Yo Him mendengar teriakan orang tua itu, sudah tidak tahu tindakan apa yang harus dilakukannya. Dilihatnya Hok An mengigau tidak hentinya, sedangkan Giok Hoa masih saja menangis sedih.
Karena itu, dia telah memutar tubuhnya, melangkah memasuki goa, dan ketika berada di hadapan orang tua itu, yang mengawasinya dengan pandangan mata yang sangat tajam, segera juga Yo Him berkata dengan suara yang tawar.
"Locianpwe, aku telah memohon dengan cara yang baik agar kau orang tua mengobati dan menolongi kawanku itu, tetapi kau tetap mengada-ada dengan syarat yang tidak karuan! Sekarang begini saja, mari kita main-main, aku jadi ingin mengetahui, sesungguhnya berapa tinggikah kepandaianmu itu?"
Mendengar perkataan Yo Him, muka orang tua tersebut berobah, kemudian dia tertawa bergelak-gelak.
"Jadi engkau menantangku?!" tanyanya.
"Ya!" mengangguk Yo Him. "Tetapi kita bertaruh!"
"Bertaruh?"
"Ya, jika dalam sepuluh jurus aku bisa merubuhkan engkau, maka engkau harus mengobati kawanku itu sampai sembuh! Tetapi jika aku tidak berhasil merubuhkan engkau dalam sepuluh jurus, biarlah kami berangkat meninggalkan tempat ini dan meminta maaf padamu."
Orang itu tertegun sejenak, namun akhirnya ia menganggukkan kepala.
"Baik! Baik!" katanya, rupanya dia tertarik juga mendengar tantangan Yo Him. "Jika engkau hendak bertaruh seperti itu, aku melayaninya!"
Tantangannya diterima, Yo Him girang. Dia yakin, dalam sepuluh jurus tentu dia bisa merubuhkan orang tua itu. Dan diapun yakin jika telah dapat merubuhkannya, orang tua itu tentu tidak akan banyak rewel lagi.
Segera Yo Him bertanya: "Apakah kita sudah boleh mulai?"
Orang tua itu mengangguk lagi.
"Ya.....!" katanya. "Jika memang demikian kehendakmu, mari sekarang kita mulai."
Dan orang tua itu tetap duduk di tempatnya, sama sekali tidak bergerak.
Sedangkan Yo Him menanti lagi sejenak lamanya, setelah melihat orang tua itu tetap tidak bergerak dari tempat duduknya, dia jadi tidak sabar.
"Mengapa kau belum bersiap-siap?" tanyanya.
Orang tua itu berkata dengan suara yang tawar: "Aku sudah bersiap, silahkan engkau membuka serangan!"
Yo Him mendongkol juga, dengan tetap duduk di tempatnya, orang tua itu seperti juga sengaja meremehkan Yo Him.
Karena itu, Yo Him tidak membuang-buang waktu pula segera bersiap untuk membuka serangan.
Orang tua itu pun telah bersiap-siap, karena sepasang tangannya sudah tidak terjuntai lagi ke bawah, dia telah mengingkat ke dua tangannya itu, dengan sikap seperti menantikan pukulan pertama dari Yo Him.
Yo Him juga berpikir, ia harus mempergunakan taktik secepat mungkin, di mana dia tidak boleh menyerang tanggung-tanggung. Jika memang dia menyerang tanggung-tanggung, tentu akan membuat orang tua itu dapat menghindar selama beberapa jurus, maka kesempatan untuk meraih kemenangan akan sedikit sekali.
Begitu orang tua itu mempersilahkan dia memulai dengan serangannya, tanpa membuang waktu lagi, segera juga Yo Him menggerakkan tangan kanannya. Dia mengambil sikap seperti seekor garuda yang hendak menerkam, gerakannya sangat gesit sekali, dan kaki kanannya telah menyepak dengan kuat, disusul dengan tangan kanannya yang telah terpisah beberapa dim dari pundak orang tua itu.
Namun orang tua tersebut tidak merobah kedudukan dirinya, dia tetap duduk di tempatnya tanpa bergerak, hanya sepasang matanya saja yang terpentang lebar-lebar mengawasi datangnya tangan Yo Him yang menyambar dan kakinya yang menendang ke dadanya dengan kuat sekali.

ANDA SEDANG MEMBACA
Anak Rajawali
AbenteuerLanjutan "Beruang Salju". *note : Jilid kelipatan 5 di cinkeng ini cayhe private, hanya follower yg dpt membacanya. Kamsia