"Tentunya sifat liarnya tersebut hanyalah dikarenakan Giok Hoa masih memiliki sifat kekanak-kanakannya dan juga dia masih belum lagi mengerti tata krama pergaulan, di mana memang sepanjang umurnya yang ada,hanya berdiam di tempat-tempat yang sepi jauh keramaian. Karena dari itu, bisa dimaklumi, biarpun gurunya jelas mendidiknya dan memberitahukan tata cara pergaulan, namun gadis tersebut masih dalam keadaan sikapnya yang agak liar.
"Namun jika aku telah berhasil menanamkan pengertian padanya, perlahan-lahan sifat yang agak liar itu bisa juga dikurangi dan dihilangkan...... Dia seorang gadis yang sangat menarik sekali, hanya saja sekarang ini dia masih selalu membawa adat belaka.....!"
Dan kembali Ko Tie tersenyum. Namun waktu itulah dia melihat di tengah udara meluncur burung rajawali putih itu, dengan di atas punggungnya duduk Giok Hoa.
Tetapi mereka berada di tengah udara yang tinggi sekali, di dekat puncak tertinggi sebelah selatan gunung Heng-san. Di mana burung rajawali putih itu setiap kali telah menukik turun sambil memperdengarkan suara pekikan yang nyaring sekali, dapat didengar oleh Ko Tie secara samar-samar.
Mata Ko Tie yang tajam telah melihatnya. Giok Hoa yang tengah duduk di punggung rajawali putih itu. Setiap kali menggerak-gerakan tangannya, seperti juga tengah memberikan perintah kepada burung rajawali putih itu apa yang harus dilakukannya, membuat Ko Tie jadi heran, entah apa yang tengah dilakukan oleh burung rajawali putih itu dengan Giok Hoa,
Mungkin mereka terpisah puluhan lie, dan juga setiap kali menukik, burung rajawali putih itu mengibaskan sepasang sayapnya cepat sekali, dengan demikian seperti juga dia tengah marah. Begitu pula suara pekikan yang nyarirg, yang terdengar samar-samar oleh Ko Tie karena terpisah jauhnya burung rajawali putih itu, seperti mengandung hawa kemarahan yang bukan main. Dengan begitu, telah membuat Ko Tie tambah heran dan menduga-duga apa yang sesungguhnya tengah dilakukan Giok Hoa.
Yang membuat Ko Tie lebih heran dan terkejut, malah dia sampai melompat berdiri dari duduknya, dilihatnya, setelah satu kali burung rajawali putih itu meluncur menukik turun, kemudian tidak lama lagi terlihat dia telah terbang pula ke tengah udara dengan di punggungnya sudah tidak terdapat Giok Hoa. Dengan begitu, mendatangkan kekuatiran yang sangat di hati Ko Tie.
Apakah si gadis terjatuh dari punggung rajawali putih itu? Atau memang gadis itu telah melompat turun untuk melakukan sesuatu.
Karena kekuatiran seperti itu, walaupun dilihatnya burung rajawali putih itu masih gencar menukik turun dan naik terbang kembali dengan mengeluarkan suara pekiknya yang nyaring sekali, Ko Tie telah menjejakkan ke dua kakinya. Dia telah berlari menuju ke arah tempat dimana burung rajawali putih itu, dengan pesat.
Karena perjalanan mendaki ke puncak tertinggi gunung Heng-san merupakan perjalanan yang tidak mudah, selain harus melompati beberapa jurang yang lebar dan juga melompati dan mendaki batu-batu bersalju yang sangat licin sekali. Ko Tie tidak bisa tiba dalam waktu yang singkat, padahal Ko Tie telah berusaha berlari secepat mungkin.
Sambil berlari seperti itu Ko Tie juga melihat burung rajawali itu masih selalu menukik dengan memekik nyaring, dan kemudian telah terbang ke udara lagi. Dengan demikian telah menunjukkan Ko Tie tidak terlambat. Cuma saja yang jadi pemikiran Ko Tie, apa yang terjadi pada diri Giok Hoa? Mengapa Giok Hoa tahu-tahu telah turun dari punggung rajawali putih itu, dan kemudian tidak terlihat lagi.
Bukankah semula Giok Hoa yang selalu menggerak-gerakkan tangannya, bagaikan dia tengah memerintahkan burung rajawali putihnya itu? Bukankah Giok Hoa yang selalu tampak mengatur cara burung rajawali putih itu menukik dan seperti melakukan sesuatu?
Karena tanda tanya dan perasaan heran seperti itulah, telah membuat Ko Tie mengempos semangatnya. Dia telah berlari cepat sekali, tubuhnya itu dengan ringan melewati tempat-tempat yang sulit sekalipun.
YOU ARE READING
Anak Rajawali
AventuraLanjutan "Beruang Salju". *note : Jilid kelipatan 5 di cinkeng ini cayhe private, hanya follower yg dpt membacanya. Kamsia