Jilid 36

808 24 0
                                    

Tabib tersebut pun rupanya menyadari bahwa Yo Him bukan seorang pemuda yang bisa dipermainkannya. Segera ia mengobati Hok An.

Waktu ia mengobati luka-luka Hok An, berulang kali ia menggumam, seperti juga ia merasa kesal sekali. Dan juga luka-luka yang diderita oleh Hok An menjengkelkan dia juga, sebab itulah luka yang sangat parah sekali. Beberapa macam obat telah dipergunakannya, sampai akhirnya.

"Selesai, kawanmu ini tentu bisa sembuh secepatnya!"

"Hemm, kami akan tinggal di sini beberapa waktu, sampai kawanku itu sembuh! Uang itu boleh kau ambil!" kata Yo Him.

"Apa? Kalian akan tinggal di rumahku ini?!" tanyanya tambah tidak senang.

"Bukankah kami telah membayarnya dengan harga yang tinggi sekali biaya pengobatan itu?!" balik tanya Yo Him. "Dan juga aku menginginkan bukti. Jika memang kawanku ini berangsur sembuh, kami akan meninggalkan tempat ini secepatnya. Tetapi jika tidak, hemmm, hemmm, tentu saja uang itu akan kuambil kembali!"

"Mana ada aturan seperti itu!" teriak tabib itu mendongkol.

"Ya, itulah aturanku!" menyahuti Yo Him sambil tertawa tawar, kemudian tanpa memperdulikan tabib itu yang menggumam mendongkol, ia telah meninggalkannya. Yo Him keluar untuk bercakap-cakap dengan Sasana dan Giok Hoa.

Melihat Yo Him keluar, Giok Hoa menanyakan keadaan paman Hok nya. Dan Yo Him menghiburnya agar gadis cilik itu bersikap tenang.

Sedangkan Sasana menghela napas berulang kali.

"Yo Him, apakah memang tabib itu bisa diandalkan buat menyembuhkan luka dari paman Hok itu?!" tanya Sasana kemudian kepada suaminya.

Yo Him mengangguk, katanya: "Kita lihat saja, mudah-mudahan saja obatnya memang manjur dan mujarab!"

Begitulah, mereka kemudian membicarakan hal-hal yang lainnya. Sampai akhirnya, setelah lewat sekian lama, Yo Him masuk untuk melihat keadaan Hok An.

Ketika ia memasuki ruang dalam, dilihatnya tabib itu tengah duduk di belakang mejanya sambil menumbuk perlahan-lahan pemukul lumpang kecilnya, buat meramu obat.

Ketika melihat Yo Him masuk tabib itu hanya melirik saja tanpa menegurnya, kemudian asyik dengan pekerjaannya. Rupanya dia masih mendongkol.

Sedangkan Yo Him juga tidak memperdulikan sikap tabib itu, dia telah menuju ke pembaringan kecil di mana Hok An berada. Memang Hok An sudah tidak menggumam, ia telah telah tertidur nyenyak sekali.

Girang hati Yo Him melihat keadaan Hok An seperti itu. Namun ia berusaha tidak memperlihatkan perasaan girangnya di hadapan tabib itu. Dia melangkah keluar meninggalkan tabib itu, dan memberitahukan berita gembira itu kepada Giok Hoa dan Sasana, betapa Hok An tampaknya memang akan memperoleh kesembuhannya, karena rupanya obat tabib itu cukup mujarab.

Girang Giok Hoa mendengar perihal keadaan paman Hok tersebut, dia meminta ijin kepada Yo Him dan Sasana, agar ia diperbolehkan masuk melihat keadaan paman Hoknya. Dan setelah melihat keadaan Hok An yang waktu itu masih tertidur, dia keluar dengan wajah berseri-seri gembira. "Mudah-mudahan paman Hok dapat tertolong jiwanya!" katanya.

Yo Him dan Sasana hanya tersenyum dan mengangguk saja melihat kegembiraan gadis cilik tersebut.

Malam telah datang, dan keadaan Hok An memang lebih baik dibandingkan dengan keadaannya beberapa saat yang lalu. Dan di waktu itu juga memang Yo Him telah berusaha memeriksa keadaan lukanya, dengan teliti sekali, karena biarpun bagaimana dia masih meragukan kemujaraban obat si tabib.

Luka-luka di jari-jari tangan Hok An mulai mengering. Hanya yang membuat Yo Him tidak mengerti, semua ujung jari Hok An membengkak besar sekali.

Kelainan seperti itu membuat Yo Him jadi berpikir keras dan berkuatir. Cuma saja kekuatirannya itu tidak diutarakan di hadapan Sasana maupun Giok Hoa. Dia telah menghampiri si tabib ketika Giok Hoa dan Sasana keluar.

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now