Jilid 194

552 19 0
                                    

"Gadis yang cantik luar biasa Lo-ya.....!" kata yang lainnya kemudian.

"Cantik luar biasa.....!" nimbrung yang lainnya lagi, untuk meyakinkan si Lo-ya itu.

Lo-ya itu duduk dan mengawasi ke tiga pelayan itu.

"Kalian apakah bukan tengah mempermainkan aku?" tanya Lo-ya itu tersenyum,

"Mana berani! Mana berani!" menyahuti ke tiga pelayan itu yang tersenyum juga. "Memang gadis itu cantik bukan main. Mungkin selama ini, baru kali ini rumah penginapan kita menerima kunjungan tamu seorang gadis secantik dia........!"

"Di kamar berapa?" tanya si Lo-ya.

"Kamar duapuluh empat......!"

"Seorang diri?"

"Ya, dia seorang diri......!"

"Sudah tidur?"

"Kami baru saja mengintainya...... Api penerangan kamarnya telah dipadamkan setelah dia naik ke pembaringan. Diapun telah salin pakaian. Kami telah melihatnya semua, Lo-ya, ohhhh, betapa putihnya kulitnya......"

Mata Lo-ya itu mencilak memain sejenak, wajahnya tampak berseri-seri.

"Hemmmm, jika memang berita kalian ini bukan kabar bohong, aku akan menghadiahkan kepada kalian sejumlah besar uang......!" janjinya.

"Terima kasih Lo-ya...... memang itu yang kami harapkan......!" kata ke tiga pelayan itu.

"Tapi Lo-ya.....!" Dan berkata sampai di situ, salah seorang dari ke tiga pelayan itu telah berhenti sejenak, tampaknya dia ragu-ragu.

"Kenapa?!"

"Tampaknya gadis itu memiliki ilmu silat yang tidak ringan!" menyahuti si pelayan.

Dia menceritakan juga, waktu sore tadi justeru salah seorang kawan mereka telah mengintai dari pintu dan diketahui si gadis yang telah menghantamnya. Untung saja dia diampuni.

Lo-ya itu tersenyum.

"Jadi dia gadis dari kalangan Kang-ouw?" tanyanya dengan suara yang tawar.

Pelayan-pelayan itu mengangguk serentak.

"Tampaknya memang demikian.....!" kata mereka serentak juga.

Lo-ya itu tersenyum.

"Jangan kuatir. Bagaimana tingginya kepandaian gadis itu, aku akan dapat menghadapinya.....!" katanya kemudian sambil tertawa tawar, seperti juga dia tidak memandang sebelah mata terhadap cerita para pelayan itu.

Kemudian Lo-ya itu telah turun dari pembaringan, dia mengenakan baju luarnya.

"Kalian boleh pergi, nanti jika sudah berhasil, aku akan memberikan hadiahnya.......!" kata Lo-ya itu.

Ke tiga pelayan itu nyengir.

"Jika bisa sekarang saja diberikan sebagian, Lo-ya. Kami ingin minum arak......!" kata salah seorang di antara mereka.

"Tapi jika kalian mendustai aku?!" tanya si Lo-ya itu sambil senyum dan mengawasi dengan pandangan menyelidik kepada ke tiga pelayan tersebut.

"Mana berani kami memperdaya Lo-ya....., kami telah memberitahukan apa yang sebenarnya!"

"Hemmm, baiklah!" kata Lo-ya itu, dia merogoh sakunya, memberikan duapuluh tail.

Pelayan-pelayan itu kegirangan, mereka mengucapkan terima kasihnya berulang kali.

Setelah pelayan itu pergi, si Lo-ya kemudian pergi ke belakang rumah penginapan itu, ke taman bunga.

Dia mengetahui, jendela mana yang merupakan jendela kamar dari nomor duapuluh empat itu.

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now