Jilid 91

749 18 0
                                    

Muka Siauw Kwie semakin berobah merah padam, ia bilang dengan sikap tetap galak: "Tidak perlu banyak bertanya, sekarang engkau harus melaksanakan perintahku, kutungkan lenganmu, jika tidak, aku yang akan bertindak mengambil jiwamu!"

Melihat sikap Siauw Kwie kurang ajar dan galak seperti itu terhadap gurunya membuat Ko Tie yang jadi gusar dan mendongkol, ia melangkah maju sambil katanya: "Suhu!"

Tapi cepat sekali Swat Tocu telah menggerakkan tangannya, katanya: "Jangan, kau berdiri saja menyaksikan dari sana! Menarik sekali wanita ini sungguh galak namun sangat cantik!"

Ko Tie tidak berani membantah perintah gurunya, segera ia berdiri di pinggir di luar gelanggang, buat menyaksikan saja, padahal hatinya panas sekali karena melihat kekurang ajaran Siauw Kwie.Ia berdiri di samping Giok Hoa, yang waktu itu berdiri dekat di sisi kanannya.

Tampaknya gadis ini lebih tenang dibandingkan dengan tadi, karena sekarang telah dilihatnya, bahwa Swat Tocu memang tidak mempersulit gurunya, dan malah membela gurunya. Sekarang tengah menghadapi Siauw Kwie karena dari itu, senang hati Giok Hoa, sehingga ia melirik kepada Ko Tie sambil tersenyum.

Kebetulan waktu itu memang Ko Tie tengah mengawasi si gadis, sehingga mata mereka bertemu, membuat pipi si gadis berobah merah dan terasa panas. Ia cepat-cepat membuang pandang ke arah lain.

Ko Tie juga segera memandang lagi ke gelanggang, karena ia ingin melihat apa yang hendak dilakukan gurunya terhadap Siauw Kie.

Waktu itu Swat Tocu sambil tersenyum tenang berkata kepada Siauw Kwie: "Sesungguhnya apa yang kau inginkan? Apakah tanganku ini cukup menarik, sehingga kau perintahkan aku membuntungi tanganku ini? agar dapat kau ambil dan menyimpannya baik-baik?"

Muka Siauw Kwie jadi tambah merah padam karena marah yang meluap, ia berkata dengan suara yang penuh kegusaran:

"Baik! Baik! Rupanya engkau sengaja hendak mempermainkan aku! Walaupun aku tahu, engkau adalah Swat Tocu yang diagul-agulkan kepandaianmu di dalam rimba persilatan, namun aku justeru ingin sekali melihat dan membuktikan sendiri sebelum mengagumimu!"

Setelah berkata begitu, cepat luar biasa tangan kanan Siauw Kwie bergerak ke punggungnya. Tahu-tahu dia telah mencekal gagang pedangnya yang terhunus, di mana ia telah melompat gesit sekali, pedangnya berkelebat dalam bentuk gulungan sinar putih menerjang pada Swat Tocu.

Memang Swat Tocu memiliki kepandaian yang tidak jeri berhadapan dengan Siauw Kwie yang tampaknya selain memiliki lwekang yang tinggi, juga ilmu pedangnya tidak boleh dipandang ringan. Karena dari itu, segera juga ia telah bertindak cepat, ia tidak mau memandang enteng, dan telah mengulurkan tangan kanannya, dengan jari telunjuknya disentil pedang itu.

Namun gagal, karena waktu itu pedang Siauw Kwie telah ditarik pulang batal menyerang, dia tidak mau membiarkan pedang kena disentil. Kemudian pedang itu telah berkelebat pula dengan cepat sekali, meluncur akan menikam dada Swat Tocu.

Swat Tocu tersenyum, tubuhnya tahu-tahu berkelebat, pedang itu lewat di sisi ketiaknya, dan disaat itulah tangan kirinya menyampok ke arah muka Siauw Kwie.

Kaget Siauw Kwie menerima serangan yang tidak terduga itu, ia memiringkan kepalanya mengelak. Tapi buat kagetnya yang bertambah juga, dirasakannya angin serangan itu seperti juga es yang membuat pipinya seperti membeku!

Tepat sekali. Swat Tocu digelari sebagai majikan dari Pulau Es, karena ilmu pukulannya itu memang memiliki hawa yang sedingin es, yang bisa membekukan!

Di waktu itu tampak jelas, Siauw Kwie mulai tergetar hatinya. Dia memang telah sering kali mendengar akan kehebatan Swat Tocu, telah sering mendengar juga akan ilmu pukulan Swat Tocu yang luar biasa.

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now