Jilid 34

865 23 0
                                    

Giok Hoa karena terlalu berduka, dia telah menghampiri Tiauw-jie, kemudian merangkul leher burung rajawalinya. Burung rajawali itupun menitikkan air mata, tampaknya diapun bingung sekali melihat Hok An menderita seperti itu.

Setelah diberi obat oleh Yo Him, berangsur-angsur Hok An tidak terlalu menderita lagi, karena rintihannya tidak sekeras semula. Yo Him agak tenang melihat Hok An tidak menderita sehebat tadi. Namun iapun mengetahui bahwa Hok An tidak bisa disembuhkannya, di samping persediaan obatnya tidak akan sanggup mengobati luka sehebat itu, juga Yo Him tidak mengetahui bagaimana caranya menyembuhkan luka separah tersebut.

Obat-obat yang dimiliki oleh Yo Him memang dapat mengurangi penderitaan Hok An, namun tidak mungkin dapat menyembuhkan keseluruhan luka-luka yang diderita oleh Hok An. Bayangkan saja, Hok An saat itu telah tersiksa begitu hebat. Kuku-kuku jari tangannya yang telah dicabuti semuanya, juga waktu itu bibirnya telah membengkak besar dengan gigi-gigi yang pada rontok, di samping kakinya yang terbakar hangus.

Sasana yang melihat suaminya termenung seperti itu, jadi mendekati, katanya: "Yo Him, apakah orang ini dapat ditolong?"

Yo Him menghela napas, dia melirik pada Sasana, kemudian menoleh memandag pada Giok Hoa yang waktu itu tengah menangis sambil merangkul leher Tiauw-jie, sedangkan burung rajawali itu sendiri menitikkan air mata.

"Sudahlah, memang walaupun bagaimana kita harus mencari seorang tabib yang pandai. Kita harus berusaha menolongi orang ini! Persediaan obatku terbatas sekali, tidak bisa menyembuhkan luka sehebat ini! Obat-obat yang kita miliki hanya dapat mengurangi penderitaan dan rasa sakitnya saja. Itu hanya sekejap belaka dan kemudian dia akan menderita hebat lagi......!"

"Lalu langkah-langkah apa yang ingin kau ambil untuk menolongi orang ini?" tanya Sasana.

"Jika kita meminta pertolongan kepada tabib sembarangan itupun akan percuma, karena tabib-tabib kampung memiliki obat-obat yang biasa saja, karena itu, tidak dapat kita andalkan. Dan yang terutama sekali kita harus berusaha mencari seorang tabib yang benar-benar tangguh, dengan mana kita minta pertolongannya buat bantu menyembuhkan luka-luka yang diderita orang ini.....! Tetapi di mana kita bisa mencari tabib pandai yang kita kehendaki itu? Dan siapa tabib itu?!"

Sasana dan Yo Him jadi bingung sendirinya, karena mencari tabib pandai yang dapat mengobati luka Hok An benar-benar tidak mudah.

Hok An masih juga merintih kesakitan, karena obat penenang yang diberikan Yo Him telah habis daya tahannya.

Giok Hoa jadi menangis semakin sedih sambil memanggil-manggil: "Paman Hok! Paman Hok!" dan Tiauw-jie juga memekik perlahan, seperti juga ingin mengatakan bahwa ia ikut berduka cita.

Yo Him memeriksa keadaan Hok An, hatinya jadi semakin berduka, karena dilihatnya Hok an telah mengalami keadaan yang benar-benar sangat menderita dan parah sekali lukanya, di samping itu, terlihat betapapun memang perkembangan kesehatannya telah terganggu, karena di saat itu Hok An telah mengigau tidak hentinya, bicaranya melantur, diapun telah menggumam dengan suara yang tidak jelas, suhu panas tubuhnya sangat tinggi sekali, sehingga bagaikan di dalam tubuhnya itu terdapat api, dan anehnya, walaupun suhu panas tubuhnya begitu tinggi, tokh ia mengguman: "Dingin-dingin......!"

Yo Him mengkerutkan sepasang alisnya berpikir keras waktu melihat keadaan Hok An seperti itu. Ia mengerti bahwa Hok An tengah terluka parah dan kini tubuhnya terserang demam yang tinggi.

Jika keadaannya ini berlangsung terus, tidak segera ditolong dan diobati, niscaya akan menyebabkan dia menemui kematian. Maka Yo Him telah berpikir keras, berusaha hendak mendayakan menolong Hok An.

Giok Hoa waktu itu mendekati Yo Him, katanya: "Koko...... apakah paman Hok masih dapat ditolong..... Koko.....? Jelaskanlah apakah paman Hok masih dapat ditolong?" Dan berkata sampai di situ, Giok Hoa telah menangis berduka sekali.

Anak RajawaliTempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang