Jilid 159

569 17 0
                                    

"Apalagi, adik Hoa!?"tanya Ko Tie sambil bangun pula.

"Ya, kau tampaknya memang meremehkan mereka! Bukan ilmu silat mereka yang perlu kita takuti, tapi justeru jika mereka meracuni kita dengan mempergunakan dan mencampuri racun dalam makanan!"

"Itu hanya kekuatiran yang terlalu berlebih-lebihan......!" menyahuti Ko Tie.

"Tapi engkoh Tie.....!"

"Sudahlah adik Hoa, tidurlah. Bukankah kita letih sekali setelah melakukan perjalanan sehari suntuk?" kata Ko Tie kemudian,

Giok Hoa mengangguk perlahan, dengan kesal dia merebahkan tubuhnya lagi.

Tapi matanya tidak mau terpejamkan, dia berpikir keras. Apa yang dilihatnya. Memang mendatangkan kecurigaan buatnya, karena dia melihat gerak gerik para pelayan di rumah penginapan ini yang sungguh mencurigakan.

Juga sinar mata mereka yang tajam, membuktikan mereka memiliki kepandaian yang cukup. Karenanya, hati si gadis jadi tidak tenang.

Terlebih lagi dia membayangkan, bahwa dilihat dari wajahnya, walaupun mereka bersikap sangat menghormat, tentunya para pelayan itu bukanlah sebangsa manusia-manusia baik. Namun si gadis cantik itu yang tidak bisa memaksakan keyakinannya pada Ko Tie terhadap kecurigaannya pada para pelayan itu. Ia hanya dianggap oleh Ko Tie terlalu bercuriga saja.

Giok Hoa memejamkan matanya, tapi mendadak sekali, terdengar suara ketukan pada pintu kamar mereka.

"Siapa!" bentak Giok Hoa yang jadi terbangun duduk dengan perasaan terkejut.

"Kongcu dan Kouw-nio, Siauw-jin (hamba) membawakan minuman buat Kongcu dan Kouw-nio......!" menyahuti orang di luar, ternyata seorang pelayan.

Giok Hoa turun dari pembaringannya, dia membuka pintu. Pelayan tua yang mukanya kuning, yang pertama kali melayani mereka, telah masuk dengan membawa seteko air teh hangat dengan dua cawan.

Diletakkannya teko dan cawan itu di atas meja yang terdapat di dalam kamar, kemudian pelayan itu menoleh kepada Ko Tie, katanya: "Kongcu, apakah Kongcu tidak mau mandi?!"

Ko Tie heran, dia mengawasi pelayan itu, kemudian tanyanya: "Apakah di sini terdapat kamar mandi yang khusus, sehingga seorang tamu yang datang ditanyakan apakah hendak mandi?!"

Mendengar perkataan Ko Tie seperti itu, pelayan itu menggelengkan kepalanya.

"Bukan begitu, jika memang Kongcu dan Kauwnio hendak mandi sekarang, Siauw-jin akan mempersiapkan air yang diperlukan oleh kalian......!"

"Jika memang begitu, siapkan saja!" kata Ko Tie kemudian. "Jika memang sudah waktunya, kami pun akan pergi mandi!"

Pelayan itu mengiyakan, dan telah mohon diri keluar dari kamar.

Giok Hoa menguncinya lagi, tapi Ko Tie segera berkata: "Tampaknya pelayan itu memang mencurigakan!"

"Kau melihat sesuatu yang mencurigakan, engkoh Tie pada dirinya?!" tanya Giok Hoa.

Ko Tie menghela napas dan mengangguk.

"Seperti tadi, dia menanyakan apakah kita hendak pergi mandi, itulah sebuah pertanyaan yang dibikin-bikin, tampaknya memang dia tidak memiliki pertanyaan lain yang lebih baik......! Entah maksud apa yang dikandung olehnya.....!"

Dengan adanya kecurigaan seperti itu, Giok Hoa dan Ko Tie jadi tidak tenang tinggal di rumah penginapan tersebut, karenanya, mereka selalu berwaspada.

Selama itu sudah tidak terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan mereka. Keadaan di dalam rumah penginapan itu sunyi sekali, karena sepinya rumah penginapan itu, yang memang jarang dikunjungi tamu.

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now