Jilid 123

602 18 0
                                    

Sambil berkata begitu, tampak Thio Kim Beng telah memasukkan buntalannya itu ke dalam bajunya. Ia memandang kepada Ko Tie dengan sorot mata yang mengandung tantangan.

Sedangkan Ko Tie sendiri waktu itu bertekad, walaupun bagaimana ia harus dapat merebut pauw-hok dari tangan Thio Kim Beng. Maka ia telah memutuskan.

Ia harus menempur pengemis itu, dan juga berusaha merebutnya, dengan kekerasan kalau saja Thio Kim Beng tidak mau menyerahkan dan mengembalikan pauw-hok tersebut. Memang Ko Tie juga tidak senang waktu memperoleh kenyataan Thio Kim Beng lah yang menjadi malingnya yang mengambil pauw-hok Giok Hoa.

"Baik-baik locianpwe, maafkanlah boanpwe yang akan bertindak kurang ajar, di mana boanpwe akan berusaha merampas pulang buntalan kawan boanpwe!" Sambil berkata begitu Ko Tie bersiap-siap buat menyerang.

"Ya, silahkan engkau menyerang!" kata Thio Kim Beng dengan suara nyaring. "Mari...... mari, memang aku hendak melihat, berapa tinggi kepandaian yang engkau miliki!"

Setelah berkata begitu, si pengemis tua Thio Kim Beng mengibaskan tangannya. Dari telapak tangannya berkesiuran angin yang kuat.

Melihat itu, Ko Tie segera juga menyadari bahwa si pengemis juga akan bersungguh-sungguh, di mana ia akan mengeluarkan kepandaiannya untuk mempertahankan buntalan itu. Dan Ko Tie juga yakin, bahwa ia harus dapat merebutnya dengan mengeluarkan seluruh kepandaiannya.

Setelah menjura satu kali lagi, Ko Tie tahu-tahu melompat sambil mengayunkan ke dua tangannya. Dia mempergunakan sekaligus ilmu pukulan Inti Es sehingga angin berkesiuran bercampur hawa dingin.

"Bagus!" berseru Thio Kim Beng, yang cepat sekali melesat ke samping, di mana ia dapat mengelakkannya dengan mudah.

Cuma saja hatinya terkejut, karena ia tidak menyangka bahwa Ko Tie, telah berhasil mewarisi kepandaian gurunya. Ilmu pukulan andalan Swat Tocu adalah Inti Esnya.

Dan sekarang justeru Ko Tie menyerangnya dengan ilmu pukulan tersebut. Dengan demikian, membuat si pengemis tua merasa kagum.

Usia Ko Tie belumlah lebih dari duapuluh lima tahun, dan juga dia merupakan pemuda remaja karenanya, dengan demikian tenaga dalam seperti yang sekarang dipergunakannya, merupakan hal yang menakjubkan, kuat dan juga lihay sekali.

Ko Tie tidak menghentikan pukulannya, karena melihat pukulan pertamanya gagal, dia membarengi dengan pukulan berikutnya, di mana berulang kali dia menyerang kepada si pengemis tua.

Thio Kim Beng mengelak ke sana ke mari, dan juga dia berhasil untuk mengejek si pemuda memanaskan hatinya, sehingga Ko Tie semakin lama menyerangnya semakin gencar.

Satu kali, dengan cepat sekali telapak tangan Ko Tie menyambar ke pundak lawannya. Si pengemis tua itu malah tidak mengelak. Dia berdiri tegak di tempatnya, dan menangkis dengan tangannya.

"Bukkkk!" terdengar suara benturan yang dahsyat, sehingga tubuh ke dua orang itu terhuyung. Tubuh Ko Tie terhuyung dua langkah.

Ko Tie segera tersadar bahwa tenaga dalam Thio Kim Beng masih berada di atasnya satu tingkat. Dengan demikian ia harus lebih hati-hati menghadapinya. Dan dia pun harus mengerahkan seluruh sin-kang yang dimilikinya.

Demikian juga halnya dengan Thio Kim Beng, dia telah menyadari. Biarpun usia pemuda ini masih remaja, namun kepandaiannya tidak lemah, hanya terpaut satu tingkat di bawah sin-kangnya.

Juga pemuda itu memiliki ilmu yang aneh dan sulit sekali diterka, karena merupakan ilmu-ilmu warisan Swat Tocu yang liehay. Sebab itu, kemungkinan Ko Tie akan dapat menambal kelemahan pada sin-kangnya yang kalah kuat dibandingkan dengan sin-kang Thio Kim Beng, dia pasti akan dapat menjadi lawan yang sulit dirubuhkan oleh Thio Kim Beng.

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now