Memang kepandaian mereka tampaknya setingkat, ke duanya memiliki ilmu silat maupun sin-kang yang berimbang. Hanya saja jika diteliti benar-benar, kepandaian Thio Kim Beng masih menang seurat dari Cek Tian.
Cek Tian hanya memiliki ilmu yang hebat luar biasa seperti Ha-mo-kang. Tetapi dia kurang meyakinkannya sampai mahir benar, dia juga tidak memperoleh bimbingan waktu mempelajari kepandaiannya, membuat dia kurang pengalaman bertempur.
Sekarang menghadapi serangan-serangan Thio Kim Beng yang begitu gencar, membuatnya mulai terdesak. Biarpun dia telah mengeluarkan seluruh kepandaiannya, dia masih juga sering terdesak.
Beruntung dia memiliki mujijat seperti Ha-mo-kang, dengan kepala di bawah dan sepasang kaki di atas. Jika tidak, tentu Thio Kim Beng sudah dapat mendesaknya lebih hebat.
Sekarang, dengan tubuh terbalik itu tentu saja membuat Thio Kim Beng sementara itu kehilangan sasaran. Semua jalan darah di tubuh lawannya jadi terbalik, dan setiap jurus yang dipergunakannya itu jadi terbalik menuju ke sasarannya. Jika harus menotok ke pundak, justeru dia jadi menotok ke arah kaki lawannya, demikian pula sebaliknya.
Tetapi setelah memperhatikan cara bertempur lawannya, berangsur-angsur dia mulai dapat mengusai diri dan telah bisa melihat kelemahan lawannya. Karena dari itu, segera juga dia memperhebat serangannya dengan mengincar bagian di tengah, yaitu perut Cek Tian.
Tengah merupakan bagian yang paling penting dalam suatu pertempuran, karena dapat ke bawah dan dapat ke atas. Dengan mengambil kelemahan lawannya di situ, Thio Kim Beng bisa mengancam terus menerus dengan tongkat bambu hijaunya, tanpa perlu bingung disebabkan lawannya bertempur dengan cara terbalik seperti itu. Disamping itu juga terlihat betapa serangan-serangan yang dilakukan oleh Cek Tian kian lemah, rupanya nenek tua itu mulai kehabisan napas dan tenaga, dia sudah letih.
Sedangkan Thio Kim Beng sendiri, walaupun cukup lelah, daya tahannya jauh lebih kuat dibandingkan dengan si nenek Cek Tian. Karenanya, dia telah mengempos semangatnya, dan berusaha menyerang semakin lama semakin gencar, tidak mau memberikan kesempatan sedikitpun kepada Cek Tian buat merobah kedudukan dan posisi dirinya!
Cek Tian menyadarinya, jika bertempur terus menerus seperti itu, akhirnya dia yang bisa rubuh di tangan lawannya, karena setelah ratusan jurus dia merasakan bahwa kepandaiannya masih berada di bawah kepandaian Thio Kim Beng.
Maka cepat-cepat Cek Tian memperhebat serangan Ha-mo-kang nya, juga dia berusaha untuk mencari kelemahan lawannya. Namun tetap saja Cek Tian yang terdesak dengan hebat oleh tongkat lawannya.
Dikala itu Cek Tian menarik napas dalam-dalam, tiba-tiba sekali dia menghantam dengan ke dua telapak tangannya. Itulah jurus terhebat dari Ha-mo-kang, membuat angin gempuran itu dahsyat sekali menerjang Thio Kim Beng.
Thio Kim Beng sendiri tidak berani menangkis dengan kekerasan. Dia menyadari betapa hebatnya Ha-mo-kang, terlebih lagi si nenek Cek Tian sekarang ini telah menyerangnya begitu hebat, membuatnya dia tak mau mempertaruhkan jiwanya dengan tangkisan keras dilawan keras.
Cepat-cepat dia berkelit, tubuhnya melesat lincah sekali, membarengi dengan itu tongkatnya menyambar mengancam ubun-ubun dekat kening si nenek Cek Tian.
Itulah serangan yang mengambil arah vertikal, karena tongkat dari pengemis tua itu menuju ke bawah, dimana kepala si nenek Cek Tian memang menempel pada bumi. Justeru dia menyerang ubun-ubun dekat kening depan si nenek, dengan demikian dia berharap bisa menotok jalan data Kiu-kie-hiat si nenek, yang berada tujuh dim di atas alisnya.
Tetapi Cek Tian benar-benar liehay, dia tidak mau membiarkan keningnya kena diserang begitu saja. Cepat sekali dia telah memutar tubuhnya, yang berputar-putar seperti juga gangsing. Dia telah membalas menghantam lagi dengan tangan kirinya, dari mulutnya terdengar suara "krokkk, krokkk"!

ANDA SEDANG MEMBACA
Anak Rajawali
AventuraLanjutan "Beruang Salju". *note : Jilid kelipatan 5 di cinkeng ini cayhe private, hanya follower yg dpt membacanya. Kamsia