Kedua pemuda itu terkejut bukan oleh kata-kata pemuda pelajar tersebut. Karena di meja mereka, pada bagian di mana tadi pelajar itu menepuknya, telah terlihat bekas tapak tangan yang cukup dalam, seperti diukir.
Itulah tepukan tangan yang memiliki sin-kang yang amat tinggi. Inilah yang mengejutkan ke dua pemuda itu, sampai mereka mengawasi tertegun.
Mereka melihatnya usia pemuda pelajar itu paling tidak baru duapuluh lima tahun. Tubuhnya walaupun tegap, tapi tidak terlalu besar, kulitnya halus, gerak-geriknya juga halus, maka tidak mirip-miripnya ia seperti orang-orang Kang-ouw.
Ke dua pemuda itu tersadar dengan cepat. Salah seorang di antara mereka segera bangkit dari duduknya, melompat dengan gesit. Dalam waktu singkat ia telah berdiri dihadapan pelajar itu, katanya: "Tuan, tunggu dulu!"
Pelajar itu menggerakkan kipasnya, menahan langkah kakinya, matanya yang bersinar tajam itu disipitkan sedikit, bibirnya yang tipis itu tersenyum, katanya: "Apa yang ingin kau tanyakan?"
"Apa maksud tuan hendak bicara dengan kami?!" tanya orang Kang-ouw itu.
"Kalian ikut saja denganku, nanti kalian akan mengetahui!" menyahut pelajar itu.
"Tapi..... kami tengah memiliki urusan penting, tidak dapat kami memenuhi keinginan tuan......!" menyahuti orang Kang-ouw tersebut ragu-ragu.
"Walaupun bagaimana pentingnya urusan kalian, harus ditangguhkan sementara waktu, yang hendak kubicarakan lebih penting dari segala persoalan kalian......!"
Tidak puas hati orang Kang-ouw itu, tapi ia melihat sendiri tadi pemuda pelajar ini memiliki sin-kang yang kuat sekali. Sekali menepuk mejanya, telah membuat meja itu melesak dan berukir bekas telapak tangan. Maka ia tidak berani bersikeras, ia hanya berkata:
"Baiklah..... jika memang demikian, tidak bisa kami mengatakan apa-apa! Tapi maafkanlah, kami menyesal sekali tidak bisa memenuhi permintaan tuan, lain waktu saja kami akan mencarimu!"
Pelajar itu tersenyum sambil mengangkat bahunya dan menggerak-gerakkan kipasnya, dia bilang: "Terserah pada kalian!"
Sambil berkata begitu, tahu-tahu kipasnya telah digerakkan, maka diwaktu itulah terlihat orang Kang-ouw itu terjungkal rubuh bergulingan di tanah sambil meringis menahan sakit. Tapi segera juga ia bangun berdiri dengan tangannya yang sebat sekali mencabut pedangnya, yang dihunusnya.
"Kau .....kau.....!" katanya dengan suara yang tersendat-sendat.
Tapi pemuda pelajar itu tenang sekali. Ia bukan memutar tubuhnya buat melangkah meninggalkan ruangan rumah makan, kipasnya tetap digerak-gerakan.
Dia hanya menggumam: "Aku menantikan kalian di pintu kampung.......!" Dan ia membuka langkah lebar berlalu.
Kawan orang Kang-ouw yang dirubuhkan itu tidak puas melihat kawannya dibikin terjungkir balik seperti itu. Ia melompat sambil menghunus pedangnya, dengan pedang ditangannya itu dia menikam punggung si pelajar.
Pelajar berjubah kuning seperti juga tidak mengetahui sambaran pedang, dia melangkah terus. Cuma saja, waktu mata pedang hampir menikam punggungnya, dia telah mengibas kipasnya ke belakang.
Pedang orang Kang-ouw itu terlepas dari cekalannya dan terlontar keras sekali, sampai menancap dalam di penglarian ruang tersebut, dan telah ber-goyang-goyang mendengung nyaring. Orang Kang-ouw itu sendiri berdiri tertegun dengan wajah yang pucat, telapak tangannya telah lecet mengalirkan darah.
"Manusia iblis.....!" menggumam dia perlahan, bibirnya gemetar. Dia melihat pelajar itu tidak memperdulikan makiannya itu, telah melangkah terus meninggalkan rumah makan itu.
YOU ARE READING
Anak Rajawali
AdventureLanjutan "Beruang Salju". *note : Jilid kelipatan 5 di cinkeng ini cayhe private, hanya follower yg dpt membacanya. Kamsia