Ko Tie cuma berdiam diri saja di tempatnya. Dia sama sekali tidak memperlihatkan gerakan apapun. Sikapnya sangat tenang, seperti juga ia tidak memandang sebelah mata terhadap lawannya.
Kiang-lung Hweshio mengerang satu kali lagi, mendadak sekali kayu pengetuk bok-hienya telah dipergunakan menimpuk kepada Ko Tie. Timpukan yang dilakukannya itu menimbulkan kesiuran angin yang sangat dahsyat, membuat Ko Tie tak berani memandang rendah terhadap timpukan itu, dia telah mengelakkannya.
Waktu Ko Tie mengelak, kayu pengetuk bok-hie itu seperti memiliki mata, tahu-tahu telah berbalik dan menyambar kepada jalan darah Kie-bun di dekat pundak Ko Tie.
Ko Tie tertawa dingin. Kepandaian yang dipergunakan oleh pendeta itu merupakan kepandaian yang memang langka dan jarang sekali dimiliki tokoh-tokoh rimba persilatan. Karena jika orang yang sin-kangnya masih rendah, niscaya tidak akan dapat mempergunakan tenaganya itu dengan demikian baiknya, mengendalikan setiap timpukannya.
Karena itu kembali ia mengelak lagi, sambil berkelit. Dia juga telah mengulurkan tangan kanannya, dia mencengkeram dan mengambil kayu pengetuk bok-hie yang tengah menyambar itu.
Gagal! Cengkeraman Ko Tie mengenai tempat kosong.
Seperti tadi dikatakan, bahwa pengetuk kayu bok-hie tersebut benar-benar seperti memiliki mata, karena tahu-tahu kayu pengetuk bok-hie tersebut telah melesat ke samping. Dengan demikian membuat ceogkeraman Ko Tie mengenai tempat kosong.
Kayu pengetuk bok-hie tersebut telah melesat ke samping dan menyambar terus kepada si pendeta, dan telah diterima oleh pendeta itu dengan mudah. Malah dia mengeluarkan suara dengusan.
"Hemmm, ternyata engkau telah mewarisi kepandaian yang tidak terlalu buruk dari gurumu. Pantas saja engkau berani bersikap kurang ajar dan angkuh.....!"
Sambil berkata begitu, dia melangkah maju. Ke dua tangannya tahu-tahu bergerak dengan cepat dan juga teratur saling susul.
Namun tenaga serangannya itu kuat sekali dan berbahaya, bisa menghancurkan jika mengenai sasarannya, karena datangnya secara bertubi-tubi, maka tenaga serangan itu seperti tidak berkeputusan.
Ko Tie tidak mau membuang-buang waktu lagi. Dia bersilat dengan lincah sekali, tubuhnya berkelebat ke sana ke mari dengan gesit.
Setiap kali dia berkelit, tentu Ko Tie akan balas menghantam dengan pukulan Inti Es nya. Dia melakukan semua itu dengan serentak, berkelit dan membarengi dengan menyerang. Dengan demikian membuat pendeta itu menerima perlawanan yang tidak ringan.
Dalam waktu yang sangat singkat, mereka telah bertempur sampai tigapuluh jurus lebih. Malah terlihat betapapun juga si pendeta tidak berhasil mendesak dan membuat si pemuda terdesak oleh setiap gempurannya. Bisa-bisa dirinya sendiri yang mulai terdesak.
Karena belakangan ini, setelah lewat tigapuluh jurus, tampak Ko Tie menyerang semakin gencar. Si pendeta cuma bisa mengelakkan diri ke sana ke mari dengan gin-kang yang dimilikinya. Dia sama sekali belum bisa membalas mendesak Ko Tie lagi.
"Hemm!" tiba-tiba si pendeta telah mendengus, tahu-tahu dia merobah cara menyerangnya, karena sepasang tangannya telah digerak-gerakkannya bertubi-tubi, seperti juga melindungi sekujur tubuhnya.
Dalam keadaan seperti itu sebetulnya Ko Tie hendak menerjang terus buat mendesak dengan serangan-serangannya. Akan tetapi justeru ia tidak bisa.
Tenaga bergulung-gulung dari ke dua tangan Kiang-lung Hweshio ternyata memang hebat sekali, seperti juga mengurung tubuhnya dan berusaha melibat Ko Tie, sehingga pemuda itu tidak bisa bergerak dengan leluasa.
Dikala itu terlihat, Ko Tie berusaha mengamat-amati cara menyerang dari lawannya itu. Dia melihatnya, bahwa secara teratur, si pendeta menghirup napas dalam-dalam.

ANDA SEDANG MEMBACA
Anak Rajawali
AventuraLanjutan "Beruang Salju". *note : Jilid kelipatan 5 di cinkeng ini cayhe private, hanya follower yg dpt membacanya. Kamsia