Waktu sampai di dekat ruangan tengah, tiba-tiba Hok An mencium bau anyir yang amis sekali. Dia jadi mengerutkan sepasang alisnya, memperhatikan sekitar tempat tersebut. Segera juga dilihatnya, sesosok tubuh menggeletak di lantai tidak bergerak.
Cepat Hok An melompat mendekatinya, dan dia terkejut, sebab itulah sesosok mayat dengan luka-luka di sekujur tubuhnya. Sepasang mata mayat tersebut juga terpentang lebar-lebar seperti juga orang itu sebelum menemui ajalnya sangat menderita dan ketakutan sekali.
Gadis cilik puteri Bin Wan-gwe menjerit perlahan ketakutan, dia sampai menubruk Hok An dan memegang lengan Hok An erat-erat.
"Dia..... dia telah dibunuh.....!" kata puteri Bin Wan-gwe ketakutan.
"Tenang..... mari kita tanya kepada pembantu rumah tangga orang tuamu yang lainnya, tentu mereka bisa memberikan keterangan.....!" kata Hok An.
Dengan menuntun tangan gadis cilik tersebut, Hok An memasuki ruangan tersebut lebih jauh. Tiba-tiba dia melihat ada dua sosok tubuh yang menggeletak di lantai sebelah dalam, dalam keadaan tidak bergerak. Itupun dua sosok mayat!
Rupanya dua orang pembantu rumah tangga dari Bin Wan-gwe telah dibinasakan orang pula! Malah bau anyir dan busuk dari tubuh mereka menerjang hidung. Tampaknya mereka telah dibinasakan dalam waktu yang lebih dari sehari.
Hok An segera menduga, pasti telah terjadi sesuatu yang hebat di dalam rumah ini. Setelah memeriksa sejenak pada ke dua sosok mayat tersebut, segera juga Hok An mengajak puteri Bin Wan-gwe memasuki lebih dalam lagi.
Kembali mereka menemui empat sosok mayat kemudian dua sosok mayat lagi, lalu di dekat ruangan belakang enam sosok mayat! Semuanya mati dengan mata mendelik lebar-lebar.
Hok An sendiri yang menyaksikan mayat-mayat malang melintang di dalam rumah ini, dengan bau anyir dan busuk, membuatnya jadi bergidik juga. Terlebih lagi di dalam gedung ini tidak ada api penerangan.
Puteri Bin Wan-gwe sudah tidak bisa menahan isak tangisnya, di samping ketakutan bukan main gadis cilik itu juga segera menduga bahwa seluruh isi rumah ini telah dibinasakan seseorang.
Hok An segera mengajak gadis cilik itu memeriksa bagian lainnya dari rumah itu. Peti mati Bin Wan-gwe masih terdapat di ruang depan, dan juga di samping peti mati itu menggeletak tiga sosok mayat!
Hok An menghela napas dalam-dalam.
"Pembunuhan masal yang kejam luar biasa!" menggumam Hok An dengan suara mengandung kemarahan, karena walaupun bagaimana menyaksikan kekejaman seperti itu membuat darahnya meluap juga.
Tiba-tiba dari sudut ruangan yang gelap di sebelah kanan terdengar suara rintihan perlahan. Hok An gesit sekali melompat ke arah sudut ruangan itu. Sesosok bayangan menggeletak di lantai, dengan sepasang tangannya masih bisa bergerak perlahan. Orang inilah yang telah mengeluarkan suara rintihan perlahan.
Gadis cilik itu yang ketakutan berada di dalam rumah yang penuh dengan mayat yang malang melintang, segera menyusul Hok An memegang tangan Hok An kuat-kuat dengan jari-jari tangan terasa dingin.
Sedangkan orang yang rebah di lantai masih juga merintih perlahan, tampaknya dia menderita kesakitan, disusul lagi dengan suaranya yang lemah: "Apakah..... apakah Bin Kouwnio?"
Gadis cilik itu kaget, dia memperhatikan orang itu. Ternyata seorang wanita tua yang rambutnya sudah putih.
"Lo Ma.....!" seru si gadis cilik itu yang segera menubruknya dan menangis. "Mengapa bisa terjadi semua ini, Lo Ma?"
Ternyata wanita tua itu tidak lain dari pengasuh puteri Bin Wan-gwe ini. Rupanya dari sekian banyak pegawai rumah tangga dan pelayan Bin Wan-gwe, hanya dia yang belum menemui ajal dan hanya terluka parah.

YOU ARE READING
Anak Rajawali
AdventureLanjutan "Beruang Salju". *note : Jilid kelipatan 5 di cinkeng ini cayhe private, hanya follower yg dpt membacanya. Kamsia