Jilid 183

498 18 0
                                    

Selama bersama-sama Giok Hoa dulu di puncak gunung, iapun selalu bermain dengan burung rajawali yang luar biasa itu. Cuma saja Ko Tie tidak yakin bahwa burung itu bisa muncul di sini.

Namun apa yang diragukannya itu akhirnya buyar, karena memang begitu dia bersiul suara pekik itu menyahuti semakin keras dan suara menggeleparnya sayap yang menimbulkan angin menderu-deru kuat sekali terdengar.

Ko Tie jadi girang.

"Binatang apa itu?!" tanya Kam Lian Cu dengan sikap yang berkuatir.

"Burung rajawali..... aku kenal baik dengannya, dan ia pun jinak sekali, bisa di perintah......!" kata Ko Tie memberitahukannya. "Jika memang benar Pek-jie, maka kita akan tertolong...... karena dia akan dapat membantu kita.....!"

Kam Lian Cu memandang heran. Sedangkan Ko Tie bersiul lagi tiga kali. Dia bersiul dengan meniru suara yang biasa Giok Hoa siulkan buat memanggil burung rajawali itu.

Sesosok bayangan yang besar telah meluncur turun dari atas angkasa. Dan hinggap tepat di samping Ko Tie.

Benar saja, itulah burung rajawali peliharaan Giok Hoa. Burung itu tampak girang bertemu dengan Ko Tie, dia menggesek-gesekkan kepalanya pada lengan Ko Tie.

Kakek baju kuning itu memandang dengan mata terbeliak lebar-lebar. Dia heran melihat burung rajawali yang demikian besar dan tampak kuat dan gagah. Yang membuat dia lebih heran justeru burung rajawali itu seperti menurut sekali pada Ko Tie, yang bisa memanggilnya dengan siulan belaka.

Ko Tie waktu itu tertawa perlahan, dia bilang: "Hemmm, sekarang kau telah datang buat membantu! Nah nona Kam, kau bisa naik ke atas punggungnya, Pek-jie akan membawamu pergi terbang ke tengah udara!"

Kakek baju kuning itu kaget, dia melompat menghampiri.

"Kau...... kalian ingin melarikan diri?!" tegurnya dengan suara yang dingin dan mengandung kemarahan.

Ko Tie baru saja menyahuti, Pek-jie yang melihat sikap mengancam dari kakek baju kuning itu, telah mengibaskan sayap kanannya, gerakannya tidak di sangka-sangka dan di luar dugaan. Juga dari sayapnya itu mengeluarkan suara berkesiuran angin yang sangat dahsyat menerjang kepada kakek baju kuning itu.

Kakek baju kuning tersebut tengah melompat maju buat mendekati Ko Tie, tapi mendadak sekali dia merasakan serangkum angin yang sangat kuat mendorong dirinya.

Kakek itu kaget dan heran. Namun dia cepat sekali telah merangkapkan ke dua tangannya, dan mendorong.

Kakek tua itu rupanya tidak memandang sebelah mata terhadap sampokan sayap burung rajawali itu, karena dia yakin, begitu dia mendorong dengan kekuatan tenaga dalamnya, berapa kuatnya tenaga burung itu sekalipun, tentunya dia akan terdorong terpental.

Namun burung rajawali itu tetap saja berdiri tepat di tempatnya. Benturan tenaga yang terjadi membuat kakek baju kuning itu yang kaget, karena tubuhnya tergetar dan dia hampir saja terhuyung mundur, kalau saja dia tidak cepat-cepat mengerahkan tenaga dalamnya pada kakinya. Kemudian si kakek telah mendorongkan telapak tangannya pula dengan mengerahkan sin-kangnya lebih kuat.

Kali ini sayap burung rajawali tersebut telah terdorong, dan burung itu terpekik, dia segera membarengi buat terbang ke tengah udara.

Sedangkan kakek baju kuning ini segera mengetahui bahwa burung rajawali putih yang tubuhnya sangat besar itu bukanlah burung rajawali sembarangan. Iapun bersikap lebih hati-hati.

Ko Tie waktu itu telah mengambil keputusan yang cepat sekali.

"Nona Kam, cepat kau lari......!" berseru Ko Tie dengan suara yang nyaring, tubuhnya segera membarengi melompat ke dekat kakek baju kuning itu.

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now