Jilid 197

525 18 0
                                    

Ko Tie girang, dia mengangguk cepat.

"Ya..... jika memang kita pergi ke sana, kita tentu akan dapat menemukan Bun Siang Cuan. Kita bisa menanyakan kepadanya di mana Kam Lian Cu berada......!"

Oey Yok Su mengangguk.

"Jika memang orang she Bun itu tak mau bicara, biarlah nanti aku yang akan memaksanya agar dia mau membuka mulut.......!" kata Oey Yok Su dengan suara yang ramah dan tersenyum kepada Ko Tie, sehingga senanglah hati Ko Tie.

"Kapan kita pergi ke sana, locianpwe?!" tanya Ko Tie kemudian.

"Nanti.......!" kata Oey Yok Su. "Kalau memang latihanmu pada Cap-lak-kun telah selesai."

Ko Tie jadi bimbang.

"Jika kita tidak pergi sekarang, justeru boanpwe kuatir kalau-kalau mereka sudah tidak berada di sana. Sedangkan boanpwe saja sudah beberapa hari berada di sini!"

Oey Yok Su terdiam sejenak.

"Bagaimana Locianpwe?!" tanya Ko Tie kemudian

Akhirnya Oey Yok Su mengangguk.

"Baiklah!" jawab Tocu dari pulau Tho-hoa-to tersebut. "Mari kita pergi sekarang!"

Bukan main girangnya Ko Tie. Kepada penduduk kampung mereka mengucapkan terima kasih. Bahkan Oey Yok Su memberikan nasehat kepada mereka agar berlatih diri terus dengan rajin dan tekun ilmu silat yang telah diajarkannya.

Penduduk kampung itu berusaha menahan mereka, agar selama beberapa hari lagi berdiam di situ.

Tapi Ko Tie dan Oey Yok Su menyatakan mereka memiliki kepentingan yang perlu sekali harus diselesaikannya, karena itu mereka tidak bisa berdiam lebih lama lagi.

Begitulah Oey Yok Su berdua dengan Ko Tie telah berangkat meninggalkan tempat itu.

◄Y►

Kam Lian Cu merasakan perutnya semakin membesar juga. Dan diapun merasakan betapa sering terjadi sesuatu yang bergerak di dalam perutnya seakan juga di dalam perutnya itu terdapat benda hidup yang sebentar bergerak ke kiri atau ke kanan, atau terkadang tidak jarang pula berputar, bagaikan di dalam perutnya terdapat bola saja!

Si pendeta telah merawatnya dengan baik hati. Dia tampaknya memang merasa berkasihan terhadap nasib si gadis.

Karena itu dia telah mencarikan buah-buahan buat si gadis, juga dia yang telah menyediakan setiap keperluan si gadis. Malah pendeta itu juga yang telah pergi ke kampung-kampung buat mencarikan baju-baju baru Kam Lian Cu.

Hari demi hari telah lewat, dan demikian juga dengan keadaan perut Kam Lian Cu yang semakin hari semakin membesar.

Tidak jarang jika tengah berada seorang diri Kam Lian Cu jadi menangis menyesali nasibnya.

Dia tidak menyangka bahwa dia akan menjadi korban dari Bun Siang Cuan yang telah membuat dia jadi korban keganasan dari kera bulu kuning itu, di mana dia telah diperkosa!

Dengan begitu benar-benar telah membuat Kam Lian Cu sering merasa berduka dan berputus asa. Tidak jarang terpikir olehnya bahwa dia ingin sekali membunuh diri.

Hanya saja teringat betapa janin bayi di dalam perutnya itu, dia terpaksa harus membatalkan keinginannya yang tidak-tidak. Dia tidak jadi meneruskan keinginannya buat menghabisi jiwanya sendiri. Dia ingin melahirkan anaknya dan ingin melimpahkan kasih sayang kepada anaknya.

Tapi yang sering dia membuat ragu justeru dia diperkosa oleh seekor kera bulu kuning itu.

"Apakah hubungan antara kera dengan seorang manusia bisa menimbulkan kehamilan dan menyebabkan kelahiran seorang bayi. Jika memang terlahir seorang bayi, lalu bagaimana keadaan dan rupa dari janin bayi itu?"

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now