Jilid 77

741 22 0
                                    

Namun belum lagi tangannya itu mengenai dada Ko Tie, justeru Ko Tie telah menjatuhkan dirinya rebah lagi ke belakang, kemudian merintih.

"Tidak! Kau tidak bisa menipuku lagi..... aku tetap akan menghantammu."

Sambil berkata begitu benar-benar tangan kanan Giok Hoa telah memukul dada Ko Tie cukup keras, sehingga Ko Tie kali ini benar-benar kesakitan. Sedangkan Giok Hoa telah melompat berdiri dan berlari ke arah lain di puncak tertinggi gunung itu. Sampai akhirnya gadis itu lenyap di tikungan.

Ko Tie tertegun sejenak, namun cepat-cepat melompat berdiri, kemudian mengejarnya. Dia melihat si gadis masih tetap berlari-lari cepat sekali di puncak tertinggi itu.

"Nona..... tunggu..... maafkan..... aku, tunggu..... dengarkanlah keteranganku ini.....!" teriak Ko Tie sambil mengejarnya dengan mempergunakan gin-kangnya yang tertinggi.

Giok Hoa melihat Ko Tie mengejarnya tahu-tahu dia telah bersiul nyaring sekali. Dia bukan bersiul biasa saja. Dia telah bersiul dengan disertai tenaga lweekang yang sangat kuat sekali, sehingga suara siulan itu bergema di sekitar puncak gunung tersebut, terdengar sampai jauh sekali.

Tidak lama kemudian dari tengah udara tampak setitik bayangan yang semakin lama semakin membesar. Dan setelah datang dekat, Ko Tie yang kala itu tengah mengejar terus, telah melihatnya dengan jelas.

Itulah seekor burung rajawali putih yang memiliki ukuran tubuh yang sangat besar sekali, dengan sepasang sayapnya yang sangat lebar dan tampak kuat sekali.

Ko Tie heran, mengapa di tempat ini bisa terdapat seekor burung rajawali putih yang bentuk tubuhnya begitu luar biasa. Malah yang lebih mengherankannya, dia melihat gadis itu hanya dengan bersiul belaka, telah dapat memanggil burung rajawali putih tersebut, seakan juga burung rajawali putih itu memang merupakan burung rajawali peliharaan yang jinak dan penurut sekali.

Ko Tie telah mengempos semangatnya, dia berusaha mempercepat agar tiba di dekat Giok Hoa.

Waktu itu juga burung rajawali putih itu telah terbang hinggap di samping Giok Hoa. Dan gadis itu dengan lincah telah melompat ke atas punggung burung rajawali itu, dimana sejenak kemudian burung rajawali putih itu telah mengembangkan sepasang sayapnya, telah terbang meninggalkan tempat itu, mengangkasa tinggi..... semakin tinggi..... dan akhirnya lenyap dari pandangan mata Ko Tie.

Bukan main herannya Ko Tie. Burung rajawali putih itu benar-benar jinak sekali.

Juga tampaknya memang burung rajawali itu terlatih baik sekali. Menyesal Ko Tie mengapa tadi dia tidak bisa mengejar lebih cepat. Bukankah jika tadi dia telah berhasil mengejar si gadis, di waktu si gadis melompat ke punggung burung rajawali itu, diapun bisa ikut melompat ke punggung burung rajawali tersebut. Dengan demikian mereka berdua bisa di bawa terbang oleh burung rajawali putih tersebut?

Dan Ko Tie jadi berdiri tertegun di tempatnya mengawasi ke arah mana tadi burung rajawali putih itu terbang menghilang. Setelah berdiri lagi beberapa saat lamanya, akhirnya Ko Tie menghela napas dan dia telah melangkah menuruni puncak gunung itu, dia ingin kembali ke rumah wanita berbaju kuning itu.

"Mudah-mudahan Giok Hoa telah kembali!" begitulah yang selalu dipikirkan oleh Ko Tie. Karena jika ia bertemu dengan gadis itu, pertama-tama yang ingin diutarakannya adalah meminta maaf kepada gadis itu, bahwa tadi dia sama sekali tidak bermaksud ceriwis, hanya saja ingin menyadari gadis itu, agar gadis itu tidak terlalu sembarangan turun tangan.

Tetapi ketika Ko Tie tiba di rumah wanita berbaju kuning itu, dia tidak terlihat bayangan Giok Hoa. Juga dia tidak melihat burung rajawali putih itu.

Segera juga Ko Tie menyadari bahwa gadis itu tentunya belum pulang.

Ketika Ko Tie masuk ke dalam rumah, dilihatnya pintu kamar di mana wanita baju kuning bersemedhi tetap masih tertutup rapat.

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now