Jilid 147

544 16 0
                                        

Waktu itu telah melompat ke atas panggung belasan orang anggota Ang-kie-pay, di tangan mereka semuanya siap tercekal senjata tajam. Mereka mengepung Ko Tie.

Kemudian telah melompat ke atas panggung seorang Tojin, yang mukanya guram memancarkan kemarahan. Dia berusia lanjut sekali, juga rambutnya telah memutih semua, kumis dan jenggotnya yang tumbuh panjang tipis itu berwarna putih juga. Tubuhnya kurus tinggi semampai, tapi sinar matanya yang bersinar sangat tajam memperlihatkan bahwa ia merupakan seorang Tojin yang memiliki kepandaian tinggi sekali.

Dengan mata yang tetap memancarkan sinar yang tajam, dan langkah kaki yang perlahan-lahan, dia telah melangkah menghampiri kepada Ko Tie. Diapun mengibaskan tangannya, memberikan isyarat kepada anggota Ang-kie-pay agar mundur, guna dia sendiri yang menghadapi Ko Tie.

Anggota-anggota Ang-kie-pay segera mundur, mereka berdiri di pinggiran panggung, dan mereka tetap bersiap-siap penuh kewaspadaan, karena mereka akan menerjang maju untuk mengeroyok begitu Tojin ini terdesak.

Dengan muka yang tetap guram memancarkan kemarahan, Tojin itu telah berkata: "Bocah, engkau yang telah melukai sute-sute pinto, bukan?!"

Ko Tie berani sekali.

"Ya!" mengangguk pemuda ini. "Masih beruntung mereka tidak kukirim ke neraka! Manusia-mamusia jahat seperti mereka untuk apa dibiarkan hidup..... hanya berdasarkan pertimbangan dan rasa kasihan dari tuan mudanya belaka, mereka bisa dibiarkan hidup!"

"Mereka dengan kau tidak ada hubungan atau sangkutan apapun juga, bocah, mengapa engkau menurunkan tangan begitu telengas dan telah memusnahkan seluruh kepandaian mereka? Bukankah itu tindakan yang keterlaluan?"

Bengis sekali suara tojin tua, tojin tersebut. Tubuhnya yang kurus tinggi semampai itu berdiri dengan sikap yang angker, lalu dia telah meneruskan lagi kata-katanya: "Pinto Bian Kie Tojin, dengan ini hendak menuntut keadilan buat mereka......!"

Ko Tie tertawa tawar.

"Baik! Baik! Memang maksud Ang-kie-pay menyelenggarakan pesta ini buat menjagoi wilayah Bu-ciu, dan juga mengembangkan kekuasaan dan pengaruh. Jelas ia telah memiliki banyak sekali jago-jagonya yang bisa diandalkannya, termasuk seperti engkau! Dan aku tentu saja tidak keberatan untuk melihat, betapa tinggi kepandaian dari jago-jago andalan Ang-kie-pay....."

"Sebutkan namamu dan gurumu...... aku tidak akau membunuh orang tanpa nama!" kata tojin tersebut dengan sikap yang angkuh dan muka yang tetap guram sekali. "Pinto juga akan mempertimbangkan, apakah engkau cukup untuk dibikin bercacad saja atau memang dibinasakan, guna menebus dosa-dosamu......!"

Setelah berkata begitu, tanpak Tojin ini menggerakkan hud-timnya, kebutannya untuk memperlihatkan bahwa ia segera akan menyerang.

Ko Tie tidak gentar, walaupun ia melihat, Bian Kie Tojin merupakan seorang tosu yang memiliki kepandaian tidak rendah. Dia tertawa, katanya,

"Baik! Baik! Kau mulailah! Tuan mudamu akan melayani apa keinginanmu! Hemmm, engkau tidak berderajat untuk mengetahui dan menanyakan nama guruku, juga kau tidak cukup berharga buat mengetahui namaku."

Bukan kepalang marahnya Bian Kie Tojin karena itulah penghinaan terhebat dalam seumur hidupnya. Dia seorang tosu yang lihay sekali, di dalam rimba persilatan dia memang sangat terkenal dan disegani oleh orang-orang rimba persilatan, baik dari aliran hitam maupun putih, karena bertangan telengas dan berhati kejam.

Sekarang seorang pemuda seperti Ko Tie berani meremehkan dirinya. Tentu saja ia jadi murka bukan main, sedangkan tokoh-tokoh rimba persilatan jika berhadapan dengannya, akan menghormat sekali padanya.

"Bocah, kau benar-benar, mencari mampus!" katanya dengan suara dan sikap yang bengis, dibarengi dengan tubuhnya yang melompat sangat lincah sekali, juga kebutannya telah bergerak, akan menghantam kepala si pemuda.

Anak RajawaliTempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang