Jilid 185

323 17 0
                                    

Siapa tahu, justeru kini Bun Siang Cuan tengah berlari-lari mengejarnya, juga di belakang Bun Siang Cuan tampak si kera bulu kuning yang dibenci oleh si gadis.

Mati-matian dia berusaha berlari lebih cepat lagi, untuk dapat menyingkirkan diri.

Tapi dia ternyata tidak bisa melepaskan diri dari kejaran Bun Siang Cuan, karena beberapa saat kemudian Bun Siang Cuan telah berhasil mengejarnya dan hanya terpisah beberapa tombak lagi.

"Berhenti, atau aku akan turun tangan mencelakai kau......!" bentak Bun Siang Cuan.

Tapi Kam Lian Cu mana mau berhenti berlari, dia terus juga mengerahkan gin-kangnya buat berlari semakin cepat.

Bun Siang Cuan rupanya jadi mendongkol, dia menggerakkan tangan kanannya. Seketika serangkum angin menyerang Kam Lian Cu, menotok jalan darahnya.

Si gadis yang tengah mati-matian berlari mempergunakan seluruh tenaganya, jadi kaget waktu merasakan tubuhnya jadi lemas tidak bertenaga, dan dia terjungkel rubuh bergulingan di tanah.

Waktu Kam Lian Cu menyadari apa yang terjadi, Bun Siang Cuan bersama Kim Go, kera bulu kuning itu, telah berdiri di sampingnya. Kera itu menyeringai seperti seorang pemuda yang bernafsu birahi terhadap seorang gadis cantik jelita.

Dikala itu tampak Bun Siang Cuan tertawa bergelak-gelak.

"Walaupun bagaimana kau tidak mungkin bisa terlepas dari tanganku......!" katanya kemudian. "Hemmm, walaupun bagaimana engkau harus menjadi mantuku, harus menikah dengan puteraku......!"

Si gadis she Kam jadi mengeluh, tapi dia benar-benar tidak berdaya.

"Bebaskan aku, aku akan menuruti semua keinginanmu baik-baik!" kata Kam Lian Cu kemudian.

Si kakek she Bun menggelengkan kepalanya.

"Tidak!" katanya sambil menyeringai. "Kau tentu akan menimbulkan kesulitan lagi.....!"

Setelah berkata begitu, Bun Siang Cuan membungkukkan tubuhnya, dia mengepit tubuh si gadis, dan berlari-lari meninggalkan tempat itu.

Kera bulu kuning telah mengikuti di belakangnya sampai mengeluarkan suara pekikan, pekik kegirangan.

Di waktu itu, tampak Bun Siang Cuan telah berlari pesat sekali, karena dia ingin cepat-cepat tiba di tempat kediamannya, di hutan yang sepi itu.

Tidak lama kemudian tibalah dia di dalam hutan tempat tinggalnya, di depan sebuah goa yang cukup dalam.

Bun Siang Cuan telah melemparkan tubuh si gadis ke dalam goa sampai tubuh si gadis terguling-guling.

"Baik-baiklah kau beristirahat di situ, mantuku!" katanya kemudian dengan suara yang tawar.

"Tunggu dulu!" teriak Kam Lian Cu ketika melihat kakek itu hendak meninggalkannya..... Dia kuatir nanti ši kera bulu kuning mengganggunya lagi.

"Apa?!" tanya Bun Siang Cuan.

"Bebaskan aku, aku tidak akan melarikan diri! Sebagai calon mantumu, apakah pantas aku diperlakukan seperti ini?!" kata Kam Lian Cu.

Kakek tua she Bun itu termenung sejenak tampaknya dia tengah berpikir keras.

Namun akhirnya dia mengangguk.

"Baiklah.....!" katanya. "Jika memang demikian, kau berjanji memang tidak akan melarikan diri, aku bersedia untuk membebaskan dirimu! Tapi ingat, jika sekali lagi kau mencoba untuk melarikan diri, niscaya kelak aku sulit mempercayai perkataanmu lagi dan aku akan menotok terus kau sampai tidak berdaya!"

Si gadis berdiam saja.

Bun Siang Cuan menghampiri dan membebaskan totokannya, sehingga Kam Lian Cu bisa menggerakkan tangan dan tubuhnya. Dia duduk.

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now