Jilid 188

487 16 0
                                        

Yang Sin-se menghela napas, kemudian katanya: "Sayangnya lukanya memang benar-benar sangat parah sekali, sehingga sulit buat menyembuhkannya.....

"Coba, aku ganti saja obat yang kuberikan kepadanya dengan obat yang lebih keras daya kerjanya. Siapa tahu obat itu baru cocok buat dia mempertahankan diri dalam beberapa hari!

"Terus terang saja kukatakan kepada kalian, obat yang akan kuberikan itu tidak mungkin bisa menyembuhkannya, dan hanya bisa memperpanjang umurnya beberapa hari saja, mencegah sakit pada tubuhnya. Agar begitu dia siuman, dia tidak terlalu menderita kesakitan......!"

Muka semua penduduk kampung itu jadi muram, mereka menyesal sekali bahwa Ko Tie tidak bisa ditolong jiwanya.

Dan obat yang diberikan oleh Yang Sin-se hanya merupakan obat yang memperpanjang umur si pemuda selama beberapa hari saja. Dengan begitu, mereka jadi putus asa, karena toh akhirnya pemuda itu akan mati juga......!

Yang Sin-se telah menulis resep obatnya lagi, dan seorang penduduk cepat-cepat membelinya di rumah obat.

Begitu pulang membawa obat, segera ia memasaknya. Dan setelah hangat-hangat, diberikan kepada Ko Tie, untuk meminumnya.

Cara meminumkannya sama seperti tadi, yaitu mempergunakan sendok dan setiap sesendok obat itu dimasukkan ke dalam mulut Ko Tie, rahangnya dipijit, sehingga obat itu tertelan.

Semua penduduk kampung segera juga bisik-bisik, karena mereka menyayangkan sekali kalau sampai Ko Tie benar-benar tidak tertolong.

Pemuda itu tampak demikian tampan, juga tubuhnya tegap dan gagah. Dia merupakan seorang pemuda yang jarang sekali terlihat di kampung ini.

Hanya sayang menurut Yang Sin-se umurnya hanya beberapa hari lagi.

Dengan begitu, penduduk kampung jadi membicarakan perihalnya, malah beberapa orang gadis kampung itu juga membicarakan perihal ketampanan pemuda tersebut.

Burung rajawali yang masih berada di luar rumah menerima perawatan yang baik.

Selain sayapnya yang luka itu diobati juga dia selalu diberi makan.

Di waktu itu, burung rajawali itu tampak gelisah sekali, karena telah dua hari dia tidak melihat Ko Tie.

Justeru dia ingin mengetahui juga, bagaimana keadaan Ko Tie, sayang tubuhnya sangat besar, sehingga dia tidak bisa masuk ke dalam rumah penduduk itu.

Hanya penduduk yang mengerti akan perasaan burung rajawali itu, telah menghiburnya dan burung rajawali seperti juga mengerti kata-kata manusia itu, dan tampak jauh lebih tenang dari sebelumnya.

Pada pagi hari ke tiga, kembali Yang Sin-se datang pula ke situ untuk memeriksa keadaan Ko Tie.

Keadaan Ko Tie sangat payah dan lemah sekali, karena sejak kemarin di mana dia telah pingsan pula, dia tidak sadarkan diri terus sampai sekarang, karenanya melihat keadaan demikian. Yang Sin-se yakin tidak lama lagi tentu pemuda ini akan menghembuskan napasnya mati, di mana keadaannya memang semakin lemah itu.

Penduduk kampung pun tampak berduka, wajah mereka muram. Walaupun mereka memang tidak kenal dan tidak mengetahui siapa adanya Ko Tie, akan tetapi merekapun memang ingin sekali dapat menyelamatkan dan menolong Ko Tie.

Di waktu itu terlihat betapapun juga, memang Ko Tie dalam keadaan sekarat.

Sejak waktu kemarin dia pingsan terus sampai satu hari satu malam itu ia tidak sadarkan diri. Namun ketika Yang Sin-se tengah memeriksa hong-menya, di waktu itulah Ko Tie membuka pelupuk matanya, dia siuman.

Yang Sin-se mengawasinya sesaat, memeriksa matanya, yang agak kuning. Yang Sin-se menghela napas, kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya.

Waktu itu Ko Tie bersuara perlahan. "Aku..... aku..... di mana?!" seakan juga ia mengigau.

Anak RajawaliTempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang