Jilid 190

359 18 0
                                    

Si Tabib telah tersenyum.

"Berhasil.....!" katanya kemudian.

Sedangkan Ko Tie telah pingsan lagi tidak sadarkan diri, dia rebah dengan mata yang terpejamkan.

Sedangkan Ang Lotoa dan kawan-kawannya ketika melihat keadaan Ko Tie seperti itu, jadi kaget tidak terkira.

"Sin-se.....!" kata mereka serentak dengan hati yang berkuatir sekali.

"Tidak apa-apa..... kalian jangan gugup.....!" katanya kemudian.

Di waktu itu terlihat betapa Ko Tie rebah dengan napasnya yang perlahan sekali, dadanya bergerak lemah, juga mulutnya dilumuri oleh darah yang menghitam itu.

Si tabib dengan gesit telah membuka kotak obatnya.

Memang dia tampaknya buta, akan tetapi segalanya dilakukannya dengan cepat sekali. Dia telah mengambil beberapa macam obat, lalu memberikannya kepada Ko Tie, dipaksa masuk ke dalam mulutnya.

Dikala itu, Ko Tie telah dipijit rahangnya, sehingga mulutnya terbuka dan obat itu tertelan.

Setelah meminumkan obat tersebut, tabib ini kemudian berkata kepada Ang Lotoa dan penduduk kampung lainnya.

"Kalian semua keluar dulu, berikan kesempatan kepadanya buat bernapas dan memperoleh udara yang segar, karena dia pengap sekali dengan kalian memenuhi kamar ini.....!"

Ang Lotoa mengiyakan, bersama dengan kawan-kawannya mereka keluar.

Tampak si tabib menotoki lagi beberapa jalan darah di tubuh Ko Tie.

Lewat beberapa saat, napas Ko Tie lancar kembali dan juga mukanya telah memerah kembali.

Tabib itu berhenti sejenak, dia menghela napas.

"Bakat yang sangat memuaskan, tulang yang benar-benar sangat baik!" menggumam tabib itu dengan suara yang perlahan.

Kemudian dia duduk mengasoh, menyenderkan tubuhnya di dinding seakan tengah tertidur.

Hening sekali keadaan di dalam kamar itu.

Ang Lotoa dan kawan-kawannya jadi tegang sendirinya, telah lama mereka mendengarkan, dan hening terus. Mereka kuatir kalau-kalau tabib itu gagal menolongi Ko Tie.

Tapi, ketika Ang Lotoa beranikan diri buat mengintip ke dalam, dia melihat tabib itu tengah duduk menyenderkan tubuhnya di dinding, seakan tengah tidur. Sedangkan Ko Tie tampak rebah dengan pipi yang telah memerah sehat. Tampaknya juga seperti tengah tertidur nyenyak.

"Dia..... dia sudah tidak pingsan..... dia telah disembuhkan......!" kata Ang Lotoa memberitahukan kepada kawan-kawannya dengan kegembiraan yang meluap.

Sedangkan kawan-kawannya juga girang. Bergantian mereka telah silih berganti mengintip ke dalam kamar.

Dan di waktu itu juga terlihat betapa mereka bermaksud untuk masuk ke dalam kamar.

Tapi Ang Lotoa telah mencegah.

"Ingat Sin-se itu belum lagi memanggil kita......!" kata Ang Lotoa. "Kita tidak boleh terlalu ceroboh, karena Sin-se itu tampaknya juga seorang tabib yang aneh, karenanya kita tidak bisa sembarangan masuk ke dalam kamar......!"

Yang lainnya telah mengangguk.

Di waktu itu terlihat Ko Tie perlahan-lahan telah menggerakkan pelupuk matanya, tampaknya dia telah sadar. Dan juga, dia mengeluarkan suara keluhan, begitu matanya terbuka.

Dia telah memanggil: "Locianpwe.....!"

Tajam sekali pendengaran tabib itu, karena segera juga dia telah bangun berada di sisi pembaringan.

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now