Jilid 86

727 22 0
                                    

Dengan demikian membuat Giok Hoa jadi semakin panik saja. Dia berusaha untuk mendesak ke empat orang pengepungnya.

Cuma saja ke empat orang pengepungnya itu memiliki kepandaian yang cukup tinggi, sehingga jangan kata Giok Hoa herhasil mendesak mereka, sedangkan ke empat orang itu malah telah berhasil mendesak Giok Hoa, sehingga gadis tersebut harus berusaha untuk menghadapi setiap serangan dari ke empat orang lawannya itu dengan waspada.

Ko Tie yang menyaksikan apa yang tengah terjadi itu tidak bisa menahan diri lagi. Hanya yang membuat hatinya jadi heran dan terkejut, dia melihat wanita setengah baya berpakaian putih, yang tengah mendesak guru Giok Hoa dengan hebat sekali, di mana wanita itu yang tampaknya memiliki kepandaian tertinggi di antara pengepung-pengepung guru Giok Hoa. Dimana wanita setengah baya itu mempergunakan tongkatnya yang sangat liehay sekali menyerang guru Giok Hoa, menimbulkan angin berkesiuran tidak hentinya.

Dalam saat-saat seperti itu, Ko Tie telah menepuk pundak biruang salju, kemudian tubuhnya melesat turun. Begitu ke dua kakinya menyentuh tanah, segera tubuhnya telah melesat lagi ke tengah gelanggang pertempuran itu.

Sambil menerjang, Ko Tie juga berseru.

"Yo Peh-bo, adik Giok Hoa jangan kuatir, aku datang untuk membantui kalian......!"

Biruang salju itu juga telah mengerang mengerikan, suaranya menggetarkan sekitar tempat itu. Tampak biruang salju itu telah melompat maju juga.

Tetapi dia bukan hendak menerjang manusia-manusia yang berkumpul di tempat itu, yang menjadi lawan dari Giok Hoa dan gurunya. Dia telah melompat dengan sangat gesit sekali ke arah rumah yang tengah terbakar itu.

Dengan ke dua tangannya yang sangat kuat sekali, segera biruang salju tersebut telah merubuhkan tiang-tiang bangunan tersebut. Malah sebagian telah dilemparkannya jauh-jauh.

Dengan kekuatan tenaganya, dia juga merubuhkan dinding, dan kayu-kayu atap rumah yang terbakar itu. Dengan demikian, walaupun perlahan, tokh api itu kemudian menjadi padam, dan tersisa puing-puingnya belaka.

Orang-orang yang berkumpul di tempat tersebut hanya berdiri tertegun belaka, karena mereka terheran-heran melihat munculnya Ko Tie dengan biruang salju tersebut. Di samping itu juga kekuatan tenaga dari biruang salju itu, yang dapat bekerja sendiri untuk memadamkan api tersebut.

Yang membuat orang-orang tersebut memandangi dengan takjub adalah Ko Tie, yang tubuhnya berkelebat-kelebat ke sana ke mari lincah sekali. Dia berusaha menghantami setiap lawan dari guru Giok Hoa dengan Inti Esnya.

Memang lawan dari guru Giok Hoa merupakan orang-orang liehay yang memiliki kepandaian tinggi. Namun ilmu pukulan yang dilancarkan Ko Tie merupakan ilmu yang luar biasa, ilmu pukulan yang aneh, di mana setiap kali Ko Tie menghantam, dari telapak tangannya itu telah meluncur angin serangan yang mengandung hawa dingin luar biasa, menggigilkan tubuh, membuat setiap lawan dari guru Giok Hoa kaget tidak terkira.

Memang tenaga serangan Ko Tie tidak terlalu membahayakan, terlebih lagi Ko Tie menyerang dengan gencar dan tergesa-gesa seperti itu. Namun justeru sampokan angin serangan ilmu pukulan Inti Es itu membuat punggung semua lawan yang terkena pukulan tersebut merasakan punggung mereka menjadi dingin dan kaku. Sehingga telah melambatkan gerakan kedua tangan masing-masing.

Keadaan seperti ini dimanfaatkan oleh guru Giok Hoa, yang segera juga mempergunakan kesempatan ini buat mendesak lawan-lawannya itu dengan mempergunakan ilmu pukulan "Am-jian Sio-hun-kun" atau Ilmu Silat tangan kosong Perpisahan. Am-jian berarti kedukaan yang sangat. Sio-hun berarti kehilangan roh atau kehilangan semangat.

Tetapi jika Am-jian Sio-hun-kun dirangkap menjadi satu, empat huruf itu memiliki arti "Perpisahan". Maka dari itu, Am-jian Sio-hun-kun berarti "Ilmu Silat Tangan Kosong Perpisahan". Dengan lain perkataan, ilmu itu digubah oleh Yo Ko sebagai peringatannya di mana dia pernah berpisah dengan Siauw Liong Lie selama enambelas tahun.

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now