Jilid 68

767 24 0
                                    

Gerakan yang dilakukan Giok Hoa benar-benar menakjubkan, karena pada waktu itu walaupun tubuhnya tengah melayang, namun angin pukulannya itu telah dapat menerbangkan batu-batu yang berada di atas tanah. Batu-batu kerikil kecil itu seperti diterjang gelombang angin topan yang sangat dahsyat sekali.

Tubuh Giok Hoa telah meluncur turun lagi. Tetapi cara meluncurnya tubuh manusia biasa, jika memang tubuh manusia biasa yang tidak memiliki kepandaian atau gin-kang yang biasa saja, tentu akan meluncur cepat sekali terkena daya tarik bumi.

Namun justeru dengan Giok Hoa terdapat suatu kelainan. Tubuhnya itu memang meluncur turun, tetapi turunnya itu perlahan-lahan, seperti juga tubuhnya itu seringan kapas. Meluncurnya sangat lambat sekali.

Dengan demikian itu menandakan bahwa gin-kang yang dimiliki Giok Hoa memang telah mencapai tingkat yang tinggi sekali.Tingkat yang telah dapat meringankan tubuh sedemikian rupa, yang membuat dia bisa turun perlahan-lahan.

Dan tentu saja, dalam suatu pertempuran, dapat turun dengan perlahan seperti itu, sangat penting sekali, karena dari tengah udara, Giok Hoa bisa saja menyerang hebat pada lawannya. Dan dia juga bisa mengendalikan tubuhnya hendak meluncur turun dengan lambat atau memang dengan cepat.

Akhirnya tubuh Giok Hoa telah hinggap di tanah. Tetapi dia hinggap dalam keadaan yang agak luar biasa, karena begitu ke dua kakinya mengenai tanah, seketika tanah itu terpijak melesak.

Dan membarengi dengan turunnya tubuhnya, tahu-tahu tangan Giok Hoa telah berkelebat. Dia telah mengeluarkan sebatang pedang, dan mulai bersilat dengan lincah sekali.

Sinar pedang itu bagaikan gulungan sinar yang melindungi dirinya, rapat sekali. Jangankan serangan lawan, sedangkan cipratan airpun tidak mungkin dapat menerobos kurungan sinar pedangnya itu.

Dalam keadaan seperti itu, tampak Giok Hoa tahu-tahu telah melompat tinggi. Pedangnya diputar seperti baling-baling. Dengan demikian telah membuat dia seperti juga terbang saja layaknya.

Tanah yang dipijaknya telah melesak dalam sekali meninggalkan bekas tapak kaki.

Itulah lweekang yang kuat sekali. Dan juga pedangnya sekaligus seperti dapat menyerang delapan penjuru dalam beberapa detik saja.

Selesai melatih ilmu pedang Giok-lie-kiam-hoat tersebut, Giok Hoa menyarungkan kembali pedangnya pada balik kun nya yang berwarna hijau tersebut. Dia telah memasukan pedang itu, dan duduk bersemedhi mengatur jalan pernapasannya.

Sedangkan pada saat itu terlihat bahwa Giok Hoa telah memusatkan kekuatan lweekangnya. Dia menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya sampai dari kepalanya mengeluarkan uap putih yang tipis. Semakin lama uap itu semakin tebal.

Itulah penutup dari latihan Giok Hoa karena dengan duduk bersila mengatur jalan pernapasannya, latihan yang telah dilakukannya itu tidak meletihkannya lagi. Sebab dia telah dapat memulihkan kesegaran dirinya.

Udara pada waktu itu bertambah hangat, karena matahari telah naik semakin tinggi dan sinarnya semakin panas.

Dan Giok Hoa dengan muka berseri-seri segar, telah bangun dari duduknya. Dia berjalan perlahan-lahan menyusuri puncak gunung tersebut, untuk melancarkan otot-ototnya yang semula tadi telah bekerja keras karena latihannya itu.

Setelah kesegaran tubuhnya benar-benar pulih, maka Giok Hoa berlari-lari turun dari puncak gunung itu. Dia telah berlari cepat sekali, sehingga tubuhnya bagaikan melesat terbang saja, dan hanya bayangannya belaka yang tampak, bayangan warna dari kun nya yang hijau dan pakaiannya yang berwarna kuning.

Tengah Giok Hoa berlari-lari pesat seperti itu, ketika ia melompati sebuah jurang yang cukup terpisah jauh, tahu-tahu dari balik batu yang besar di dekat tepi jurang itu telah melompat sesosok bayangan berpakaian hitam, yang bergerak sangat lincah sekali, terus menghantam kepadanya.

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now