Jilid 2

2K 38 0
                                    

"Jika memang kau tidak berdusta, di dengar dari ceritamu, memang dialah yang tengah kucari......!" menyahuti lelaki berpakaian mesum tersebut. "Ayo cepat tunjukkan kepadaku, di mana tempat berdiamnya dia......!"

"Tunggu dulu....., ceritakan dulu kepada kami, kau masih memiliki hubungan apa dengan Bin Hujin? Dan juga hadiah sebesar limapuluh tail perak kau belum lagi memberikan kepada kami, aku kuatir nanti kau menipu kami!"

Lelaki bermuka mesum itu tersenyum pahit, walanpun dia berpakaian mesum dan dekil sekali, akan tetapi dia ternyata memiliki uang yang sangat banyak. Tangannya telah merogoh sakunya dan memberikan pada A Bun sebanyak limapuluh tail.

Waktu lelaki berpakaian mesum tersebut memberikan uang yang limapuluh tail yang diambilnya dari dalam sebuah kantong yang dekil pula. Anak-anak itu melihat lelaki ini masih memiliki uang yang sangat banyak, muugkin meliputi ratusan tail perak.

"Ayo antarkan aku ke tempat berdiamnya Bin Hujin....!" kata lelaki berpakaian mesum itu sambil memasukkan kantong uangnya ke dalam sakunya.

A Bun menyimpan uangnya, ia juga bilang; "Kami akan mengantarkan kau, akan tetapi kami tidak berani terlalu dekat dengan Gedung Bin Wan-gwe. Kau boleh datang sendiri ke sana!

Bola mata lelaki berpakaian mesum tersebut mencilak.

"Kenapa?!" tanyanya tidak sabar.

"Karena tidak ada seorangpun penduduk kampung kami ini yang diijinkan berada di dekat gedung Bin Wan-gwe.....!" menyahuti A Kie, mewakili A Bun.

"Benar! Benar!" berseru anak-anak yang lainnya. "A Bun dan A Kie tidak berbohong.....!"

Muka lelaki berpakaian mesum tersebut berobah menjadi marah.

"Bin Wan-gwe itu suami dari..... dari Bin Hujin yang kau katakan?!" tanya lelaki berpakaian mesum. "Dia suami Un..... Un Kim Hoa?"

A Kie mengangguk.

"Benar......!" sahutnya.

"Jangan takut! Jika Bin Wan-gwe itu berani mengganggu kalian, aku akan menghajarnya!" kata lelaki berpakaian mesum tersebut.

"Ohhh, hebat sekali!" berseru A Kie dan A Bun serta anak-anak itu sambil tertawa. "Wan-gwe memiliki puluhan orang tukang pukul, mana mungkin kau yang bertubuh kerempeng dan kurus seperti ini bisa mengalahkannya?!"

Lelaki berpakaian kumal tersebut telah tertawa dingin, mukanya semakin memerah.

"Begitu jahatkah suami Un Kim Hoa, sehingga Kim Hoa selalu dikurungnya dan tidak diperkenankan bergaul dengan penduduk kampung ini? Hemm jika memang nanti aku memperoleh kenyataan Kim Hoa menderita di tangannya, hemm, hemm, akan kupatahkan seluruh tulang-tulang di tubuh Bin Wan-gwe itu......!"

Sambil berkata begitu, lelaki berpakaian mesum tersebut menghampiri sebuah batu-batuan yang berbentuk singa-singaan, dia telah mengayunkan tangan kanannya, memukul dengan perlahan.

Terdengar suara "plakkk!" yang tidak begitu keras, sedangkan anak nakal itu mengawasi terheran-heran, mereka tidak mengetahui apa yang dilakukan orang berpakaian kumal tersebut. Mereka hanya mengetahui, jika memang orang berpakaian mesum tersebut memukul singa-singaan dari batu tersebut, niscaya dia yang akan menderita kesakitan.

Akan tetapi apa yang terjadi benar-benar mengejutkan anak-anak itu.

Singa-singaan batu itu seketika menjadi hancur berkeping-keping, seperti juga singa-singaan dari batu tersebut telah dipukul dengan pukulan besi yang berat dan kuat sekali.

Anak-anak itu jadi memandang bengong akan tetapi akhirnya mereka telah bersorak dengan gembira.

"Horee..... permainan sihir yang menarik sekali!" berseru A Kie, A Bun serta anak-anak itu.

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now