Jilid 195

377 15 0
                                        

Besok paginya, pintu kamar Giok Hoa digedor keras sekali dari luar, terdengar juga suara yang ramai-ramai, sehinggga membuat Giok Hoa terbangun dengan terkejut.

"Buka! Ayo buka pintu, penjahat!" teriak orang-orang di luar kamarnya.

Muka Giok Hoa berobah, seketika dia menduga bahwa yang telah menggedor pintu kamarnya tentunya adalah polisi setempat.

Tapi dengan tenang kemudian Giok Hoa turun dari pembaringan.

"Tunggu!" bentaknya dengan suara yang nyaring. Kemudian dia mengenakan pakaiannya, merapihkan juga buntalannya, lalu pauw-hoknya itu telah disandangkan di pundaknya.

Sedangkan di luar masih ramai juga orang yang menggedor pintu. Ketika Giok Hoa membuka pintu kamarnya, semua orang jadi berdiri tertegun.

Di hadapan mereka berdiri gagah sekali seorang wanita, dengan pedang tergenggam di tangannya. Wajahnya cantik luar biasa. Beberapa orang polisi yang berada di situ jadi saling pandang, mereka heran rupanya.

"Ada apa?!" tanya Giok Hoa kemudian dengan suara yang tawar kepada mereka.

Para pelayan yang berdiri di belakang para polisi itu telah menunjuk sambil berseru- seru.

"Dialah pembunuhnya! Dialah pembunuhnya!"

Rupanya para pelayan itu telah melihat majikannya mereka terbunuh mati.

Seketika mereka menyadari apa yang terjadi. Rupanya gadis yang hendak dijadikan calon korban dari si Lo-ya itu memang memiliki kepandaian yang tinggi, sehingga dia bisa membunuh si Lo-ya.

Pagi-pagi sekali para pelayan itu segera melaporkan peristiwa pembunuhan tersebut kepada para pembesar yang berwenang di kota itu. Terlebih lagi memang si Lo-ya memiliki hubungan dengan beberapa orang pembesar tinggi.

Kemudian, Tie-kwan juga telah perintahkan beberapa orang polisi buat menangkap si pembunuh.

Hanya saja mereka tidak menyangka, bahwa yang disebut sebagai pembunuh si Lo-ya tidak lain seorang wanita cantik.

Padahal mereka mengetahui bahwa si Lo-ya sesungguhnya memiliki ilmu golok yang cukup lihay.

Polisi-polisi itu memandang Giok Hoa seakan juga tidak mempercayai bahwa gadis inilah sebagai pembunuhnya.

Sedangkan para pelayan itu masih terus berseru-seru: "Dialah pembunuhnya! Siluman wanita itulah pembunuhnya!"

Muka Giok Hoa berobah merah karena mendongkol.

"Benar, memang aku yang membunuh majikan kalian! Dan kalian semuanya pun perlu dihajar, karena kalian pun bukan sebangsa manusia baik-baik!

"Aku baru mengerti mengapa rumah penginapan ini sangat sepi. Karena tampaknya orang-orang telah mengetahui pemiliknya adalah manusia tidak tahu malu.....!!"

Sambil berkata begitu, Giok Hoa menghunus pedangnya dan melangkah akan keluar dari kamarnya.

Para pelayan itu jadi ketakutan, mereka berhamburan melarikan diri.

Tapi para polisi itu segera menghadang di depan Giok Hoa.

"Serahkan pedangmu, atau engkau hendak membangkang kepada kami!!" kata salah seorang di antara polisi itu. "Dan kau sebagai pembunuh, dengan ini kami tahan untuk diperiksa!"

Giok Hoa tertawa dingin. Mana mau dia membiarkan dirinya ditangkap oleh polisi-polisi itu.

Segera juga dia menggerakkan pedangnya, polisi itu yang tidak menyangka dirinya akan ditikam seperti itu, seketika menjerit, sebab pundaknya tertikam.

Anak RajawaliTempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang