Jilid 181

498 19 0
                                    

Telapak tangan Ko Tie diletakkan pada telapak tangan si kakek tua, kemudian kakek tua itu mengerahkan sin-kangnya.

Tenaga dalam kakek tua meluncur keluar dari telapak tangannya, mengalir masuk ke dalam telapak tangan Ko Tie.

Dikala itu Ko Tie merasakan segulungan hawa yang hangat memasuki telapak tangannya.

Mendadak sekali Ko Tie merasakan kepalanya pusing, dadanya seperti mau meledak, karena hawa panas yang memasuki telapak tangan itu seperti juga mengaduk-aduk dada dan perutnya, yang seperti juga jungkir balik.

Dengan mengeluarkan suara jeritan yang nyaring, tampak Ko Tie tidak sadarkan diri. Pingsan.

Kam Lian Cu kaget tidak terkira, dia segera menghampiri menjerit pada si kakek: "Kau..... kau..... kau telah mencelakainya!" teriaknya

Kakek tua itu menggelengkan kepalanya.

"Tenang, dia tidak akan mengalami sesuatu apapun juga......!" kata kakek tua itu.

"Dia hanya tidak kuat menerima tekanan hawa murni dariku!"

Kam Lian Cu mengangguk.

"Kalau begitu..... kalau begitu dia akan dapat disembuhkan?!" tanyanya.

"Ya.....!" mengangguk kakek tua itu.

Segera juga kakek itu telah mengerahkan tenaga dalamnya lagi, mengempos hawa murninya.

Ko Tie dalam keadaan pingsan tidak sadarkan diri, tapi hawa murni yang dikirim oleh kakek tua itu telah menorobos masuk ke dalam tubuhnya lewat telapak tangannya.

Malah hawa murni itu telah menerjang beberapa jalan darah di dalam tubuh Ko Tie, yang semula telah tersumbat.

Dengan terbukanya beberapa jalan darah yang tadi tersumbat itu, Ko Tie segera tersadar dari pingsannya.

Tapi begitu dia membuka matanya, dia menjerit lagi, dan jatuh pingsan pula.

Hal ini disebabkan begitu Ko Tie membuka matanya, segera dia merasakan kesakitan yang hebat pada dada perutnya, seperti juga di dalam perutnya itu terdapat sesuatu yang telah membuat isi perutnya diremas-remas.

Sedangkan Kam Lian Cu tambah bimbang dan kuatir.

"Apakah..... apakah dia tidak akan celaka oleh perbuatanmu ini?!" tanya si gadis.

Kam Lian Cu bertanya begitu, karena dia kuatir, kalau-kalau memang nanti Ko Tie jadi terbiasa karena cara pengobatan si kakek yang tidak benar.

Sedangkan Kakek itu telah menggelengkan kepalanya tanpa menyahuti, dia mengerahkan terus tenaga dalamnya.

Lewat lagi setengah jam, segera juga tampak dari sekujur tubuh Ko Tie menitik butir-butir keringat yang deras sekali.

Dan tidak lama lagi, Ko Tie telah tersadar dari pingsannya, dia telah mengeluarkan suara seruan. Tapi sekarang dia tidak menderita kesakitan yang hebat seperti tadi.

Dia juga tidak menderita kesakitan yang membuatnya pingsan. Dia hanya merasakan sekujur tubuhnya lemas, dan panas bukan main, karena hawa sin-kang yang dikirim oleh si kakek tua.

Kakek tua itu pun memperlihatkan sikap gembira, wajahnya berseri-seri, karena dia mengetahui usahanya itu telah berhasil.

"Jika dia telah berhasil diselamatkan, selanjutnya cuma memberikan pertolongan agar lweekang yang telah dimilikinya itu tidak lenyap dan punah!

Kam Lian Cu mengangguk, diam-diam dia girang juga melihat Ko Tie dapat diobati oleh kakek tua itu.

Ko Tie sendiri merasakan semakin lama hawa panas di dalam tubuhnya semakin meningkat, dan akhirnya dia merasakan sesuatu di lehernya.

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now