Jilid 124

645 19 0
                                    

Dia juga tidak bisa berayal lagi bersilat dengan gin-kang yang menakjubkan, karena jika ia berlaku lambat sedikit saja, dia bisa menjadi korban tikaman pedang lawannya. Karena dari itu, dia mempergunakan rantingnya yang bergerak dengan cepat sekali.

Setiap jurus yang dipergunakannya mengandung sin-kang yang bisa membuat si gadis terdesak mundur. Atau jika saling bentur dengan pedang gadis itu dan si gadis kurang mengerahkan tenaga lweekangnya, niscaya akan menyebabkan pedang si gadis bisa terlepas dari cekalannya.

Waktu itu Kam Lian Cu pun menyadari, dia tengah menghadapi pengemis tangguh. Maka dia mempergunakan ilmu pedang andalannya yang benar-benar paling tangguh.

Dalam waktu yang singkat sekali, telah limapuluh jurus yang mereka lewati, dan mereka masih tidak memperlihatkan tanda-tanda di salah satu pihak akan rubuh.

Di antara berkesiurannya angin serangan ranting di tangan Thio Kim Beng dan pedang si gadis menderu-deru itu, Ko Tie berdiri di pinggiran menyaksikan jalannya pertempuran yang seru itu. Iapun merasa sangat kagum atas kepandaian gadis itu, ilmu pedangnya yang tidak rendah.

"Entah siapa adanya dia..... tadi dia menyebutkan namanya sebagai Kam Lian Cu..... dialah seorang gadis yang cantik sekali, dan diapun berusaha menolongi aku dengan bertempur hebat pada Thio Kim Beng......!"

Dan Ko Tie jadi mengawasi terus tanpa berkedip kepada jalannya pertempuran itu.

Dikala itu tampak bahwa Thio Kim Beng sendiri mulai ragu-ragu dan bimbang buat menghadapi terus gadis ini. Malah satu kali, setelah memutar ranting di tangannya dengan cepat, sehingga ranting itu bergulung-gulung mengelilingi dirinya, membuat gadis itu tidak bisa mendesaknya lebih jauh.

Dia membarengi melompat ke belakang dengan ringan sekali. Kemudian katanya: "Aku tidak bisa menemanimu lebih lama lagi, selamat tinggal, nanti kita akan bertemu pula.....!"

Dan Thio Kim Beng tertawa bergelak-gelak. Tubuhnya melesat sangat cepat. Dia telah berlari-lari seperti terbang meninggalkan tempat itu.

Kam Lian Cu bermaksud mengejarnya, tetapi melihat kegesitan si pengemis dia kira percuma saja dia mengejar. Jika tokh dia mengejar, akan memakan waktu yang cukup lama buat dapat menyandak pengemis itu.

"Pengemis tidak tahu malu!" memaki si gadis kemudian sambil memasukkan pedangnya ke dalam sarung.

Ko Tie menghampirinya, karena tangan kanannya seperti tidak bertenaga. Ko Tie hanya menjura dengan tangan kirinya, mengucapkan terima kasihnya atas pertolongan si gadis.

"Jika nona terlambat datang, tentu aku telah celaka di tangan pengemis tua itu.....!" kata Ko Tie.

"Ya, kebetulan saja aku lewat di tempat ini dan menyaksikan kalian bertempur.....!" menyahuti si gadis sambil tersenyum.

Waktu pertemuannya di dalam kota Lam-yang, si gadis tidak pernah bersenyum. Sekali ini dia tersenyum, membuat wajahnya yang memang cantik semakin cantik saja.

"Siapakah engkau Kongcu!!" tanya gadis itu lagi waktu melihat Ko Tie memandang bengong kepadanya mengagumi akan kecantikan wajah si gadis.

Ko Tie tersadar dari tertegunnya, mukanya seketika berobah memerah, dia merasa malu bukan main, cepat-cepat dia bilang:

"Siauwte she Lie bernama Ko Tie......! Dan jika memang Kouw-nio tidak keberatan, dapatkah Kouw-nio memberitahukan siapa guru Kouw-nio?"

Si gadis memain bola matanya, dia bilang, "Guruku ialah ayahku!" menyahuti dia kemudian.

"Kam Kouw-nio..... tampaknya ilmu pedang keluarga Kam merupakan ilmu pedang yang hebat sekali dan memang jelas bahwa keluarga Kam tentunya merupakan tokoh-tokoh persilatan ahli kiam-hoat...... Siauwte benar-benar merasa kagum sekali tadi telah sempat menyaksikan ilmu pedang yang sangat hebat itu!"

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now