Jilid 182

507 19 0
                                    

Wajah Ko Tie berobah merah.

Di dalam hatinya dia memang tengah memikirkan, Setelah sin-kangnya kumpul, dan ia sembuh, maka dia akan menghadapi kakek tua itu untuk mencegah kakek itu memaksa Kam Lian Cu menjadi mantunya. Maka dia telah berusaha untuk mempercepat mengerahkan sin-kangnya.

Dan Ko Tie berpikir, setelah lewat satu hari lagi, di waktu itu tentunya dia telah leluasa untuk mengerahkan sin-kangnya, sehingga dia dengan leluasa akan dapat mempergunakan kepandaiannya, buat menghadapi kakek tua itu.

Justeru di saat itu si kakek tua telah berkata dengan suara yang mengandung nada mengejek dan juga seperti telah mengetahui isi hatinya, membuat Ko Tie jadi jengah juga.

Sebagai seorang yang selalu tegak pada aliran putih..... yaitu jalan pek-to, maka dia tentu saja menghormati kebaikan dan membenci kejahatan. Sekarang dia telah diselamatkan jiwanya oleh kakek tua itu, karenanya dia sangat berterima kasih sekali pada kakek tua tersebut.

Dan jika memang dia bermaksud hendak menolongi Kam Lian Cu, maka dia harus menentang kakek tua itu, berarti dia melakukan kebaikan dibalas dengan kejahatan. Inilah yang membuat hati Ko Tie jadi bimbang dan tidak bisa segera mengambil keputusan.

Kam Lian Cu pun girang melihat Ko Tie telah sembuh. Waktu si kakek tua dan kera bulu kuning berada di tempat yang terpisah cukup jauh, maka si gadis telah berkata: "Malam ini kita akan berusaha melarikan diri dari mereka!"

Ko Tie mengangguk ragu-ragu.

Waktu itu, tampak kakek tua tersebut telah melangkah menghampiri, dia bilang kepada Kam Lian Cu.

"Mari sekarang kita melakukan perjalanan, untuk dapat tiba di tempatku lebih cepat lagi! Kukira kawanmu itu telah sembuh, dan besok dia bisa melakukan perjalanan meninggalkan tempat ini, kau sudah tidak perlu menguatirkan keadaannya!!"

Hati Kam Lian Cu tercekat.

"Tidak!" katanya. "Aku ingin menantikan sampai kawanku ini pergi dulu dari tempat ini, sehingga membuktikan bahwa dia benar-benar telah sembuh.......!"

"Hemmm!" mendengus kakek tua itu. "Kau terlalu mencari-cari alasan saja......!"

"Tapi aku telah berjanji padamu, bahwa aku akan menuruti keinginanmu, asalkan kawanku jadi benar-benar dapat disembuhkannya! Sekarang dia telah sembuh, tapi dia belum lagi sembuh keseluruhannya. Dan jika dia telah bisa meninggalkan tempat ini, berarti dia benar-benar telah sembuh!"

Kakek tua itu itu tidak mau membantah dan berdebat dengan si gadis. Ia mengangguk dan mengajak si kera bulu kuning buat tidur di atas sebatang pohon, nyenyak sekali tampaknya tidur mereka.

"Hemmm, tampaknya tak mudah kita melarikan diri dari mereka..... karena kakek tua itu walaupun dia tertidur, tokh dia memiliki ilmu tinggi dan pendengaran yang sangat tajam sekali! Karena itu, jika memang kita ingin melarikan diri, maka kita harus menantikan menjelang tengah malam.....!" bisik Ko Tie kepada Kam Lian Cu, dengan suara yang perlahan sekali.
Kam Lian Cu mengangguk.

Sedangkan Ko Tie untuk melihat apakah tenaga dalamnya telah pulih, ia mengambil sebongkah batu yang dikepalnya dalam cengkeraman tangan kanannya. Iapun kemudian mengerahkan tenaga dalamnya.

Seketika terdengar suara yang perlahan sekali, ternyata batu dalam kepalannya itu telah menjadi remuk dan hancur menjadi bubuk, dengan demikian telah membuat Ko Tie girang bukan main, karena lweekangnya memang telah pulih sebagaimana biasa dan dia dapat mempergunakannya dengan sebaik mungkin.

Kam Lian Cu melirik.

"Aku telah berhasil!" bisik Ko Tie kemudian dengan suara yang perlahan.

Kam Lian Cu juga girang.

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now