Jilid 99

654 16 0
                                    

"Jadi engkau tidak takut untuk mati?!" tanya Auwyang Phu setelah berada di dekat si gadis.

Bukan main takutnya Giok Hoa melihat Auwyang Phu menghampirinya, tetapi tetap saja gadis ini tidak mau memperlihatkan kelemahannya, ditindih perasaan takutnya, dan ia berkata dengan suara yang angkuh:

"Bunuhlah!" Dan dia membusungkan dadanya. Rasa sakit pada dadanya begitu hebat, sehingga membuat Auwyang Phu yang melihat keadaan si gadis, jadi mengerutkan alisnya.

"Hemmmmm, engkau rupanya telah terluka di dalam!" kata Auwyang Phu. "Mari, mari...... mari kuobati lukamu itu!"

Sesungguhnya Giok Hoa hendak menindih rasa sakitnya, agar tidak tampak kelemahannya, tetapi rasa sakitnya itu terlalu hebat menyebabkan dadanya ketika dibusungkan, dia tidak bisa menahan lagi rasa sakitnya, sehingga ia jadi meringis kesakitan.

Tetapi melihat Auwyang Phu melangkah mendekatinya dan katanya ingin mengobati lukanya, Giok Hoa jadi bingung, karena jelas ia tidak mungkin dapat melakukan perlawanan kepada pemuda tangguh itu jika saja Auwyang Phu bermaksud hendak berlaku kurang ajar padanya.

"Pergi! Jangan mendekati aku!" bentak Giok Hoa akhirnya sambil mundur dengan sikap yang bingung dan kelakuannya memang panik.

Buat melarikan diri sudah tidak mungkin dia dalam keadaan terluka di dalam, sehingga dia tidak mungkin mempergunakan seluruh tenaganya. Dan juga, memang pemuda itu tangguh, sehingga kalau sampai Giok Hoa berusaha melarikan diri, jelas pemuda itu dapat mengejarnya dengan mudah.

Auwyang Phu tersenyum, kemudian katanya: "Heemmm, mengapa engkau harus takut. Kulihat engkau begitu panik! Aku seorang pemuda baik-baik, engkau jangan kuatir, tidak kecewa engkau bersahabat denganku!

"Dan tadi, aku telah kesalahan tangan melukai di dalam tubuhmu, tentu akan membuat aku menyesal seumur hidup jika saja terjadi sesuatu pada dirimu! Karenanya pula, aku pun bermaksud mengobati dirimu!"

Setelah berkata begitu, tampak Auwyang Phu melangkah menghampiri Giok Hoa.

Benar-benar Giok Hoa bingung, dia tidak tahu harus berbuat bagaimana. Yang pasti tentu saja dia tidak ingin dihina oleh pemuda ini. Dia sudah memutuskannya jika sampai Auwyang Phu memaksa juga mengobati dirinya, sehingga menyebabkan dia tersentuh oleh pemuda tersebut, tentu dia akan mengadu jiwa dengan pemuda tersebut agar dapat mati sama-sama.

Diam-diam Giok Hoa mengerahkan lweekangnya, disalurkan pada ke dua telapak tangannya, dia mengawasi tajam kepada Auwyang Phu, karena jika benar-benar pemuda itu sudah datang dekat sekali, tentu dia akan menghantamnya sekuat tenaga dengan seluruh sisa kekuatan yang masih ada padanya.

Auwyang Phu melihat sikap si gadis, jadi tersenyum dan katanya: "Kau tidak keberatan bukan buat ditolong olehku? Nah, terimalah pedangmu ini!"

Sambil berkata begitu, Auwyang Phu menyodorkan pedangnya itu kepada Giok Hoa, mengembalikan pedang rampasan tersebut, akan tetapi Giok Hoa tidak mengangsurkan tangannya buat menyambuti pedangnya. Dia berdiam diri saja.

Auwyang Phu semakin mendekati, sambil tersenyum dan membuka matanya lebar-lebar, dia berkata: "Ambillah, bukankah ini pedangmu?!"

Di saat itu jarak Auwyang Phu dengan Giok Hoa sudah dekat sekali, dan kesempatan ini tidak disia-siakan Giok Hoa, karena dia tahu-tahu menggerakkan tangannya sekaligus menyerang Auwyang Phu.

Auwyang Phu memang benar-benar tangguh, karena dia segera melihat apa yang dilakukan Giok Hoa. Walaupun hatinya terkejut tokh dia tidak menjadi bingung, malah dengan mudah dia bisa berkelit dari pukulan ke dua telapak tangan Giok Hoa, dan hanya lengannya yang kena terserempet oleh tenaga serangan Giok Hoa, mendatangkan sedikit rasa sakit.

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now