Jilid 30

601 20 3
                                    

Kwee Tayjin sendiri bersiap-siap dengan penuh kewaspadaan, karena begitu Yo Him dan Sasana melakukan suatu gerakan, segera juga dia akan menghadapinya dengan kekerasan. Kwee Tayjin juga diam-diam telah memusatkan seluruh kekuatan tenaga dalam dan hawa murninya, dia tengah menantikan perkembangan berikutnya. Cuma saja, dia telah bilang dengan sikap yang tetap biasa.

"Jika memang kalian berdua tidak mau memandang dan memberi sedikit muka terang kepadaku, maka akupun tidak bisa bilang apa-apa pula. Jelas akupun tidak bisa memaksa kalian akan memberikan muka terang dan memandang sedikit kepadaku!

"Terpaksa akupun hanya melihat perkembangan yang ada. Maafkanlah, bukan aku tidak ingat budi kepada ayahmu, nona.....

"Akan tetapi memang aku makan gaji negara, karena dari itu, aku pun harus bekerja buat negara. Dan sekarang jika memang kalian berdua menimbulkan keonaran, niscaya akan memaksa aku harus mengambil tindakan yang kurang ajar dan tidak berbudi......"

Sasana telah tertawa, dia memotong perkataan Kwee Tayjin.

"Tidak usah Kwee Tayjin terlalu sungkan seperti itu, justru yang membuat kami merasa segan, semula kami menduga Kwee Tayjin terpaksa bekerja pada negara dan juga telah berjuang dengan setengah hati, sebab masih bersetia kepada ayahku almarhum.

"Jika memang kenyataan yang ada seperti sekarang ini di mana Kwee Tayjin memang sudah tidak mau menoleh sedikitpun pada mendiang ayahku akan perbuatannya di masa lalu terhadap Tayjin, inipun tidak bisa kami bilang apa-apa. Hanya saja, kami harap, jika memang kami terjatuh ke dalam tangan Tayjin, harap Tayjin mau berlaku murah hati kepada kami.....!"

Setelah berkata begitu, Sasana menoleh kepada Yo Him. "Him Koko..... mari kita pergi!"

Yo Him mengangguk.

"Nah Kwee Tayjin, maafkan, memang kami datang terlalu tiba-tiba sekali, dan juga kami tidak bisa menemani terlalu lama lagi, kami harus segera berlalu......!"

Kwee Tayjin merangkapkan sepasang tangannya sambil membungkuk.

"Silahkan.....!" katanya dengan sikap yang biasa saja. Akan tetapi sebenarnya, sambil membungkuk seperti itu, matanya telah mengedip memberi isyarat kepada anak buahnya.

Orang-orang Boan, yang sesungguhnya merupakan tentara negeri yang tengah menyamar sebagai penduduk biasa, yang waktu itu telah bersiap-siap dengan senjata tajam mereka, melihat isyarat yang diberikan Tayjin, tanpa membuang waktu lagi mereka segera menerjang maju, karena mereka mengetahui apa maksud isyarat tersebut, yaitu harus menangkap hidup atau mati pada Sasana dan Yo Him.

Waktu itu Yo Him telah memutar tubuhnya buat keluar dari ruangan gedung tersebut namun mereka merasakan dari arah belakang, berkesiuran angin serangan senjata-senjata tajam.

Yo Him tertawa dingin, tanpa menoleh dia telah mengibaskan tangan kanannya ke belakang.

Kibasan yang dilakukan Yo Him tampaknya biasa dan perlahan saja, namun hebat kesudahannya. Lima batang golok telah terlepas dari cekalan yang empunya, karena ke lima batang golok yang tengah menyambar ke arah Yo Him dan Sasana itu telah tersampok keras sekali.

Ke lima orang Boan yang sebagai pemilik senjata tajam tersebut pun merasakan telapak tangan mereka nyeri dan sakit bukan main. Segera juga mereka melompat mundur dengan wajah yang pucat.

Orang-orang Boan yang menanti di luar ruangan, ketika mendengar suara ribut-ribut di dalam, mereka dapat menduganya bahwa keributan telah berlangsung. Tanpa menantikan perintah lagi belasan orang Boan telah menerobos masuk ke dalam ruaagan buat mengepung dan menyerang Yo Him.

Sasana dan Yo Him tersenyum.

"Bagus sekali jamuan yang kau selenggarakan buat kami, Kwee Tayjin?" seru Sasana.

Anak RajawaliTempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang