Jilid 102

678 18 0
                                        

Thio Kim Beng pun tidak berani berayal, tongkat bambu hijaunya telah dilintangkan di depan dadanya. Dia telah mengawasi sikap Cek Tian dengan mata yang bersinar tajam juga. Dia menantikan penyerangan lawannya sambil mengempos semangatnya, memperhatikan juga kalau-kalau ada kelemahan dalam gerakan Cek Tian ini.

Di saat itulah, di antara berkelebatnya tongkat bambu hijau Thio Kim Beng, tampak Cek Tian juga menyerang hebat mempergunakan ke dua telapak tangannya.

"Takk, dukkk, bukk!" terdengar tiga kali suara benturan yang nyaring.

Suara yang pertama adalah suara terbenturnya tongkat bambu hijau Thio Kim Beng yang kena ditangkis oleh Cek Tian, sedangkan suara yang ke dua merupakan suara terbenturnya dua kekuatan antara tenaga dalam Cek Tian dengan tenaga dalam Thio Kim Beng.

Dan suara yang ke tiga merupakan suara tubuh Cek Tian yang kena dihantam oleh telapak tangan kiri Thio Kim Beng, sehingga tubuh si nenek tua yang tangguh itu terpental bergulingan di atas tumpukan salju!

Namun dasarnya memang dia tangguh sekali, dia bisa melentik bangun dengan segera, sambil menghantam lagi dengan ke dua telapak tangannya, di mana dia masih mengambil sikap seekor kodok besar, berjongkok mempergunakan Ha-mo-kang nya! Angin berkesiuran menderu-deru.

Thio Kim Beng sendiri tidak berani segera memapaki serangan lawannya kali ini. Tadi saja, waktu tenaganya saling bentur dengan tenaga dalam Cek Tian, telapak tangannya yang mencekal tongkat bambu hijaunya tergetar keras dan terasa pedih, juga tubuhnya tergoncang hebat sekali.

Biarpun dia berhasil menghantam Cek Tian dengan telapak tangan kirinya, dia sendiri tidak urung kena disampok oleh kekuatan tenaga dalam Ha-mo-kang lawannya. Beruntung dia memang, telah menutup tubuhnya dengan kekuatan sin-kang nya, sehingga biarpun dia kena diterjang oleh tenaga dalam lawan, tokh tetap saja dia tidak sampai terluka parah.

Dalam keadaan seperti itu, terlihat Thio Kim Beng cepat-cepat menjejakkan ke dua kakinya. Dia tidak mau menyambuti tenaga serangan dari Cek Tian. Dengan demikian pukulan yang hebat itu jatuh di tempat kosong.

Cek Tian penasaran dan murka sekali. Tadi dia telah kena terpukul.

Memang benar pukulan itu tidak sampai melukai dia dan juga tidak sampai membuat dia bercacad, akan tetapi dia penasaran sekali. Dia telah terguling-guling akibat serangan lawannya.

Karena, sebagai seorang wanita, yang umumnya memang sering diliputi oleh perasaan penasaran jika belum berhasil mencapai sesuatu yang dikehendaki. Maka demikian pula halnya dengan Cek Tian, dia jadi begitu penasaran dan biar bagaimana bertekad hendak menyerang binasa pada lawannya itu.

Demikianlah, setelah pukulannya itu dapat dihindarkan oleh lawannya, dia segera melompat dengan sikap seperti seekor kodok dan telah menyerang lagi dengan hebat. Serangan itu datang saling susul, tampaknya dia kalap sekali, dan sekarang dia sudah tidak memperdulikan lagi keselamatan dirinya!

Wajah nenek tua Cek Tian tampak menyeramkan sekali, dengan sepasang mata mendelik memancarkan sinar yang menakutkan. Di wajahnya terbayang hawa nafsu membunuh yang besar sekali karena dalam kenekadannya itu, benar-benar dia kalap dan penasaran hendak membinasakan lawannya, walaupun dengan cara dan jalan bagaimana. Itulah sebabnya dia telah mempergunakan seluruh tenaga lwekangnya buat menyerang sehebat-hebatnya kepada Thio Kim Beng.

Berlainan dengan Cek Tian, justeru Thio Kim Beng tidak mau membuang jiwa percuma secara konyol. Karena dari itu, dia berulang kali berkelit, tiga kali dia berkelit dan pada serangan ke empat kali, mau atau tidak terpaksa dia harus menangkisnya, karena Cek Tian mendesaknya terus beruntun dengan pukulan-pukulan Ha-mo-kang yang dahsyat.

Dalam keadaan seperti itu, Thio Kim Beng mengerahkan sebagian besar tenaga dalamnya dan menangkisnya, memperdengarkan, suara benturan yang keras dari saling benturnya tangan mereka, di mana tangan mereka tidak segera terpisah lagi. Ke duanya berdiri tegak dengan kuda-kuda ke dua kaki yang kokoh mereka mengadu kekuatan tenaga dalam mereka buat saling lebih mendahului merubuhkan lawan masing-masing.

Anak RajawaliTempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang