Jilid 142

589 13 0
                                        

Dipandangi seperti itu, walaupun semula Ko Tie tertidur nyenyak, tiba-tiba ia seperti tersentak, perasaan halusnya telah menyatakan bahwa ada seseorang tengah mengawasinya. Ia terbangun dari tidurnya, dan menoleh kepada si gadis. Justeru dilihatnya Giok Hoa tengah duduk di depan meja, dekat pembaringannya, tengah mengawasi sambil tersenyum manis sekali.

Ko Tie jadi malu. Cepat-cepat ia mengucek-ucek matanya, katanya sambil turun dari pembaringan: "Maafkan adik Hoa, aku tertidur terlampau nyenyak sekali......"

Segera juga Ko Tie pergi ke kamar mandi untuk salin pakaian, barulah kemudian setelah cuci muka ia duduk di depan si gadis.

"Sudah lama kau bangun, adik Hoa?" tanya Ko Tie.

Giok Hoa mengangguk.

"Ya, sudah cukup lama aku menantikan kau bangun," menyahuti si gadis. "Mimpi apa kau tadi malam?"

Muka Ko Tie jadi berobah merah, tapi ia tertawa.

"Aku memang bermimpi, tapi jika aku memberitahukan kepadamu, tentu engkau akan marah....." menyahuti Ko Tie.

"Ayoh beritahukan padaku mimpi itu!" desak Giok Hoa ingin mengetahui.

Ko Tie mennggeleng.

"Jangan ahh, nanti engkau marah!"

"Tidak! Kau harus memberitahukannya kepadaku!" desak si gadis.

"Kau mau berjanji tidak marah jika aku menceritakan mimpiku itu?" tanya Ko Tie sambil tetap tersenyum.

Si gadis jadi cemberut.

"Kau mau memberitahukan atau tidak?"

"Jika kau tidak mau berjanji bahwa engkau tidak marah mendengar mimpiku itu, barulah aku menceritakannya!"

"Baiklah!" mengangguk Giok Hoa, "Aku berjanji tidak akan marah. Nah, sekarang kau ceritakanlah mimpimu itu!"

"Aku semalam bermimpi......" berkata sampai di situ Ko Tie berhenti dulu, ia tersenyum.

"Ayo katakan!" desak Giok Hoa tak sabar.

"Aku bermimpi mencium kau adik Hoa!" menjelaskan Ko Tie pada akhirnya.

"Cisssssss! Tidak tahu malu!" berkata Giok Hoa yang mukanya seketika berobah merah.

Ko Tie tertawa.

"Tapi kau berjanji tidak akan marah bukan?" kata Ko Tie kemudian. "Justeru dalam mimpiku itu, engkau tidak marah dicium malah minta lagi......"

Tiba-tiba tangan kanan si gadis meluncur, dia mencubit tangan Ko Tie kuat-kuat.

"Aouwwwww!" menjerit Ko Tie kesakitan tapi tertawa. "Tadi kau berjanji tidak akan marah?!"

"Engkau laki-laki tidak tahu malu!" kata Giok Hoa dengan pipi berobah merah. Ia jadi malu sekali.

Diam-diam dia jadi bingung juga, mengapa si pemuda bisa bermimpi yang sama seperti yang dimimpikannya semalam. Di mana ia yang merangsek si pemuda, yang melumat lahap bibir si pemuda itu.

Karena itu, Giok Hoa jadi malu bukan main. Dia menunduk dalam-dalam, dan masih menggumam: "Selanjutnya aku tidak ingin bicara lagi dengan kau!"

"Ihhhhh, kok begitu?" kata Ko Tie cepat dan agak gugup. "Bukankah engkau telah mendesak agar aku menceritakan mimpiku itu?!"

"Tapi engkau memiliki pikiran yang kotor!" kata Giok Hoa kemudian cemberut.

"Mengapa pikiranku kotor, bukankah mimpi datang tidak bisa ditolak. Jika memang bisa ditolak, tapi jika mimpi bisa mencium engkau, adikku manis, tentu aku seribu kali tidak akan menolaknya!"

Anak RajawaliTempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang