Jilid 191

495 17 0
                                    

Kam Lian Cu memutar tubuhnya dibarengi dengan tikaman pedangnya, karena dia menduga kakek tua itu berada di situ.

Tapi dia menikam tempat kosong, kakek tua itu berdiri cukup jauh.

"Hentikan segala kelakuanmu itu, jika memang engkau tidak mau kubuat tidak berdaya!" bentak Bun Siang Cuan mengancam.

Sambil berkata begitu, tangan kiri dari Bun Siang Cuan menggenggam gagang pedang itu, sedangkan dua jari tangannya yang lain telah menjepit pedang itu, sehingga seketika dia mengerahkan tenaga dalamnya, maka pedang itu telah menjadi patah.

Di waktu itu terlihat kakek itu telah membuang patahan pedang tersebut. Dan dia pun telah berkata lagi dengan suara yang dingin: "Hemmm, dengan adanya peristiwa ini, engkau baru mengetahui siapa adanya Bun Siang Cuan......!"

Kam Lian Cu menangis terisak-isak dengan hati yang hancur bukan main, dia juga telah mengawasi kakek tua itu dengan sorot mata penuh kebencian.

"Kam Lian Cu......! Jika memang engkau tidak bisa membunuh kakek keparat itu dan kera keparat itu, engkau tidak boleh mati dulu!"

Begitulah bisik hatinya. "Ingatlah baik-baik?! Namanya adalah Bun Siang Cuan! Bun Siang Cuan! Bun Siang Cuan.....!"

Setelah berdiam sesaat, kakek tua itu bersiul dengan suara yang nyaring sekali.

Dari kejauhan tampak berlari-lari sesosok bayangan kuning. Dan setelah mendekat, Kam Lian Cu bisa melihat dengan jelas, itulah si kera bulu kuning Kim Go!

Dengan penuh kebencian, dan mata yang memancarkan sinar bagaikan mata pedang ataupun berapi, dia mengawasi Kim Go.

Kim Go telah berdiri di samping kakek tua she Bun itu, dengan mengeluarkan suara pekik perlahan.

Dengan mengeluarkan suara jeritan mengandung kebencian dan dendam yang mendalam, bercampur baur dengan sakit hati dan kehancuran hatinya, ke dua tangannya meluncur mencekik leher Kim Go.

Kera itu kelejatan kaget, karena tahu-tahu napasnya tersumbat. Ke dua tangannya bergerak-gerak, dia mencakar ke sana kemari dan mengeluarkan suara pekikan.

Kam Lian Cu tidak memperdulikan tubuhnya sebagian telah kena dicakar oleh kuku-kuku jari tangan Kera itu. Malah mukanya juga kena tercakar sampai mukanya itu terluka dan mengalirkan darah merah yang sangat deras sekali.

Dia mencekik terus dengan sekuat tenaganya, malah dia bermaksud untuk mencekik terus kera itu sampai mati.

Dan kelak setelah dia berhasil membunuh kakek tua Bun Siang Cuan juga, barulah dia akan membunuh diri. Karena dia tidak sanggup dengan aib dan malu yang telah dideritanya, berhubungan dengan seekor kera.....

Ketika menyaksikan apa yang dilakukan oleh si gadis, si kakek jadi marah bukan main.

"Perempuan hina dina......!" makinya, dan dia mengulurkan tangannya untuk menjambak baju di punggung si gadis. Dia telah menghentaknya dan melontarkan tubuh si gadis dengan kuat sekali.

Tubuh Kam Lian Cu terbanting bergulingan di atas tanah. Sedangkan Kim Go mengerang-erang kesakitan sambil memegangi lehernya.

Si kakek Bun Siang Cuan segera berjongkok buat menguruti leher kera itu.

"Tidak apa-apa..... memang seorang isteri terkadang galak dan ganas..... Nanti dia juga akan tunduk dan patuh kepadamu......!" kata Bun Siang Cuan.

Kera itu mengeluarkan suatu yang aneh sekali, seperti sikap seorang anak yang manja terhadap ayahnya.

Waktu itu Kam Lian Cu telah bangun berdiri, seperti orang yang berobah pikiran dan menjadi sinting, sambil menangis keras dan kalap dia berlari-lari ke sana ke mari.

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now