Jilid 28

821 16 1
                                    

"Siram dengan air!" perintah Kwee Tayjin kemudian sambil memegang pergelangan tangan Giok Hoa.

Segera seorang Boan telah menyiram muka Hok An dengan segayung air dingin. Dan Hok An yang sebelumnya dalam keadaan setengah pingsan, telah menjadi lebih segar.

"Kau lihat ke mari!" perintah Kwee Tayjin.

Dengan lemah Hok An mengangkat kepalanya, dia telah melihat dengan pandangan mata yang kabur. Namun setelah melihat lebih lama lagi, dia segera dapat mengenali Giok Hoa tengah dicekal pergelangan tangannya oleh Kwee Tayjin itu, sedangkan Giok Hoa dalam keadaan pingsan tidak sadarkan diri.

"Gadis cilik ini masih pingsan, akan tetapi aku segera dapat menyadarkannya menjadi siuman. Aku ingin melihat, apakah engkau tetap akan menutup mulut jika apa yang tadi semua kau rasakan itu dipindahkan kepada gadis cilik ini.....

"Jika kau memang merasa kasihan pada gadis cilik ini, kau harus buka mulut berterus terang mengakui bahwa dirimu adalah orang Kay-pang. Jika memang engkau tidak merasa kasihan kepada gadis cilik ini, engkau boleh bungkam terus, tetapi semua yang tadi kau rasakan, akan dirasakan juga oleh gadis cilik ini!"

Semangat Hok An seperti terbang meninggalkan raganya, dia gusar sampai sekujur tubuhnya gemetaran dan dadanya bagaikan hendak meledak.

"Kau..... kau.....!" dia berkata dengan suara tergagap. Diwaktu itulah, entah dari mana datangnya semangatnya, dia telah mengempos seluruh kekuatan tenaga dalamnya, berusaha untuk memutuskan tambang yang mengikat ke dua kakinya.

Sedangkan Kwee Tayjin itu telah berkata dengan sikap mengejek: "Sekarang aku memberikan kesempatan kepadamu buat berpikir dengan sebaik-baiknya. Aku akan menghitung sampai sepuluh, jika aku telah menghitung sampai sepuluh dan engkau masih tidak segera buka mulut mengakui terus terang siapa dirimu, maka gadis cilik ini akan segera merasakan apa yang tadi engkau rasakan.....!"

Hok An tetap berdiam diri saja, hanya matanya telah mencilak-cilak memandang sekelilingnya, dia seperti ingin melihat apa yang sekiranya bisa dilakukan buat menyelamatkan Giok Hoa.

Terancamnya keselamatan Giok Hoa justeru telah membangunkan semangat Hok An, dan seperti juga seseorang yang tengah terancam sesuatu, sehingga bisa muncul suatu kekuatan mujijat pada dirinya, membuat Hok An waktu itu dapat mengerahkan hawa murninya pada ke dua kakinya.

Walaupun salah satu dari kakinya itu, yaitu kaki kanannya, telah hangus terbakar, namun dia sudah seperti tidak memperdulikan perasaan sakitnya itu. Dia seperti tidak merasakan lagi perasaan sakit pada tulang punggung atau mulutnya, yang diingatnya bagaimana dia harus menolongi Giok Hoa.

Setelah mengerahkan seluruh kekuatan dan tenaga dalamnya pada ke dua kakinya, tiba-tiba dia merentangkan ke dua kakinya sambil berseru nyaring sekali, dia telah membuat tambang itu putus......

Bahkan Hok An telah membarengi dengan lompatannya, begitu tambang tersebut putus, segera juga tubuhnya telah melesat dengan kecepatan yang tidak terkira. Dia telah mengulurkan ke dua tangannya yang masih terborgol itu untuk menjambret Giok Hoa.

Dan tanpa membuang waktu lagi, dengan tidak memperdulikan kaki kanannya yang terbakar hangus dan terluka parah itu, dia telah membawa Giok Hoa berusaha melarikan diri.

Kwee Tayjin dan orang-orang Boan lainnya tidak menyangka sama sekali, bahwa Hok An bisa memiliki kekuatan memutuskan tambang yang mengikat ke dua kakinya.

Maka ketika Hok An menyambar tubuh Giok Hoa, Kwee Tayjin seperti juga orang kesima, dia tidak melakukan suatu gerakan apapun juga. Demikian pula halnya dengan orang-orang Boan lainnya, yang tidak bisa mencegah perbuatan Hok An.

Sedangkan orang-orang Boan lainnya yang berdiri di depan pintu, segera mengepung Hok An. Akan tetapi Hok An mengandalkan ginkangnya, dia melesat ke sana ke mari menghindarkan diri dari serangan.

Anak RajawaliTempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang