Jilid 104

713 19 0
                                    

Itulah hinaan yang seumur hidupnya baru pertama kali Cek Tian terima. Dia memang paling pantang dirinya dihina. Walaupun mengetahui Swat Tocu memiliki kepandaian yang lebih tinggi darinya, dia jadi nekad.

Waktu itu Swat Tocu tengah meneruskan kata-katanya: "Yang kuketahui Auwyang Hong memiliki tubuh yang tinggi besar dan tegap, maka dari itu alangkah lucu dan anehnya, jika anaknya justeru bertubuh pendek dan cebol seperti dia, dengan muka yang begitu buruk seperti monyet......!"

Berkata sampai di situ Swat Tocu tidak bisa meneruskan perkataannya, karena diiringi bentakan mengandung kekalapan tampak Cek Tian telah menerjang, dengan sepasang tangannya mendorong hebat sekali mempergunakan salah satu jurus Ha-mo-kang, ke dua kakinya juga dalam keadaan tertekuk dalam-dalam, mengambil sikap seperti seekor kodok.

Swat Tocu merasakan menderu-derunya angin serangan yang kuat sekali, Dia juga seorang yang memiliki tabiat aneh, mana mau dia mengalah terhadap Cek Tian?

Karena dari itu, segera dia memperkuat kuda-kuda ke dua kakinya. Begitu dia merasakan angin serangan Cek Tian hampir tiba, dia malah balas menyerang dengan pukulan Inti Es nya. Maka terdengar suara benturan yang keras disusul dengan jerit kaget Cek Tian, karena tubuhnya telah terpental dan ambruk di tanah.

Walaupun dia tidak sampai pingsan, Cek Tian tidak bisa segera bangun, dia meringis sambil mengerang-erang kesakitan.

Auwyang Phu kaget tidak terkira dan cepat-cepat memburu kepada ibunya. Dia berusaha membantu membangunkan ibunya, dengan matanya sebentar-sebentar melirik kepada Swat Tocu penuh kemarahan, karena dia sendiri telah mendengar langsung hinaan dari Swat Tocu!

Swat Tocu sendiri terhuyung dua langkah akibat benturan tenaga dalamnya. Diam-diam dia kaget juga, dia berkata di dalam hatinya:

"Ternyata Ha-mo-kang Auwyang Hong bukan semacam ilmu sembarangan...... benar-benar berbahaya! Jika memang Auwyang Hong sendiri mempergunakan Ha-mo-kang nya itu niscaya belum tentu dia bisa merubuhkan Auwyang Hong. Maka dia jadi bersikap hati-hati.

Walaupun Cek Tian memang tidak bisa disamakan dengan Auwyang Hong, tokh Ha-mo-kang nya itu lihay sekali.

Di waktu itu terlihat Auwyang Phu setelah membantui ibunya bangun, segera melompat kepada Swat Tocu. Kalap sekali pemuda itu, ia menyerang kepada Swat Tocu.

Sedangkan Swat Tocu sendiri tengah panas terhadap pemuda ini, yang diketahuinya telah melukai biruang saljunya. Segera juga tanpa menyingkir dia menantikan serangan Auwyang Phu.

Sengaja dia membiarkan dadanya yang telah diselubungi oleh lapisan kekuatan sin- kangnya dihantam tangan Auwyang Phu, kemudian sebat sekali tangan kanan yang satunya menghantam ke arah iga Auwyang Phu!

Segera melengking suara jerit kesakitan Auwyang Phu, tubuhnya "terbang" ke tengah udara, terbanting di atas tanah dengan kesakitan, sebab di waktu itu lengannya dan beberapa tulang iganya telah patah!

Swat Tocu tampak puas, dengan langkah lebar dia menghampiri Ko Tie yang tengah menguruti biruang salju, yang waktu itu mulai tersadar. Auwyang Phu sendiri telah merangkak bangun, namun tidak berani menyusul buat menyerang lagi.

Swat Tocu duduk di samping biruang salju, dia mengurutinya sambil mengempos lweekang nya. Cepat sekali binatang itu jadi segar dan mengerang, lalu melompat berdiri.

Seperti juga sikap seorang manusia layaknya, setelah berdiri, biruang salju itu sambil mengeluarkan suara lirih dia memberi hormat dengan menekuk ke dua kakinya, mendekam di tanah, dan menganggukkan kepalanya. Lalu dia berdiri lagi, dan suaranya berobah menandakan dia sangat marah menunjuk-nunjuk kepada Auwyang Phu. Seperti juga biruang salju ini tengah mengadukan apa yang telah dialaminya dihajar babak belur oleh Auwyang Phu.

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now