Tidak lama kemudian Bin Wan-gwe memang keluar dengan sikap takut-takut. Di sampingnya tampak isterinya Bin Hujin, yang wajahnya masih pucat dan matanya bengul, memperlihatkan bahwa wanita ini baru saja menangis cukup lama.
Waktu itu Bin Wan-gwe sambil keluar telah bertanya, "Kekacauan apa lagi yang ingin kau timbulkan disini.....?!"
Akan tetapi baru berkata sampai di situ, dia telah melibat si pemuda pelajar, dia tersentak kaget, wajahnya yang memang telah pucat itu semakin pucat saja.
"Kau.....!!?" serunya. "Kau juga datang kemari?"
Pemuda pelajar itu telah mendengus dingin.
"Hemmm, sekarang telah tiba waktunya buat kau menghadap Giam-lo-ong, membayar penasaran kedua orang tuaku!" kata pemuda pelajar itu.
Muka Bin Wan-gwe jadi semakin pucat. Dan dia telah berkata dengan suara tergetar: "Lung Hie, sebenarnya..... sebenarnya.....!"
"Sebenarnya apa?!" tanya pemuda pelajar itu, yang dipanggil dengan sebutan Lung Hie, tampaknya memang Bin Wan-gwe dengan pemuda pelajar itu telah saling kenal.
"Sebenarnya memang aku ingin menghubungimu..... hanya saja aku tidak mengetahui di mana kau akhir-akhir ini berada!" kata Bin Wan-gwe kemudian dengan sikap yang agak sulit.
"Hemm," pemuda pelajar itu telah memperdengarkan suara tertawa dingin, "Buat apa kau mencoba menghubungiku? Untuk urusan apa?!!"
"Aku..... aku ingin memberikan kepadamu harta yang dititipkan ke dua orang tuamu kepadaku!" kata Bin Wan-gwe. "Kukira sekarang tentunya kau telah dewasa, sehingga pantas menerima harta warisan orang tuamu ini."
Mendengar perkataan Bin Wan-gwe terakhir itu, tiba-tiba meledak suara tertawa pemuda pelajar itu,
"Hemm, kau terlalu licik, Bin Ciok Lang," katanya dengan penuh kemarahan, "Sekarang, kau baru mengatakan ingin mengembalikan harta warisan ke dua orang tuaku! Tetapi dulu, kau telah begitu serakah buat memiliki harta warisan ke dua orang tuaku! Bahkan ibuku, juga beberapa orang adikku, telah kau binasakan."
Muka Bin Wan-gwe jadi berobah tambah pucat, dia telah berkata dengan sikap yang gugup: "Jangan kau sampai berkata begitu, walaupun bagaimana, aku ini tetap pamanmu..... itu hanya fitnah belaka. Mana mungkin aku sebagai pamanmu sampai hati mencelakai ibu dan adik-adikmu.....?!"
Muka pemuda pelajar tersebut berobah merah padam. Dia membentak gusar: "Bin Giok Lang, dengarlah! Walaupun sekarang kau mengemukakan seribu macam alasan, tetap saja aku akan membunuhmu..... karena waktu belasan tahun yang lalu, dengan kejam dan tanpa perikemanusiaan sedikitpun juga, hanya sekedar buat menyerakahi harta warisan dari orang tuaku, kau telah begitu tega membinasakan ibu dan adik-adikku! Hemmm, sekarang kau bersiap-siaplah buat menerima kematianmu!"
"Lung Hie!" teriak Bin Wan-gwe dengan suara yang nyaring. "Tunggu dulu, kau dengar dulu penjelasanku.....!"
Akan tetapi pemuda pelajar itu sudah tidak memperdulikan perkataan Bin Wan-gwe. Dia melompat ke depan Bin Wan-gwe, dengan maksud buat menghajar binasa padanya.
Namun Bin Hujin waktu itu telah cepat-cepat menyelak ke depan suaminya, dia menghadapi pemuda pelajar itu dengan berani.
"Jangan kau ganggu suamiku!" katanya dengan wajahnya yang tetap pucat, akan tetapi nekad.
"Hemmm, engkau ingin melindungi suamimu?!" tanya pemuda pelajar itu.
Sedangkan Bin Wan-gwe sendiri telah memutar tubuhnya, tanpa kenal malu dia berusaha untuk melarikan diri ke dalam gedungnya.
Tetapi gerakan pemuda pelajar itu, Lung Hie, sangat cepat sekali. Dia telah melompat ke samping Bin Wan-gwe, kemudian menghantam dengan telapak tangan kanannya pada punggung Bin Wan-gwe.
YOU ARE READING
Anak Rajawali
AvventuraLanjutan "Beruang Salju". *note : Jilid kelipatan 5 di cinkeng ini cayhe private, hanya follower yg dpt membacanya. Kamsia