Cuma saja, yang membuat Giok Hoa berkuatir, adalah keselamatan Ko Tie.
Waktu itu walaupun Ko Tie masih bisa mengejar Gorgo San dan berulang kali menyerang. Namun tetap saja mukanya semakin hitam.
Larinya yang semakin lambat itu membuktikan racun telah bekerja semakin berat. Dan tidak lama lagi Ko Tie akan roboh sendirinya, jika saja ia masih mengejar Gorgo San.
Gorgo San bukannya tidak melihat keadaan Ko Tie seperti itu. Dia girang bukan main, maka ia sengaja berlari terus, semakin lincah dan juga mengejek tidak hentinya, buat membangkitkan kemarahan Ko Tie.
Tetapi waktu itu Ko Tie yang merasakan matanya berkunang-kunang, segera juga terkejut dan menghentikan larinya. Ia pun di dalam hatinya berpikir:
"Celaka! Mengapa aku harus terpancing olehnya seperti ini? Jika memang darahku meluap dan aku mempergunakan tenaga, racun akan bekerja lebih cepat lagi, berarti kematianku akan lebih cepat pula!"
Karena berpikir seperti itu, Ko Tie telah menahan larinya. Dia berdiam diri saja dan mengawasi Gorgo San.
Sedangkan Gorgo San berdiri terpisah lima tombak lebih dengan bertolak pinggang.
"Ayo! Ayo maju! Mari! Mengapa berhenti? Atau memang engkau sudah ingin mampus, monyet?" ejeknya.
Di ejek seperti itu, bukan main murkanya Ko Tie. Tapi ia pun menyadari bahwa seseorang yang tengah terkena racun, jelas tidak boleh menuruti emosinya, dan ia harus dapat mengendalikan diri dan juga jika bisa tidak mempergunakan tenaganya.
Jika memang ia melanggar larangan tersebut, niscaya akan membuatnya jadi lebih cepat terancam kematian. Racun dapat bekerja lebih cepat lagi.
Akhirnya Ko Tie memutuskan, dia akan berdiam diri saja. Dia hanya akan menimpuk dengan mempergunakan senjata rahasianya.
Tiba-tiba tangannya bergerak, dia menimpukkan beberapa jarum bwee-hoa-ciam kepada Gorgo San.
Gorgo San mengeluarkan seruan kaget dan menyingkir lagi. Ia cuma bisa bergerak gesit, tanpa memiliki tenaga buat mengadakan perlawanan. Karena itu, ia cuma berhasil mengelakkan diri dari sambaran senjata rahasia tersebut, tanpa ia bisa untuk balas menimpuk.
Di kala itu Ko Tie gencar sekali menimpuk kepada lawannya. Gorgo San berpikir:
"Hemmmmm, tampaknya ia masih memiliki sedikit tenaga dan masih bisa bertahan. Jika memang aku meninggalkanya setengah harian dan nanti aku datang kembali ke mari, untuk membunuhnya, di waktu itu tentu dia sudah tidak berdaya lagi......!"
Karena berpikir seperti itu, tampak Gorgo San telah menjejakkan ke dua kakinya, tubuhnya melompat keluar dari jendela. Dia pun sambil melompat berseru nyaring kepada Kiang-lung Hweshio. "Angin kencang!"
Kiang-lung Hweshio memang tengah berpikir sama seperti yang dipikirkan Gorgo San.
Sekarang mendengar kawannya menganjurkan ia angkat kaki, maka segera ia mendesak Giok Hoa.
Waktu Giok Hoa melompat mundur, segera juga ia menjejakkan kakinya, tubuhnya melesat ke luar dari jendela. Dalam waktu yang singkat, segera juga ia menghilang di luar, menyusul Gorgo San.
Giok Hoa hendak mengejar, namun segera ia teringat kepada Ko Tie. Ia berlari menghampiri.
"Engkoh Tie...... bagaimana keadaanmu?" tanya si gadis dengan berkuatir sekali, karena dilihatnya muka Ko Tie telah gelap dan menghitam. Dia tahu racun yang mengendap di dalam tubuh Ko Tie telah semakin mengganas dan keadaan si pemuda semakin lemah.
Ko Tie menghela napas.
"Tampaknya memang sulit buat aku lolos dari kematian!" menggumam si pemuda itu, yang di saat itu merasakan matanya berkunang-kunang dan kepalanya pusing.

YOU ARE READING
Anak Rajawali
AventureLanjutan "Beruang Salju". *note : Jilid kelipatan 5 di cinkeng ini cayhe private, hanya follower yg dpt membacanya. Kamsia