Jilid 151

586 13 0
                                    

Setelah berkata begitu, Auwyang Phu merogoh sakunya, tahu-tahu ia melemparkaan sebutir benda bulat yang tidak begitu besar bentuknya. Benda itu jatuh di tanah, meledak dan menyemburkan asap yang cukup besar dan tebal.

Gorgo San seketika merasakan hawa beracun yang amis sekali di sekelilingnya. Ia kaget cepat-cepat menutup jalan pernapasannya agar ia tidak menghirup udara yang mengandung racun.

Tapi, biarpun Gorgo San cepat-cepat menutup jalan pernapasannya, tetap saja ia telah menghirup sedikit dari udara beracun itu, karena kepalanya seketika terasa jadi pusing dan tubuhnya terhuyung mundur ke belakang.

Auwyang Phu tidak tinggal diam menyaksikan kesempatan baik buatnya, karena itu, dia segera juga melompat ke samping Gorgo San. Dia telah mengulurkan tangannya buat menotok Gorgo San pada jalan darah Ki-bun.

Di waktu itu Gorgo San tengah terhuyung namun ia menyadari bahaya yang tengah mengancam dirinya, maka ia segera juga membuang dirinya buat bergulingan. Gerakannya jauh kalah cepat dengan Auwyang Phu, sebab ketika Gorgo San melompat berdiri, dilihatnya Auwyang Phu telah berdiri tersenyum-senyum sambil tangannya menimang-nimang sebuah benda, yaitu kotak kayu yang di dalamnya berisi pusaka dari Kun-lun!

Bukan main murkanya Gorgo San, karena benda itu, yang semula telah disimpan di dalam sakunya, telah dapat diambil oleh Auwyang Phu.

Di saat itu Auwyang Phu juga telah bilang dengan sikap mengejek:

"Hemmm, jika tadi aku menghendaki jiwamu, sama mudahnya seperti aku membalikkan telapak tangan! Seperti telah kukatakan, aku mau menghormati gurumu, memandang muka terang Dalpa Tacin, aku mengampuni jiwamu.....! Nah bocah, kau pergilah menggelinding pergi dari hadapanku, sebelum tuan besarmu merobah keputusannya!"

Muka Gorgo San jadi merah padam. Dia mengeluarkan erangan yang menyerupai raungan penuh kemarahan, tubuhnya melesat menerjang Auwyang Phu. Tampak menyerang dengan hebat sekali, karena ia bermaksud merebut kembali kotak kayu itu yang berisi pusaka Kun-lun itu dari tangan Auwyang Phu.

Tetapi Auwyang Phu telah menjejakkan ke dua kakinya, tubuhnya melesat cepat sekali dan ringan seperti bayangan belaka. Ia bermaksud meninggalkan tempat itu. Malah, Auwyang Phu telah memperdengarkan suara tertawanya yang nyaring.

Gorgo San mana mau membiarkan Auwyang Phu pergi dengan membawa kotak kayu pusaka Kun-lun itu yang telah dirampasnya. Dengan mati-matian dia mengerahkan tenaganya, ia mengejarnya, sambil bentaknya: "Bangsat keparat, kembalikan pusaka itu kepadaku!"

Auwyang Phu tidak memperdulikan bentakan Gorgo San. Ia berlari terus dengan cepat.

Demikianlah mereka berdua jadi saling kejar mengejar dengan mengerahkan gin-kangnya masing-masing, sehingga tubuh mereka berkelebat-kelebat seperti bayangan saja, dan sepasang kaki mereka itu seperti juga tidak menginjak bumi lagi.

Sun Long dan Cie Kwang yang menyaksikan ke dua orang itu saling kejar, berusaha mengejar juga. Namun baru saja mereka mengejar belasan tombak, mereka telah tertinggal jauh sekali. Mereka telah kehilangan jejak, sampai ke dua orang dari Kun-lun ini akhirnya cuma saling pandang penuh sesal dan kecewa.

Mereka juga kuatir sekali. Jika mereka telah kembali ke tempat mereka dan memberikan laporan kepada ketua mereka mengenai kegagalan mereka melindungi pusaka yang telah dipercayakan kepada mereka, niscaya mereka akan memperoleh hukuman yang tidak ringan.

Auwyang Phu waktu itu berlari sambil tertawa-tawa, tubuhnya yang pendek itu dapat berlari gesit sekali. Sampai akhirnya ketika tiba di tegalan rumput yang cukup luas, ia berhenti dan kemudian bersiul dengan nyaring.

Gorgo San girang menyaksikan lawannya berhenti berlari, ia dapat mengejar tiba dengan segera. Ia yakin, jika memang ia merampasnya dengan mati-matian, dia tentu akan berhasil dan bisa merubuhkan Auwyang Phu.

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now