Muka Ko Tie agak hitam gelap, karena bekerjanya racun, sedangkan ia memang masih belum bisa mengerahkan sin-kangnya menembusi tan-tiannya, pusarnya. Dengan begitu pertempuran antara Giok Hoa dengan ke lima orang pelayan itu seperti tidak memperhatikan Ko Tie.
Giok Hoa menyadari bahwa ia tidak boleh membuang-buang waktu. Kalau sampai pertempuran itu berlangsung lama, dan juga mengganggu pemusatan perhatian dan pikiran Ko Tie, sehingga perasaannya tergoncang, Ko Tie pasti mengalami kesulitan yang jauh lebih besar.
Dikala itu, dengan pedang yang berkelebat ke sana ke mari, tubuh Giok Hoa juga berkelebat-kelebat dengan lincah. Setiap kali dia menggerakkan pedangnya, dengan jurus Giok-lie-kiam-hoat, membuat lawannya mundur tidak bisa mendekatinya.
Malah, setelah lewat belasan jurus, Giok Hoa memiliki kesempatan, pedangnya telah menikam ke pundak salah seorang lawannya. Tikaman itu meluncurnya sangat cepat, sehingga lawanya yang berada di sebelah kanan, tidak keburu lagi untuk menghindar.
Dan pundaknya kena tikam. Dia menjerit, dan seketika terhuyung mundur, dengan darah, mengalir deras dari lukanya itu.
Pelayan tua dengan seorang kawannya yang lain segera maju memperdekat pengepungan mereka.
Namun sekali lagi Giok Hoa herhasil menikam lengan seorang lawannya, dan lawannya itu mundur dengan muka meringis, bahkan goloknya telah jatuh ke lantai dengan mengeluarkan suara berkerontongan.
Bukan main gusarnya pelayan tua itu. Berulang kali ia berseru menganjurkan kepada ke dua orang kawannya, yang belum terluka agar maju lebih ketat merangsek Giok Hoa. Ia sendiri pun menyerbu dengan goloknya bergerak sangat ganas sehingga membuat Giok Hoa harus memutar pedangnya beberapa kali menangkis serangan itu.
Cuma saja disebabkan pelayan tua itu berlaku nekad, dan juga geraknya berobah, tahu-tahu pedang Giok Hoa telah menyambar menabas kutung tangan kiri pelayan tua itu, sebatas siku tangannya.
Pelayan tua itu mengeluarkan jeritan menyayatkan hati, melompat mundur dan telah berseru: "Angin kencang......!" Ia telah melarikan diri, diikuti oleh ke empat orang kawannya.
Giok Hoa hendak mengejarnya, tapi segera ia teringat akan keselamatan Ko Tie, akhirnya ia batal mengejar dan telah menghampiri Ko Tie. Dilihatnya muka Ko Tie hitam dan pucat, gelap sekali, menunjukkan betapa pemuda itu memang keracunan hebat.
Dalam keadaan seperti itu terlihat jelas, betapapun juga, memang Ko Tie tengah berada dalam keadaan yang gawat sekali, karena ia tengah berusaha membendung bekerjanya racun. Dengan demikian ia mengerahkan seluruh sin- kangnya dan mati-matian mencegah beredarnya lebih jauh racun yang terlanjur tadi telah diminumnya.
Apa lagi memang tampaknya racun yang dipakai penjahat bukanlah racun sembarangan melainkan racun-racun yang dapat bekerja cepat dan juga sangat ganas. Biarpun Ko Tie memiliki sin-kang yang sangat tinggi, namun ia tidak bisa segera membendung beredarnya racun dalam waktu yang singkat.
Di waktu itu, Giok Hoa berdiri di samping Ko Tie. Ia bersiap siaga, karena ia kuatir kalau-kalau ada serangan mendadak dari pihak lawan.
Disamping itu, Giok Hoa juga tengah berpikir keras. Ia menduga entah siapa adanya pelayan-pelayan rumah penginapan ini yang mereka tampaknya memiliki kepandaian tidak rendah juga yang membuat dia curiga.
Sesungguhnya apa yang diucapkan oleh pelayan tua itu, bahwa mereka menginginkan uang dan barang milik Ko Tie dan Giok Hoa, hal itu tidak bisa di percaya penuh sebab tidak masuk dalam akal jika memang mereka cuma menghendaki barang dan uang. Sebab waktu beberapa waktu yang lalu, ternyata kamar mereka telah kemasukkan penjahat dan uang maupun barang mereka tidak ada yang hilang.
Kalau memang orang-orang itu menginginkan uang dan barang, niscaya mereka akan mengambilnya dengan mudah. Bukankah di waktu itu memang Ko Tie data Giok Hoa sedang tidak berada di rumah penginapan tersebut?

ANDA SEDANG MEMBACA
Anak Rajawali
AdventureLanjutan "Beruang Salju". *note : Jilid kelipatan 5 di cinkeng ini cayhe private, hanya follower yg dpt membacanya. Kamsia