Jilid 14

1.1K 18 0
                                    

Hok An menghela napas. Wajahnya seketika berobah muram.

"Jika kuceritakan, engkaupun tidak mengerti, karena engkau masih terlampau kecil?!" kata Hok An. "Karenanya, jika nanti engkau telah dewasa, engkau akan mengetahuinya dengan jelas! Hanya saja di sini kukira ada baiknya jika kujelaskan, bahwa sebenarnya aku sama sekali tidak memiliki maksud buruk terhadap keluargamu.....!"

"Lalu mengapa waktu pertama kali kau datang ke rumah kami, kau marah-marah dan hendak memukul ayah?!" tanya gadis cilik itu.

Hok An tertegun, wajahnya tambah muram malah dia telah menghela napas beberapa kali.

"Sebenarnya..... sebenarnya......!" kata Hok An yang kemudian tidak bisa meneruskan perkataannya.

"Sebenarnya kenapa? Bukankah memang benar, bahwa pertama kali engkau datang, engkau memperlihatkan sikap bermusuhan kepada ayahku?!"

Hok An akhirnya mengangguk, dia menyahut: "Bukan permusuhan, waktu itu memang benar aku marah sekali, sebab mengetahui ayahmu telah mengawini ibumu.....!"

"Mengapa begitu? Ada sangkutan apakah dengan kau perihal perkawinan ke dua orang tuaku itu?!" tanya si Giok sambil membuka matanya lebar-lebar mengawasi Hok An.

Hok An tambah muram, dia menunduk, lama..... lama sekali sampai akhirnya dari pelupuk matanya menitik butir-butir air mata.

"Ibumu telah mengkhianati cinta kami..... sebenarnya antara aku dengan ibumu itu saling mencintai! Akan tetapi akhirnya dia menikah dengan ayahmu, bahkan waktu bertemu dengan ku, dia memperlihatkan sikap tidak acuh sama sekali, bagaikan aku orang yang sangat memuakkan di matanya, membuat aku marah.

"Namun setelah kupikir-pikir, dan kuketahui mereka telah memiliki seorang anak, yaitu engkau, maka aku mengambil keputusan buat membiarkan ibumu hidup bahagia bersama ayahmu dan engkau! Sama sekali aku tidak memiliki maksud buruk. Sebab aku malah ingin melihat ibumu itu hidup bahagia. Siapa tahu, justru akhirnya aku harus menyaksikan kematian ibumu itu, wanita yang sangat kucintai itu, tanpa aku berdaya dan tidak berhasil menolonginya.....!"

Si Giok ini memang masih kecil, karena itu dia hanya bisa mengawasi Hok An tanpa mengerti. Dan si Giok memang merupakan gadis yang masih polos, dia belum mengerti apa yang dimaksudkan Hok An dengan mencintai ibunya. Dia hanya mengetahui bahwa Hok An memang membawa sikap seperti seorang yang merasa bingung dan kaku.

Hok An waktu itu telah berkata lagi dengan suara yang perlahan mengandung sesal. "Jika saja aku mengetahui sebelumnya bahwa ibumu itu hendak bunuh diri dengan terjun ke dalam jurang, niscaya aku akan berusaha menahannya dan menyelamatkannya. Justeru aku tidak mengetahuinya, waktu dia melompat ke dalam jurang, aku hanya berhasil menjambret ujung bajunya yang robek dan tubuhnya meluncur ke dasar jurang, akhirnya dia terbanting di dasar jurang.....!"

Masih gadis cilik yang minta agar dipanggil si Giok itu tidak mengerti urusannya, dia bertanya. "Mengapa ibu sampai membunuh diri seperti itu?"

"Karena dia mendengar engkau telah mati dilempar ke dalam jurang tersebut oleh si pemuda yang bertangan telengas itu!" kata Hok An. "Karena dalam kedukaan yang sangat seperti itu, dan juga putus asa, di mana suaminya juga telah menemui ajalnya.

"Kini mengetahui engkau telah dilempar ke dalam jurang itu, di mana tidak mungkin ada seorang manusia yang terjerumus ke dalam jurang itu bisa mempertahankan hidupnya, pasti tubuhnya akan terbanting di dasar jurang dan menemui kematian..... maka dari itu, ibumu tidak menyangka sama sekali akan terjadi suatu kemujijatan pada dirimu. Engkau ternyata tidak mati, sedangkan ibumu dalam keputus asaan dan juga kedukaan yang sangat mendalam itu telah terjatuh ke dalam jurang dan menemui ajalnya.....!"

Gadis cilik itu baru mengerti sedikit duduk persoalannya, tanya: "Jadi kau ingin mengatakan, bahwa orang yang melemparkan diriku ke dalam jurang itu adalah pemuda jahat bertangan telengas dan berhati kejam itu?!"

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now