Jilid 26

880 20 0
                                    

Waktu itu hati Hok An kurang tenteram, karena sebagai seorang yang berpengalaman dalam rimba persilatan, dia mengetahui ada tiga orang Boan yang berpakaian sipil memiliki tingkah mencurigakan sekali. Ke tiga orang itu selalu menguntit Hok An berdua Giok Hoa, di mana ke tiga orang itu seperti juga memperhatikan sekali Hok An berdua.

Hok An telah mengajak Giok Hoa agar meninggalkan pasar tersebut. "Mari kita kembali ke rumah penginapan saja, aku letih dan ingin beristirahat.....!" ajak Hok An.

"Tunggu dulu paman Hok.....!" kata Giok Hoa. "Aku ingin melihat bunga-bunga bwee yang indah-indah itu.....!"

Terpaksa Hok An menemani Giok Hoa melihat-lihat bunga yang menarik itu, sedangkan sikap waspadanya tidak menurun, karena Hok An kuatir kalau-kalau ke tiga orang Boan itu menimbulkan keributan dengan mencari gara-gara padanya.

Benar saja apa yang dikuatirkan Hok An, ke tiga orang yang memiliki hidung mancung dengan mata yang kebiru-biruan, menunjukkan dia bukan orang Han, melainkan orang Boan, telah menghampiri Hok An. Kemudian bergantian mereka mengawasi Hok An dan Giok Hoa. Malah salah seorang di antara ke tiga orang itu telah menepuk perlahan pundak Hok An.

Jika Hok An ingin mengelakkan diri dari tepukan orang Boan itu, bisa saja dilakukannya dengan segera, akan tetapi hal itu pasti akan menimbulkan kecurigaan yang lebih besar pada mereka. Itulah sebabnya Hok An akhirnya membiarkan pundaknya ditepuk orang Boan tersebut, dia hanya pura-pura memperlihatkan sikap terkejut dan menoleh.

Muka ke tiga orang Boan itu tampak tidak sedap dilihat, malah yang seorang di antara mereka segera menegur dengan dialek Han yang kaku: "Kau orang Kay-pang?!"

Hok An memperlihatkan sikap terheran-heran dengan mementang sepasang matanya.

"Kay-pang? Apa itu Kay-pang?!" dia balik bertanya.

"Hemmm, engkau tidak perlu pura-pura, kami mengetahui engkau tentu anggota Kay- pang.....!" kata orang itu yang nada suaranya tetap saja bengis dan tidak enak didengar.

"Aku tidak mengerti apa maksud kalian!" kata Hok An.

"Kau harus ikut bersama kami.....!" kata ke tiga orang itu. "Nanti setelah diperiksa dan engkau memang benar-benar bukan orang Kay-pang, kami akan membebaskan kau lagi!"

Setelah berkata begitu, orang itu menoleh memandang Giok Hoa, katanya lagi: "Gadis cilik itu masih ada hubungan apa denganmu? Bawa saja sekalian ikut bersama kami!"

"Ini.... mana boleh begitu?!" tanya Hok An yang menahan kemendongkolan hatinya.

"Jangan banyak rewel..... ayo ikut bersama kami!" perintah orang itu dengan suara yang bengis, sedangkan ke dua kawannya telah berdiri di sisi kiri kanan Hok An dan Giok Hoa.

Sebenarnya Hok An melihat, jika saja dia mempergunakan kepandaiannya buat menghantam rubuh ke tiga orang itu, dia bisa melakukannya dengan mudah, tapi niscaya akan timbul keributan. Di kampung inipun orang-orang Boan bukan hanya mereka bertiga.

Karena itu, jika timbul keributan, orang-orang Boan itu akan mencari jejaknya, dan dia akan dicap sebagai pemberontak. Maka Hok An akhirnya memutuskan untuk ikut bersama ke tiga orang itu, buat melihat apa yang ingin dilakukan mereka.

"Baiklah!" Hok An mengangguk.

Salah seorang di antara ke tiga orang itu mendorong punggung Hok An. Hampir saja Hok An tidak bisa menahan kemendongkolan hatinya dan ingin menghajar orang itu.

Namun akhirnya memikirkan keselamatan Giok Hoa, yang tentu akan terkejut jika saja terjadi keributan, akhirnya Hok An berdiam diri saja. Dia hanya berjalan mengikuti orang-orang Boan itu dengan menuntun Giok Hoa.

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now