya, dia tahu-tahu telah mencelat dengan pedangnya menikam dengan segera. Apa yang dilakukannya begitu mendadak sekali dan juga diiringi dengan tenaga lweekang yang kuat.

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now