Jilid 81

720 19 0
                                    

Kemudian Beng Ko Kouw berdiri, katanya. "Manusia-manusia rendah tidak tahu malu! Hanya sedemikian sajakah anak dari si buntung Yo Ko yang digembar-gemborkan sebagai pendekar lurus dan bersih, seorang pendekar besar yang paling jantan dan gagah? Hemm, tidak tahunya hanya terdiri dari manusia-manusia rendah belaka.....!"

Setelah berkata begitu, dia memutar tubuhnya melesat keluar rumah.

Guru Giok Hoa yang waktu itu tengah penasaran tidak mau melepaskan Beng Ko Kouw. Dengan satu kali jejakan kakinya pada lantai, dia juga telah melesat keluar.

Ko Tie juga telah menyusul keluar, disusul dengan Giok Hoa.

Tetapi Beng Ko Kouw rupanya tidak mau membuang-buang waktu lagi, begitu sampai di luar, dia telah berlari pesat sekali meninggalkan tempat itu.

Menyaksikan orang hendak angkat kaki, karena merasa terdesak dikepung oleh guru Giok Hoa dan Ko Tie, yang ternyata pukulan Inti Esnya memang tidak bisa diremehkan, Giok Hoa tidak mau melepaskannya. Segera gadis itu bersiul nyaring sekali.

Terdengar di tengah udara suara pekikan nyaring dari burung rajawali putih. Kemudian tampak burung rajawali putih itu terbang berputaran mengejar Beng Ko Kouw.

Hati Beng Ko Kouw terkesiap. Dengan adanya burung rajawali putih itu, yang tampak ukuran tubuhnya sangat besar lain dari burung rajawali putih biasanya, dan juga di waktu itu kibasan ke dua sayapnya telah membuat daun-daun dan debu di sekitar tempat itu bertebaran, Beng Ko Kouw jadi mengeluh.

Jika burung rajawali putih itu saja memang dia tidak pandang mata. Tentu dia bisa menghadapinya, bahkan dia masih sanggup buat membunuhnya. Apa hebatnya seekor burung rajawali?

Tetapi yang membuat Beng Ko Kouw kuatir, kalau burung rajawali itu menyerangnya tentu dia akan terhambat dan dengan demikian akan membuat guru Giok Hoa dan Ko Tie bisa menyusulnya.

Karena berpikir begitu, maka tampak Beng Ko Kouw telah mengerahkan tenaganya, dia menjejakkan sepasang kakinya dan berlari lebih keras lagi, di mana tubuhnya seperti juga terbang, dengan ke dua kakinya tidak menginjak tanah lagi!

Burung rajawali putih itu memang mengejarnya dan tidak mau membiarkan Beng Ko Kouw dapat meloloskan diri. Karena dia tadi telah menerima perintah dari Giok Hoa, agar menahan dan menyerang Beng Kou Kouw. Sambil mengeluarkan suara pekikan yang nyaring burung rajawali putih itu telah terbang meluncur menyambar kepada Beng Ko Kouw.

Beng Ko Kouw sambil berlari terus, telah mengayunkan tangan kanannya. Dia melontarkan beberapa batang jarum beracunnya ke arah burung rajawali putih tersebut.

Burung rajawali putih itu begitu melihat beberapa sinar yang menyambar kepadanya, segera mengeluarkan pekik nyaring penuh kemarahan. Dia telah mengibaskan sayapnya, di mana tenaga sampokan sayapnya membuat jarum-jarum itu runtuh ke atas tanah.

Sedangkan sepasang cakarnya telah diulurkannya, untuk mencengkeram punggung Beng Ko Kouw. Yang dilakukannya itu merupakan gerakan yang sangat berbahaya sekali, karena jika sampai terkena cengkeraman tersebut, niscaya akan membuat Beng Ko Kouw menghadapi bahaya tidak ringan, di mana dia bisa dibawa terbang oleh burung rajawali tersebut.

Di waktu itu Beng Ko Kouw yang menyadari bahwa dia sudah tidak bisa melarikan diri terus, hanya mempergunakan rantainya, dia telah menyampoknya dengan kuat sekali. Sampokan yang dilakukannya telah membuat burung rajawali putih itu harus mengelak dengan terbang menjauhinya.

Beng Ko Kouw telah mempergunakan kesempatan itu buat melarikan diri lagi.

Namun burung rajawali putih itu dapat terbang dengan cepat sekali, maka biarpun Beng Ko Kouw telah berlari begitu cepat, tokh burung rajawali putih tersebut masih dapat mengejarnya dan juga terus berulang kali menerjangnya, berusaha mencengkeram atau juga menyampok dengan sepasang sayapnya.

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now