Waktu itulah tampak di jalan raya berlari-lari dua ekor kuda, yang berhenti di depan rumah makan tersebut. Ke dua penunggang kuda tersebut adalah sepasang muda-mudi.
Seorang pemuda yang tampan dan gagah dengan seorang gadis jelita yang tampak keren dengan gagang pedang tersembul dari pundaknya! Matanya jeli, hidungnya bangir dan bibirnya tipis yang selalu tersenyum, namun memperlihatkan kekerasan hatinya.
Mereka melompat ringan sekali turun dari kudanya masing-masing dan si pelayan telah menghampiri mereka buat menerima kuda ke dua tamu ini.
Thio Kim Beng melihat sepasang muda-mudi tersebut, jadi tercekat hatinya. Dia kenal dengan mereka. Ternyata ke dua pemuda-pemudi tersebut yang bertemu dengannya di puncak Heng-san.
Siapakah mereka? Tentu pembaca telah dapat menduganya.
Benar! Mereka adalah Ko Tie dan Giok Hoa! Mengapa mereka tiba-tiba sekali bisa berada di Lam-yang? Dan melakukan perjalanan tampaknya hanya berdua?
Ini ada ceritanya tersendiri.
◄Y►
Seperti diketahui Giok Hoa ingin sekali merantau, namun tidak berani mengemukakannya di hadapan gurunya mengenai maksudnya itu. Karenanya, ia selalu gelisah sendirinya, sampai pada malam itu dia telah mengutarakan isi hatinya dan perasaannya pada Ko Tie.
Sedangkan Ko Tie pada malam itu juga telah membuka isi hatinya, malah lebih dari segalanya. Dia telah menyatakan perasaan cintanya pada gadis tersebut yang memang telah dapat menggetarkan kalbu dan jiwanya!
Pagi itu Ko Tie terbangun agak siang dan dia baru saja salin pakaian. Gurunya telah duduk menghadapinya dengan tatapan mata yang agak luar biasa.
Gurunya duduk di pembaringannya, yang berseberangan dengan pembaringan Ko Tie. Dia menyaksikan muridnya tengah salin pakaian, sampai akhirnya setelah Ko Tie selesai dan waktu muridnya itu canggung ditatapi terus seperti itu, Swat Tocu telah tersenyum memanggilnya.
"Ko Tie, ke mari kau!" panggilnya sambil menunjuk ke sampingnya, agar pemuda itu duduk di tepi pembaringan di dekatnya.
Ko Tie menghampiri gurunya, dia memberi hormat sambil menanyakan kesehatan gurunya. Barulah dia duduk di dekat gurunya dengan hati agak berdebar.
"Aku ingin menyampaikan sesuatu kepadamu!" kata Swat Tocu.
"Silahkan suhu!"
"Kulihat beberapa hari ini engkan gelisah sekali, apa yang engkau rasakan?!"
Merah muka Ko Tie mendengar pertanyaan gurunya seperti itu, cepat-cepat dia memaksakan diri buat tersenyum, katanya: "Tidak suhu..... tidak...... tidak ada yang dipikirkan tecu!" kata-kata itu agak tergetar, karena dia kuatir justeru rahasia hatinya diketahui gurunya.
Swat Tocu tersenyum.
"Muridku, aku sebagai gurumu, telah cukup lama hidup bersamamu. Aku telah mengenal tabiat dan watakmu, sifat-sifatmu! Karena dari itu, engkau jangan coba-coba mendustai aku! Dan aku pun ingin menanyakan kepadamu, apakah menurut anggapanmu puncak Heng-san ini sesuai denganku......!"
"Tecu...... tecu tidak mengetahui dengan pasti, tetapi menurut tecu justeru tempat ini cukup baik!"
"Bagus! Jika demikian. Apakah engkau menghendaki kita tinggal di sini?!"
Mendengar perkataan "kita" yang diucapkan gurunya dengan tekanan nada yang lebih panjang, mulut Ko Tie berobah merah lagi.
"Terserah pada suhu, jika memang suhu cocok dengan tempat ini, tecu hanya menurut saja. Tapi menurut tecu memang tempat ini cukup baik buat suhu.....!"
YOU ARE READING
Anak Rajawali
AventureLanjutan "Beruang Salju". *note : Jilid kelipatan 5 di cinkeng ini cayhe private, hanya follower yg dpt membacanya. Kamsia