Jilid 120

391 18 0
                                    

Belasan orang tukang pukulnya yang lengkap dengan senjata tajam mereka, dengan mudah sekali telah dirubuhkan oleh Ko Tie. Dan sekarang Ko Tie mengatakan bahwa dia hendak membunuh Cin Wan-gwe ini, membuatnya jadi ketakutan bukan main.

"Ampun...... aku tidak berani bertindak jahat lagi..... aku akan merobah kelakuanku yang buruk...... dan aku akan menghadiahkan Siauwhiap uang yang cukup banyak......!" sesambatan si pemuda she Cin yang kaya raya namun buruk hati dan sifatnya itu.

"Plakkkk!" muka Cin Wan-gwe telah ditampar Ko Tie.

Mata Cin Wan-gwe berkunang-kunang, kepalanya juga jadi mabok, karena tamparan itu keras sekali. Malah dia merasa sakit pada mulutnya, karena bibirnya telah pecah akibat kuatnya tamparan itu dan dua giginya telah copot sebagian.

"Baik! Kali ini aku mengampuni jiwa anjingmu, tapi ingat, jika memang suatu saat engkau melakukan perbuatan yang tidak baik...... hemmmmm, hemmmm, walaupun di waktu itu engkau sesambatan memohon-mohon pengampunan dariku, tentu aku tidak akan mengampuni jiwa busukmu.....! Mengerti?"

"Mengerti...... terima kasih Siauwhiap..... terima kasih!" kata Cin Wan-gwe sesambatan. Hatinya lega juga mendengar dia akan diampuni. "Aku berjanji akan merobah kelakuanku dan tidak akan melakukan kejahatan lagi!"

Baru saja dia berkata begitu, dia menjerit, "Aduhhhhh!" yang keras sekali, karena kaki kanan Ko Tie telah melayang menendangnya, sehingga tubuh Cin Wan-gwe terpental keluar pintu rumah penginapan tersebut.

Dengan tenang Ko Tie mengajak Giok Hoa kembali ke tempat duduk mereka.

Sedangkan belasan orang anak buah Cin Wan-gwe telah tersadar. Mereka juga cepat-cepat angkat kaki, karena menyadari bahwa lawan mereka merupakan pemuda yang tangguh, yang sulit sekali dihadapi.

Giok Hoa tertawa geli.

"Sungguh lucu manusia-manusia busuk itu. Terhadap orang yang lemah, mereka memperlihatkan taring, tetapi jika kena batunya mereka menjadi manusia yang paling pengecut di dalam dunia ini.....!"

"Ya, demikianlah keadaan di dalam dunia persilatan. Karena dari itu, betapa pentingnya seseorang mempelajari ilmu silat yang tinggi, sehingga tidak akan menerima perlakuan yang bisa membuatnya penasaran!" menyahuti Ko Tie

Setelah bercakap-cakap lagi beberapa saat, akhirnya mereka berpisahan buat kembali ke kamar masing-masing, untuk beristirahat.

◄Y►

Malam itu keadaan di luar rumah penginapan di kota Lam-yang sangat sepi. Tamu-tamu di rumah penginapan itu juga telah terlelap di dalam tidur mereka, dan dibuai oleh mimpi-mimpi yang mengasyikkan.

Ko Tie sendiri telah tertidur nyenyak, mereka seharian suntuk melakukan perjalanan yang cukup melelahkan. Karena dari itu, Ko Tie telah tertidur lelap begitu dia merebahkan tubuhnya di pembaringan.

Tapi Giok Hoa justeru belum bisa tidur, walaupun dia telah memejamkan matanya rapat-rapat dan berusaha tidur. Entah mengapa, timbul perasaan rindunya kepada gurunya, Yo Kouw-nio. Telah sebulan mereka berpisah, dan sekarang barulah Giok Hoa merasakan, betapa dia merindukan untuk bersama-sama dengan gurunya, bercakap cakap dengan gembira.

Dan juga Giok Hoa tengah memikirkan, betapa di dalam rimba persilatan dia menemui sekali peristiwa-peristiwa yang semula belum pernah dia menyaksikannya.

"Ya, dengan berkelana seperti ini, memang aku akan bertambah pengalaman, tetapi akupun harus berusaha menegakkan keadilan! Dengan demikian, aku tidak mengecewakan harapan suhu, agar aku menjadi seorang yang berbudi luhur dan mulia menegakkan nama besar suhu dan perguruanku.........! Ya, memang aku harus berusaha menjaga nama baik suhu, agar tidak sampai ternoda oleh perbuatan yang tidak terpuji.....!"

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now